Pembacaan
Alkitab: Kol. 3:1-4
Jika kita hendak menerapkan salib ke dalam
situasi kita, kita perlu berkontak dengan Roh yang almuhit. Khasiat kematian
Kristus berada di dalam Roh ini, sama halnya dengan khasiat obat-obatan tertentu
tercakup dalam dosis yang telah ditetapkan. Ketika seseorang menerima dosis yang
telah ditetapkan, ia mengalami khasiat dari obat itu. Hari ini Roh yang almuhit
adalah satu dosis yang almuhit. Dosis ini mencakup khasiat kematian Kristus dan
kuasa kebangkitan-Nya. Tidak hanya demikian, sifat insani Kristus yang telah
dibangkitkan dan ditinggikan juga berada dalam Roh yang almuhit ini.
Kalau kita ingin menerapkan salib Kristus,
kita perlu membuka diri kita kepada Roh, berkontak dengan Roh, dan membiarkan
Roh itu bekerja dengan bebas di batin kita. Dengan demikian Roh itu akan dengan
spontan menerapkan khasiat kematian Kristus ke atas kita. Inilah makna penerapan
kematian Kristus. Lagi pula, bila kita membuka diri kita kepada Roh itu dan
membiarkan-Nya menerapkan kematian Kristus dalam situasi kita, maka pengalaman atas
kematian Kristus ini akan membawa Kristus kepada kita dalam kebangkitan. Jadi,
melalui pengalaman atas kematian Kristus, kita pun mengalami kebangkitan-Nya. Semakin
kita mengalami hal ini, kita akan semakin dapat berkata bersama Paulus, “Bagiku
hidup adalah Kristus” (Flp. 1:21).
Dalam Kolose 3:1 Paulus berkata, “Karena
itu, apabila kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah hal-hal yang di
atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. ” Kata
“dibangkitkan” di sini ditujukan kepada aspek kebangkitan dari baptisan, yang
sepenuhnya bertentangan dengan pertapaan. Kita dibangkitkan bersama Kristus. Kini
kita ada di tempat Kristus berada, duduk di surga. Jadi, kita tidak seharusnya
mempraktekkan hal-hal di bumi seperti yang dilakukan oleh para pertapa. Kita
seharusnya mencari hal-hal yang di surga.
Kita harus hidup oleh Kristus di surga,
bukan oleh unsur-unsur dunia. Sebagai orang-orang yang telah mati bersama Kristus
dari hal-hal di bumi, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pertapaan,
sebagai orang-orang yang telah dibaptis ke dalam kematian-Nya (Rm. 6:3), dan
yang dibangkitkan bersama Kristus, kita harus hidup di surga. Tetapi bagaimana
kita bisa melakukan hal ini? Surga berpadu dengan gereja; karena itu, hidup di
surga tidak lain berarti hidup di dalam gereja, sebab gereja dengan surga adalah
satu. Itulah sebabnya dalam gereja tidak seharusnya ada unsur-unsur dunia yang
mana pun. Hari ini, berada di dalam gereja berarti berada di dalam surga, dan
berada di dalam surga berarti berada di dalam gereja. Dalam kehidupan kristiani
kita, gereja dan surga adalah satu. Ketika saya mengambil bagian dalam hidup
gereja, saya merasa bahwa saya sedang berada di surga. Banyak orang Kristen
membicarakan tentang masuk ke surga di kemudian hari, tetapi kita berada di
surga setiap hari. Oh, hari ini gereja berada di surga! Di sini, dalam
lingkungan surga ini, kita tidak memberi kedudukan bagi unsur-unsur dunia.
Dalam Kolose 3:3 Paulus berkata lebih
lanjut, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus
di dalam Allah. ” Karena hayat kita (bukan hayat alamiah kita, melainkan
hayat rohani kita, yaitu Kristus) tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah, yang
ada di surga, kita seharusnya tidak lagi mempedulikan hal-hal di bumi. Allah
yang ada di surga seharusnya menjadi ruang lingkup kehidupan kita. Bersama
Kristus, kita seharusnya hidup di dalam Allah.
Dalam ayat 4 Paulus melanjutkan, “Apabila
Kristus, yang adalah hidup (hayat) kita, tampak kelak, kamu pun akan tampak
bersama dengan Dia dalam kemuliaan. ” Di dalam Allah, Kristus adalah hayat
kita; ego (diri) kita, jiwa kita, bukan hayat kita. Hayat ini sekarang
tersembunyi, tetapi kelak akan dinyatakan. Pada waktu itu kita akan dinyatakan
bersama hayat ini di dalam kemuliaan.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 27
No comments:
Post a Comment