Hitstat

30 July 2014

Kolose - Minggu 18 Rabu



Pembacaan Alkitab: Kol. 3:11, 15-16


Dalam Kolose 2:7 Paulus mengatakan bahwa kita harus berakar di dalam Kristus. Kita adalah tanaman yang berakar di dalam Kristus sebagai tanah yang sejati. Kristus adalah tanah yang di dalam-Nya kita bertumbuh. Tidak hanya demikian, Kristus juga adalah segala keperluan kita untuk bertumbuh. Dia adalah pupuk, air, dan suplai hayat kita.

Dalam Kolose 2:10 Paulus melanjutkan bahwa kita telah dipenuhi di dalam Kristus. Tetapi saya ragu di antara kita ada yang berani mengatakan bahwa kita ini penuh, karena kita masih belum memiliki pengalaman yang penuh atas Kristus. Kepenuhan ke-Allahan berdiam secara jasmaniah di dalam Kristus, dan kita telah dipenuhi di dalam Dia. Dalam pengalaman kita, kita perlu menerima Dia, berperilaku di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dan kemudian dipenuhi di dalam Dia. Saya harap dalam sidang gereja akan ada banyak kesaksian tentang bagaimana kita dipenuhi di dalam Kristus. Perlu ada kesaksian-kesaksian tentang betapa kita telah dipenuhi di dalam pengetahuan, hikmat, kesabaran, kebaikan, kerendahan hati, kasih, dan daya pembeda. Kita kekurangan kesaksian-kesaksian semacam ini, karena kita kekurangan Kristus dalam pengalaman kita. Kita tidak dipenuhi di dalam Dia dari hari ke hari. Kita bukan dipenuhi dalam hal-hal tersebut, melainkan kekurangan hal-hal tersebut. Sebagai contoh, kita tidak dipenuhi daya pembeda dalam menghadapi situasi, malah kekurangan daya pembeda tersebut. Ketika Anda mendengar kesaksian-kesaksian kaum saleh, Anda akan nampak bahwa kebanyakan di antara kita kekurangan pengalaman atas Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Banyak di antara kita yang masih belum mengenal dengan memadai bahwa Kristus yang telah kita terima adalah yang almuhit, dan kita harus berperilaku di dalam Dia. Tetapi jika kita berperilaku di dalam Kristus yang sedemikian, dan telah berakar di dalam Dia, kita akan dipenuhi di dalam Dia.

Dalam Kolose 3:15 Paulus berkata, “Hendaklah damai sejahtera Kristus menjadi juri dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu Tubuh” (Tl. ). Efesus 2 menerangkan kepada kita bahwa Kristus di atas salib telah mengadakan damai sejahtera. Kita harus membiarkan damai sejahtera ini menjadi juri di dalam kita. Ini menyiratkan bahwa kita perlu mengesampingkan opini-opini kita. Orang-orang Yunani harus melupakan filsafat mereka, dan orang-orang Yahudi harus melupakan peraturan-peraturan, tata cara-tata cara mereka. Kita tidak seharusnya memperhatikan filsafat-filsafat dan peraturan-peraturan, kita harus memperhatikan damai sejahtera Kristus yang diam di batin kita. Kritus telah membatalkan peraturan-peraturan dan konsepsi-konsepsi filsafat di atas salib. Kristus telah menghapuskan perbedaan-perbedaan di antara manusia, agar di dalam diri-Nya dapat diciptakan satu manusia baru. Damai sejahtera yang dihasilkan melalui pembatalan perbedaan- perbedaan kebudayaan itu sekarang harus menjadi juri di dalam hati kita. Kita wajib membiarkan damai sejahtera ini menjadi wasit di batin kita. Ketika damai sejahtera Kristus menjadi juri di dalam kita, semua opini akan ditundukkan.

Dalam Kolose 3:16 Paulus meneruskan, “Hendaklah perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di dalam kamu” (Tl. ). Kita perlu membiarkan perkataan Kristus tinggal di dalam kita. Kita tidak seharusnya dipenuhi oleh tradisi Yahudi atau filsafat Yunani, melainkan oleh perkataan Kristus. Kita adalah wadah perkataan Kristus, bukan penampung filsafat atau agama. Kita perlu dikosongkan dari segala hal itu agar dapat dipenuhi oleh perkataan Kristus. Jika kita mengizinkan damai sejahtera Kristus menjadi juri di dalam kita, dan jika kita dipenuhi dengan perkataan Kristus, kita pasti akan memiliki manusia baru secara riil. Semua orang kudus dalam semua gereja dalam pemulihan Tuhan akan memperhidupkan Kristus dalam satu manusia baru. Pada suatu hari, Kristus yang menjadi hayat kita akan menyatakan diri dalam kemuliaan, dan kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan (Kol. 3:4). Tetapi, hari ini kita perlu hidup oleh Dia. Kita harus memperhatikan Dia sebagai hayat kita dan unsur manusia baru, bukan memperhatikan latar belakang, kebudayaan, opini, dan keputusan kita. Kita ingin damai sejahtera-Nya menjadi juri di dalam kita, dan perkataan- Nya memenuhi kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 35

No comments: