Hitstat

14 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Kamis

Perumpamaan tentang Biji Sesawi dan Ragi
Lukas 13:18-19
Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.”

Ayat Bacaan: Luk. 13:18-21; 1 Kor. 5:6-8; Mat. 6:6; 11-12

Dalam pasal-pasal sebelumnya, firman Tuhan mengenai kerajaan dalam Injil Lukas bersifat positif. Tetapi dalam Lukas 13:18-21, Dia berbicara kepada murid-murid mengenai kerajaan itu secara negatif, mengajar mereka tentang kerajaan sebagai biji sesawi dan sebagai ragi. Fakta bahwa biji sesawi ini bertumbuh menjadi sebuah pohon menunjukkan bahwa biji sesawi ini tidak bertumbuh menurut jenisnya sebagaimana prinsip penciptaan Allah dalam Kejadian pasal satu. Jika kita nampak dengan jelas akan hal ini, maka kita tidak akan menafsirkan perumpamaan ini secara positif.
Menurut sifat surgawi dan rohaninya, gereja seharusnya seperti biji sesawi, yang sementara di bumi. Tetapi karena sifatnya sudah berubah, maka gereja menjadi berakar dalam-dalam dan menetap di bumi seperti sebuah pohon, yang semarak dengan berbagai usahanya seperti cabang-cabang yang menampung orang-orang dan hal-hal yang jahat. Hal ini membentuk organisasi luaran dari penampilan lahiriah Kerajaan Allah yang dilambangkan oleh burung-burung di udara yang bersarang pada cabang-cabang pohon ini (Luk. 3:19).
Dalam Lukas 13:20-21 Tuhan berkata, “... Kerajaan itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya.” Menurut konsepsi beberapa orang, ragi melambangkan kekuatan Injil yang menyebar ke seluruh bumi. Tetapi dalam Alkitab ragi tidak memiliki makna yang positif, sebaliknya ragi melambangkan hal-hal yang jahat (1 Kor. 5:6, 8) dan doktrin-doktrin yang jahat (Mat. 16:6, 11-12). Gereja, sebagai Kerajaan Allah yang praktis dengan Kristus — tepung halus yang tidak beragi — sebagai isinya, haruslah menjadi roti yang tidak beragi (1 Kor. 5:7-8).
Dua perumpamaan yang ada dalam 13:18-21 menunjukkan bahwa Yobel telah datang, tetapi telah kehilangan sifatnya. Di satu pihak, kerajaan ini telah berkembang menjadi sesuatu yang bukan menurut jenisnya; di pihak lain, kerajaan ini telah menjadi khamir, yakni isinya telah rusak. Bila kita nampak situasi pada hari ini, kita nampak bahwa dalam agama Kristen yang merosot, sifat Yobel yang sebenarnya telah hilang.

No comments: