Pembacaan
Alkitab: Kol. 3:15-16
Jika kita menyelami kedalaman Kitab Kolose,
kita akan nampak bahwa kitab ini tidak menanggulangi dosa atau hukum Taurat,
melainkan menanggulangi kebudayaan manusia. Kebudayaan merupakan suatu
kehidupan yang “tanpa disadari” dari setiap manusia. Ini terjadi baik dalam masyarakat
primitif maupun negara-negara maju. Prinsip ini di mana-mana sama. Manusia di
seluruh dunia berada di bawah pengaruh kebudayaan mereka. Saudara-saudara yang
tinggal di Timur Jauh mungkin merasa sulit untuk berbicara secara spontan dalam
sidang-sidang umum, sebab mereka secara tanpa sadar telah dipengaruhi oleh
kebudayaan Timur. Menurut Kitab Kolose, kebudayaan kitalah yang memperdaya kita
dari kenikmatan atas Kristus dan menggagalkan hidup gereja.
Kitab Kolose mewahyukan bahwa dalam ekonomi
Allah, Kristus adalah segala sesuatu. Kristus adalah bagian orang-orang kudus,
gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung dari penciptaan, rahasia ekonomi
Allah, yang pertama bangkit dari antara orang mati, kepenuhan Allah, rahasia Allah,
yang di dalam-Nya tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, dan wujud
segala bayangan. Terakhir, Kristus almuhit yang unggul ini adalah unsur manusia
baru. Lagi pula, seperti yang dinyatakan Paulus dalam Kolose 3:4, Kristus ini
adalah hayat kita. Ungkapan “hayat kita” ini merupakan keterangan kuat bahwa
kita harus mengalami Kristus yang diwahyukan dalam kitab ini dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Dalam Kolose 3:15-16 Paulus menyuruh kita
untuk membiarkan damai sejahtera Kristus menjadi juri dalam hati kita dan
membiarkan perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di dalam kita. Jika kita
membiarkan damai sejahtera Kristus menjadi juri dalam hati kita, damai sejahtera
ini akan meredakan segala perselisihan di antara kita. Kaum saleh di Kolose
dirusuhi oleh ajaran, filsafat, dan cara yang berbeda-beda. Sama seperti dalam
sebuah permainan atau kontes perlu seorang wasit untuk meredakan perselisihan,
demikian pula orang-orang Kolose perlu seorang wasit, seorang juri, untuk
meredakan segala opini yang berbeda-beda. Bermakna sekali bahwa hanya dalam Kitab
Kolose, kitab yang menanggulangi kebudayaan dan ajaran-ajaran atau
praktek-prakteknya, Paulus membicarakan juri batiniah dari damai sejahtera
Kristus. Juri ini meredakan segala opini yang bersumber dari kebudayaan kita.
Bila damai sejahtera Kristus meredakan
opini kita, perkataan Kristus, yang diam dengan limpahnya di dalam kita, menggantikan
opini-opini kita. Kita memiliki perkataan Kristus sebagai pengganti opini-opini
kita. Perjanjian Baru mewahyukan dengan jelas bahwa perkataan Kristus adalah Roh
itu. Tidak hanya demikian, hari ini Kristus adalah Roh pemberi-hayat. Kehidupan
kristiani kita adalah masalah Kristus sebagai Roh yang hidup itu. Kita tidak
perlu ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, praktek-praktek, atau tata cara-tata
cara. Kita perlu pengalaman atas Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Para
saudara tidak perlu mencoba mengasihi istri mereka, para istri pun tidak perlu
mencoba menaati suami mereka. Sebaliknya, kita semua harus berkontak dengan
Kristus dan membiarkan Dia menjadi kasih dan ketaatan kita. Hari ini Kristus
sebagai Roh pemberihayat ada dalam roh kita. Kita perlu berdoa, “Tuhan Yesus, aku
berterima kasih kepada-Mu bahwa Engkau berada di sini. Engkau berada di dalam
aku sepanjang waktu untuk menjadi apa saja yang kuperlukan. ” Jika kita ingin
mempraktekkan hal ini, kita perlu satu visi yang jelas bahwa Kristus adalah
segala sesuatu bagi kita. Visi demikian akan membunuh filsafat, pertapaan,
opini, dan ajaran-ajaran kita. Visi ini bahkan akan membasmi pengaruh
kebudayaan atas pengalaman kita atas Kristus. Demikian, kita tidak menjadi orang
yang mengindahkan kebudayaan, tetapi menjadi orang yang diduduki, dimiliki, dan
diresapi oleh Kristus.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 33
No comments:
Post a Comment