Pembacaan
Alkitab: Kol. 3:15-16
Sebagai orang-orang yang menjadi bagian
dari manusia baru, kita perlu membiarkan damai sejahtera Kristus menjadi juri
di batin kita dan membiarkan perkataan Kristus tinggal di dalam kita dengan
limpahnya. Jika kita berbuat demikian, kita akan dengan spontan mengekspresikan
Kristus dalam kehidupan sehari-hari kita. Ini berarti kita akan memperhidupkan Kristus,
karena kita adalah satu dengan Dia, kita memiliki damai sejahtera-Nya, dan kita
memiliki perkataan- Nya. Sebab itu, kita menjadi ekspresi Kristus secara riil.
Allah mendambakan Kristus diekspresikan
melalui kehidupan insani. Kita melihat hal ini dalam Kolose 3:18— 4:1, bagian
yang sesifat dengan Efesus 5:22—6:9, yakni mengenai etika antar orang beriman. Dalam
Kitab Efesus yang ditekankan adalah perlunya memiliki etika yang dipenuhi roh
bagi ekspresi Tubuh Kristus dalam hidup gereja yang normal. Dalam Kitab Kolose
yang ditekankan adalah kita berpegang teguh pada Kristus sebagai Kepala dan
mengambil Dia sebagai hayat kita dengan menyimpan perkataan- Nya dengan
limpahnya yang kaya di dalam kita, supaya etika yang tertinggi (yang bukan
tidak berasal dari hayat alamiah kita, melainkan dari Kristus sebagai hayat
kita) dapat diwujudkan bagi ekspresi-Nya.
Jika kita hidup dalam kesatuan dengan
Kristus, Kristus akan terekspresi melalui keinsanian kita. Kristus terekspresi dalam
kehidupan insani, bukan dalam hayat malaikat; malaikat tidak dapat
mengekspresikan Kristus. Bapa telah menentukan agar kita, orang-orang
pilihan-Nya, menjadi ekspresi Putra-Nya. “Dariku diri-Mu hidup” seharusnya
menjadi doa kita (lihat Kidung No. 304).
Jika kita ingin menjadi orang-orang yang
melaluinya Kristus dapat diperhidupkan, kita perlu melewati dua setengah pasal
pertama dari Kitab Kolose. Kemudian, pada 3:15-16, kita perlu menjadi
orang-orang yang di dalamnya damai sejahtera Kristus memerintah dan yang di
dalamnya perkataan Kristus tinggal dengan limpah. Sesudah itu barulah Kristus
terekspresi di dalam kehidupan insani kita.
Kehidupan kaum saleh dalam kesatuan dengan
Kristus harus menghasilkan ekspresi Kristus dalam kehidupan insani. Jika kita
nampak hal ini, kita akan memuji Tuhan bagi kehidupan insani kita. Lagi pula,
kita akan memiliki suatu apresiasi yang segar bagi kehidupan pernikahan. Saya dapat
bersaksi bahwa saya selalu bersyukur karena istri, anak-anak, dan cucu-cucu
saya. Saya sangat bersyukur karena semua pelajaran yang telah Tuhan ajarkan
kepada saya melalui mereka. Semakin lanjut usia saya, saya semakin menghargai
pelajaran-pelajaran yang saya pelajari melalui proses kehidupan insani saya. Dalam
hubungan antara istri dengan suami dan anak-anak dengan orang tua, kita perlu
memperhidupkan Kristus dan mengekspresikan Dia.
Dalam hubungan antara tuan dan hamba
prinsipnya juga sama. Dalam ayat 22-25 Paulus memberi pesan kepada para hamba. Dalam
ayat 24 dia membicarakan tentang menerima “warisan yang menjadi upahmu”. Dalam
Efesus 6:8, butir ini tidak sejelas yang ada di sini. Warisan di sini adalah apa
yang akan diwarisi orang-orang beriman (Rm. 8:17; Kis. 26:18; 1 Ptr. 1:4). Warisan
yang menjadi upahmu menunjukkan bahwa Tuhan memakai warisan yang akan Dia berikan
kepada kaum beriman-Nya sebagai suatu dorongan agar mereka setia dalam
pelayanan mereka kepada-Nya. Orang-orang yang tidak setia pasti akan kehilangan
upah ini (Mat. 24:45-51; 25:20-29).
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 30
No comments:
Post a Comment