Pembacaan
Alkitab: Kol. 3:11, 15-16
Dalam Kolose 2:7 Paulus mengatakan bahwa
kita harus berakar di dalam Kristus. Kita adalah tanaman yang berakar di dalam
Kristus sebagai tanah yang sejati. Kristus adalah tanah yang di dalam-Nya kita
bertumbuh. Tidak hanya demikian, Kristus juga adalah segala keperluan kita
untuk bertumbuh. Dia adalah pupuk, air, dan suplai hayat kita.
Dalam Kolose 2:10 Paulus melanjutkan bahwa
kita telah dipenuhi di dalam Kristus. Tetapi saya ragu di antara kita ada yang
berani mengatakan bahwa kita ini penuh, karena kita masih belum memiliki
pengalaman yang penuh atas Kristus. Kepenuhan ke-Allahan berdiam secara
jasmaniah di dalam Kristus, dan kita telah dipenuhi di dalam Dia. Dalam
pengalaman kita, kita perlu menerima Dia, berperilaku di dalam Dia, berakar di
dalam Dia, dan kemudian dipenuhi di dalam Dia. Saya harap dalam sidang gereja
akan ada banyak kesaksian tentang bagaimana kita dipenuhi di dalam Kristus. Perlu
ada kesaksian-kesaksian tentang betapa kita telah dipenuhi di dalam
pengetahuan, hikmat, kesabaran, kebaikan, kerendahan hati, kasih, dan daya
pembeda. Kita kekurangan kesaksian-kesaksian semacam ini, karena kita kekurangan
Kristus dalam pengalaman kita. Kita tidak dipenuhi di dalam Dia dari hari ke
hari. Kita bukan dipenuhi dalam hal-hal tersebut, melainkan kekurangan hal-hal
tersebut. Sebagai contoh, kita tidak dipenuhi daya pembeda dalam menghadapi
situasi, malah kekurangan daya pembeda tersebut. Ketika Anda mendengar
kesaksian-kesaksian kaum saleh, Anda akan nampak bahwa kebanyakan di antara
kita kekurangan pengalaman atas Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Banyak di
antara kita yang masih belum mengenal dengan memadai bahwa Kristus yang telah
kita terima adalah yang almuhit, dan kita harus berperilaku di dalam Dia. Tetapi
jika kita berperilaku di dalam Kristus yang sedemikian, dan telah berakar di
dalam Dia, kita akan dipenuhi di dalam Dia.
Dalam Kolose 3:15 Paulus berkata, “Hendaklah
damai sejahtera Kristus menjadi juri dalam hatimu, karena untuk itulah kamu
telah dipanggil menjadi satu Tubuh” (Tl. ). Efesus 2 menerangkan kepada
kita bahwa Kristus di atas salib telah mengadakan damai sejahtera. Kita harus
membiarkan damai sejahtera ini menjadi juri di dalam kita. Ini menyiratkan
bahwa kita perlu mengesampingkan opini-opini kita. Orang-orang Yunani harus
melupakan filsafat mereka, dan orang-orang Yahudi harus melupakan
peraturan-peraturan, tata cara-tata cara mereka. Kita tidak seharusnya memperhatikan
filsafat-filsafat dan peraturan-peraturan, kita harus memperhatikan damai
sejahtera Kristus yang diam di batin kita. Kritus telah membatalkan
peraturan-peraturan dan konsepsi-konsepsi filsafat di atas salib. Kristus telah
menghapuskan perbedaan-perbedaan di antara manusia, agar di dalam diri-Nya
dapat diciptakan satu manusia baru. Damai sejahtera yang dihasilkan melalui
pembatalan perbedaan- perbedaan kebudayaan itu sekarang harus menjadi juri di
dalam hati kita. Kita wajib membiarkan damai sejahtera ini menjadi wasit di
batin kita. Ketika damai sejahtera Kristus menjadi juri di dalam kita, semua
opini akan ditundukkan.
Dalam Kolose 3:16 Paulus meneruskan, “Hendaklah
perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di dalam kamu” (Tl. ). Kita
perlu membiarkan perkataan Kristus tinggal di dalam kita. Kita tidak seharusnya
dipenuhi oleh tradisi Yahudi atau filsafat Yunani, melainkan oleh perkataan Kristus.
Kita adalah wadah perkataan Kristus, bukan penampung filsafat atau agama. Kita
perlu dikosongkan dari segala hal itu agar dapat dipenuhi oleh perkataan
Kristus. Jika kita mengizinkan damai sejahtera Kristus menjadi juri di dalam
kita, dan jika kita dipenuhi dengan perkataan Kristus, kita pasti akan memiliki
manusia baru secara riil. Semua orang kudus dalam semua gereja dalam pemulihan Tuhan
akan memperhidupkan Kristus dalam satu manusia baru. Pada suatu hari, Kristus
yang menjadi hayat kita akan menyatakan diri dalam kemuliaan, dan kita pun akan
menyatakan diri bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan (Kol. 3:4). Tetapi,
hari ini kita perlu hidup oleh Dia. Kita harus memperhatikan Dia sebagai hayat
kita dan unsur manusia baru, bukan memperhatikan latar belakang, kebudayaan, opini,
dan keputusan kita. Kita ingin damai sejahtera-Nya menjadi juri di dalam kita,
dan perkataan- Nya memenuhi kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 35
No comments:
Post a Comment