Pembacaan
Alkitab: Kis. 10:12-14
Mengenai perihal Kristus yang almuhit
berlawanan dengan kebudayaan, kita perlu nampak bahwa menurut wahyu lengkap
dalam Alkitab, tujuan Allah ialah menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam umat
pilihan-Nya. Tujuan ini merupakan titik fokus dari wahyu ilahi dalam Alkitab. Untuk
dapat menggarapkan diri-Nya ke dalam kita, Allah harus tritunggal. Ketritunggalan
Allah — Bapa, Putra, dan Roh — benar-benar merupakan fakta yang ajaib dan
mengagumkan. Bapa sebagai sumber telah terwujud di dalam Putra, yang adalah
ekspresi Bapa. Ketika Putra datang, Ia selalu datang bersama Bapa. Ini
menunjukkan bahwa Bapa tidak dapat dipisahkan dari Putra, Putra juga tidak
dapat dipisahkan dari Bapa. Putra adalah perwujudan, realitas, dan ekspresi
Bapa. Melalui proses kematian dan kebangkitan, Putra telah menjadi Roh
pemberi-hayat (1 Kor. 15:45), Roh Kudus yang memberikan hayat. Jadi, Roh Kudus
adalah realisasi Putra, seperti halnya Putra adalah perwujudan Bapa.
Bapa, Putra, dan Roh bukanlah tiga Allah,
melainkan satu Allah dalam ketritunggalan-Nya. Karena Allah itu tritunggal, Ia
dapat menyalurkan diri-Nya ke dalam kita. Allah mendatangi kita dalam Putra
melalui inkarnasi Kristus. Kristus mati di atas salib untuk menebus kita dan
mengakhiri ciptaan lama. Kemudian dalam kebangkitan, Ia menjadi Roh
pemberi-hayat. Di satu pihak, Kristus bertakhta di surga sebagai Kepala dan
Tuhan segala sesuatu, dan di pihak lain, Ia sebagai Roh itu berhuni di dalam
kita sebagai hayat kita. Sebagai Roh pemberi-hayat, Kristus adalah suplai hayat
kita, dan Dia adalah realitas setiap hal positif bagi kita.
Sebagai Roh almuhit, Allah Tritunggal
sedang menggarapkan diri-Nya ke dalam diri kita. Bagian yang terdalam dari diri
kita ialah roh, yang dikelilingi oleh jiwa dan tubuh. Tubuh jasmani manusia
menampung jiwa, dan jiwa menampung roh, yaitu wadah untuk menerima dan
menampung Allah. Sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit yang telah melalui
proses, Kristus berada di dalam roh kita, ingin menyebarkan diri-Nya ke seluruh
bagian jiwa kita, dan terakhir menjenuhi tubuh kita, untuk membuat kita menjadi
serupa mutlak dengan Dia. Bila hal tersebut terjadi, seluruh diri kita akan
dijenuhi oleh diri-Nya sendiri. Inilah penyelamatan Allah yang sesuai dengan
ekonomi-Nya.
Banyak hal yang menghambat terlaksananya
penyelamatan Allah yang sempurna. Dua hambatan yang lebih nyata ialah dosa dan
dunia. Tetapi hambatan yang paling licik ialah kebudayaan. Kebudayaan
mengganggu umat pilihan Allah dalam mengalami dan menikmati Kristus. Kristus yang
almuhit berlawanan dengan kebudayaan. Namun, kita tidak mengatakan bahwa kita
harus membuang kebudayaan kita, dan berperilaku seperti orang Barbar. Kita sekalikali
tidak menganjuri siapa pun untuk hidup seperti orang tanpa kebudayaan. Orang-orang
yang tidak memiliki Kristus benar-benar perlu kebudayaan. Ketika anak-anak
bertumbuh dewasa, mereka tidak saja membutuhkan kebudayaan, tetapi juga hukum
Taurat. Tetapi setelah kita menerima Kristus, kita tidak boleh membiarkan
kebudayaan kita membatasi Kristus atau mengganggu kita dalam mengalami Kristus.
Sebelum menerima Kristus, semua orang perlu kebudayaan. Tetapi setelah menerima
Kristus, orang harus hidup menurut Kristus, bukan menurut kebudayaan. Jangan mengira
kebudayaan itu tidak perlu. Kebudayaan memelihara, mengatur, dan memperbaiki
manusia. Tetapi setelah Kristus masuk ke dalam kita, dalam pengalaman kita,
kita harus mulai hidup oleh Kristus. Masalahnya ialah Kristus telah dibatasi
oleh kebudayaan kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 36
No comments:
Post a Comment