Pembacaan
Alkitab: Kol. 4:5-6
Dalam Kolose 4:5-6 Paulus berkata, “Hiduplah
dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, tebuslah waktu. Hendaklah
kata-katamu senantiasa penuh anugerah, seperti diberi garam, sehingga kamu
tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Tl. ). Menebus
waktu berarti menggunakan setiap kesempatan yang baik untuk menyuplaikan hayat.
Inilah artinya hidup dalam hikmat (Ef. 5:15). Dalam zaman yang jahat ini,
setiap hari adalah hari yang jahat, penuh dengan perkara-perkara yang merusak, yang
membuat waktu kita digunakan dengan tidak efektif, berkurang, dan dirampas. Karena
itu, kita harus hidup secara bijaksana agar kita dapat menebus waktu, memegang setiap
kesempatan yang ada.
Hidup dalam hikmat berarti mengambil setiap
kesempatan untuk menebus waktu. Menebus waktu di sini berkaitan dengan cara
kita berbicara dengan orang lain. Sering kali saya harus mengakui kebodohan
saya dalam berbicara kepada orang-orang. Dengan berbicara kepada mereka dalam cara-cara
tertentu, saya sudah memboroskan waktu. Saya tidak menggunakan hikmat
secukupnya untuk menyuplaikan hayat, dan dengan begitu dapat menghindari pergesekan
atau perselisihan. Sebaliknya, saya malah memboroskan waktu melalui mengadakan
percakapan-percakapan yang tidak menyuplaikan hayat. Kita perlu berdoa agar
Tuhan memberi kita hikmat dalam kontak kita dengan orang lain. Jika kita hidup
dalam hikmat dalam bercakapcakap dengan orang lain, kita akan menebus waktu
kita. Kita semua telah kehilangan kesempatan untuk menyuplaikan hayat karena
kita telah menyita waktu dalam percakapan- percakapan yang bodoh.
Cara yang terbaik untuk menebus waktu kita
ialah berdoa terus-menerus, berjaga-jaga, dan hidup dalam hikmat. Jika kita
melakukan hal-hal ini, kita akan memegang semua kesempatan yang baik untuk
menyuplaikan hayat. Kalau kita tidak bertekun dalam doa dan tidak berjagajaga, kita
akan gagal dalam memegang kesempatan untuk menyuplaikan hayat. Kapan pun kita
berkontak dengan orang lain tanpa menggunakan hikmat, kita akan memboroskan waktu.
Pada kesempatan tertentu kita mungkin memboroskan waktu setengah jam untuk
membicarakan hal-hal yang tidak menyuplaikan hayat. Kita semua harus belajar
berdoa, berjaga-jaga, dan mencari hikmat dari Tuhan agar kita dapat menebus
waktu kita.
Dalam ayat 6 Paulus berkata, “Hendaklah
kata-katamu senantiasa penuh anugerah, seperti diberi garam, sehingga kamu
tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Tl. ). Dalam
Efesus 4:29 Paulus menyebutkan perkataan yang memberikan anugerah kepada orang
yang mendengarnya. Anugerah adalah Kristus sebagai kenikmatan dan suplai kita. Perkataan
kita harus menyampaikan anugerah ini kepada orang lain. Perkataan yang
membangun orang lain selalu menyuplaikan anugerah yang demikian kepada
orang-orang yang mendengarnya. Perkataan yang beranugerah berarti Kristus
diekspresikan melalui perkataan kita. Ini berarti perkataan kita harus menjadi
ekspresi dan ungkapan Kristus. Setiap perkataan harus merupakan pengekspresian
Kristus yang adalah anugerah.
Tutur kata kita harus pula seperti diberi
garam. Garam membuat makanan dapat diterima dan enak rasanya. Perkataan yang
digarami menjaga kita dalam perdamaian seorang dengan yang lain (Mrk. 9:50). Jika
perkataan kita beranugerah dan bergaram, maka perkataan itu akan membuat segalanya
menjadi serasi atau menyenangkan, dan akan membangkitkan rasa yang nyaman dalam
diri orang lain.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 30
No comments:
Post a Comment