Pembacaan
Alkitab: Kol. 4:7-18
Setelah kita membaca kesebelas ayat ini,
kita menemukan bahwa semua ini adalah sebuah gambaran yang rinci dari manusia
baru yang hidup di daerah Laut Tengah. Eksistensi dan kehidupan manusia baru
yang riil adalah suatu perkara yang sangat berarti. Kekaisaran Romawi meliputi suatu
daerah yang luas dan mencakup bermacammacam manusia. Untuk menyatukan rakyat
secara kultural, Kekaisaran Romawi memakai bahasa Yunani. Tetapi, Kekaisaran
Romawi tidak berhasil menyatukan rakyat yang beraneka ragam itu. Perbedaan-perbedaan
di antara bangsa, suku, dan kelas sosial masih ada. Orang Yahudi tetap orang Yahudi,
orang Yunani tetap orang Yunani. Perbedaan antara budak dan tuan tidak dapat
dihapus. Tetapi, meskipun semua perbedaan di antara bangsa, suku, dan kelas
tetap ada, di bumi telah muncul secara riil satu manusia baru yang tercipta di
dalam Kristus Yesus. Yang ada bukan hanya gereja-gereja lokal di berbagai kota,
bahkan satu manusia baru yang sejati dan riil.
Ketika kita membaca penutup Kitab Kolose,
kita nampak bahwa dalam hati Paulus tidak hanya ada satu gereja lokal tertentu
atau orang kudus tertentu, melainkan satu manusia baru. Paulus mengenal banyak
orang kudus, tetapi dalam ayat-ayat yang mengatakan tentang persekutuan, ia
menyebut beberapa orang sebagai wakil berbagai jenis orang yang memiliki
Kristus sebagai unsur untuk membentuk manusia baru. Dengan demikian ia
menampilkan sebuah gambaran lengkap dari kehidupan manusia baru. Beban saya
dalam berita ini ialah mengharap agar kita dapat memiliki kesan terhadap butir
penting ini.
Bila kita memiliki perasaan manusia baru,
kita tidak seharusnya menganggap gereja-gereja di negera kita tidak bersangkut-paut
dengan gereja-gereja di negera lain. Sebaliknya, kita akan menyadari bahwa hari
ini semua gereja adalah satu manusia baru. Semoga kita memandang kepada Tuhan
agar bagaimanapun kita tidak menjadi sekte. Kita tidak menjadi sekte baik
sebagai kaum beriman individual maupun sebagai gereja-gereja lokal korporat,
melainkan kita semua, segenap kaum saleh dalam seluruh gereja hanya merupakan
satu manusia baru. Jika pada waktu Paulus, di mana perjalanan tidak mudah,
gereja-gereja masih bisa berhubungan, bukankah seharusnya kita yang memiliki
transportasi modern hari ini lebih-lebih demikian? Melalui lalu lintas antar
gereja ini, kita akan mengalami kehidupan manusia baru yang riil.
Setelah persekutuannya, Rasul Paulus
menyampaikan salamnya kepada kaum saleh dengan tulisan tangannya sendiri dan
meminta mereka mengingat akan belenggunya (ayat 18). Ia mengakhiri Surat
Kiriman ini dengan perkataan, “Anugerah menyertai kamu. ” Ini
menunjukkan bahwa kaum saleh memerlukan anugerah untuk memahami dan berbagian
dalam kealmuhitan Kristus sebagai bagian mereka, demi menempuh kehidupan
manusia baru yang riil.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 31
No comments:
Post a Comment