Hitstat

12 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Kamis

Perintah yang Terutama dan yang Pertama
Matius 22:37-38
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”

Ketika orang Farisi mendengar bahwa Tuhan telah membuat orang Saduki bungkam, berundinglah mereka tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Salah seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “’Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?’ Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi’” (Mat. 22:36-40). Jawaban Tuhan ini tidak saja membungkam sekaligus menelanjangi keadaan mereka yang mencobai Dia, tetapi juga merupakan bantuan bagi kita hari ini.
Dahulu ada seorang misionaris yang pernah menulis di secarik kertas, “Ya Allah, aku bersyukur kepada-Mu, karena padamu ada satu perintah: Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu!” Ya, semua orang Kristen patut mengasihi Allah. Di dunia ini tidak ada satu agama pun selain Kristen, yang mengatakan tentang mengasihi Allah. Mengasihi Allah adalah satu ciri khas orang Kristen.
Untuk mendapatkan hidup yang kekal, cukup dengan percaya. Tetapi mengasihi Allah, harus mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Selanjutnya dikatakan, “Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” Dengan kata lain, ini adalah perkara yang lebih besar daripada perkara lainnya; di mana pun ia ditempatkan, ia selalu nomor satu. Hari ini, kita harus memuji Allah atas perintah-Nya yang menghendaki kita mengasihi Dia. Ketahuilah, percaya kepada Allah, bisa menolong kita terlepas dari dosa; sedang mengasihi Allah, bisa membuat kita terlepas dari dunia.

Mat. 22:34-46; 1 Yoh. 2:15; 4:20; 5:2-3; Yoh. 14:21-23

Bagaimanakah keadaan orang yang mengasihi Allah? Satu Yohanes 2:15 mengatakan, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia. maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” Ayat ini menunjukkan, bahwa kasih akan Bapa seperti satu benda yang dapat ditaruh di dalam kita, dan dapat pula keluar dari dalam kita. Jika seseorang menaruh kasih akan Bapa di dalam dirinya, maka ia dapat mengasihi Bapa.
Mengasihi Allah membuat kita dapat mengasihi saudara. Satu Yohanes 4:20 mengatakan, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah; dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” Banyak orang yang karena sikap dan kelakuannya membuat kita tidak bisa mengasihinya; tetapi bila kasih Allah masuk ke dalam kita, maka kita bisa mengasihinya. Bukan mengasihi saudara yang layak kita kasihi, melainkan hanya “mengasihi saudara”. Jika kita tidak bisa mengasihi saudara, itu berarti kasih Bapa tidak ada di dalam hati kita. Sebaliknya, jika kita telah memiliki kasih Allah, kita pasti mengasihi saudara.
Satu Yohanes 5:2-3 mengatakan, “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.” Mengapa mengasihi Allah dapat membuat kita melakukan perintah-perintah-Nya? Mari kita melihat Injil Yohanes 14:21-23, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku.” Ini menyatakan, jika kita mengasihi Tuhan, kita pasti menuruti perintah-perintah-Nya. “Memegang perintah-Ku” juga berarti “mencari perintah-perintah Tuhan.” Banyak orang Kristen yang merasa takut akan perintah Allah, dan tidak senang mendengar perintah Allah. Kita harus tahu, bahwa kita wajib melakukannya tidak saja ketika Allah memberi perintah kepada kita, bahkan kita wajib mencari perintah Allah itu. Setelah mendapatkannya, kita wajib melakukannya. Mencari perintah Allah berarti memikirkan Allah, dan itulah penyataan kasih kita kepada Allah.

Doa:
Tuhan, Engkau menempatkan kasih terhadap-Mu sebagai perintah yang terutama. Terima kasih bahwa di Alkitab ada perintah yang sedemikian. Tuhan ampuni aku, karena tanpa sadar apa yang kulakukan seringkali hanyalah karena tugas atau kewajiban yang luaran, bukan karena kasih terhadap-Mu. Pulihkan kasihku kembali ya Tuhan.

No comments: