Pembacaan
Alkitab: Kol. 3:10-11
Dalam kekekalan yang lampau Allah “eksis”
sendirian. Kemudian, dalam waktu, Ia menciptakan segala sesuatu. Pada titik
tertentu dalam sejarah, Allah Pencipta, Pencipta segala sesuatu ini, menjadi
manusia. Langkah yang penting ini disebut inkarnasi. Melalui inkarnasi ini
Allah mengenakan manusia berikut segala makhluk ciptaan, karena manusia adalah
kepala makhluk ciptaan. Tuhan Yesus, Allah yang berinkarnasi, hidup di bumi
selama tiga puluh tiga setengah tahun. Ketika Ia disalibkan, semua makhluk
ciptaan disalibkan bersama Dia. Ini berarti bukan Kristus saja yang naik ke
salib, tetapi manusia yang Allah kenakan berikut semua makhluk ciptaan bersama
Dia menuju salib. Sebab itu, kematian Kristus di atas salib merupakan
penyaliban almuhit. Setelah penyaliban-Nya, Kristus dikubur di dalam makam. Manusia
dan makhluk ciptaan yang disalibkan bersama Kristus juga dikubur di dalam makam
itu. Tiga hari kemudian, Kristus bangkit dari antara orang mati dalam
kebangkitan-Nya. Melalui dan dalam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi-hayat. Tidak
hanya demikian, dalam kenaikan-Nya ke langit tingkat ketiga, Ia telah
dimahkotai dan menjadi Kepala dan Tuhan atas segala sesuatu. Kemudian Ia turun
ke atas Tubuh-Nya sebagai Roh yang almuhit.
Setelah merampungkan penciptaan, karena
Allah melalui inkarnasi, kehidupan insani, penyaliban, kebangkitan, kenaikan,
dan turun, maka boleh kita katakan Dialah Allah yang telah melalui proses. Melalui
inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan, Ia telah menjadi Roh pemberi-hayat. Setelah
naik ke langit tingkat ketiga di mana Ia telah dinobatkan dan dimahkotai, dan
di mana Ia telah dijadikan Kepala dan Tuhan atas segala sesuatu, Ia turun ke
atas gereja, Tubuh-Nya. Dalam turun-Nya, Ia adalah Roh almuhit. Roh almuhit ini
telah datang ke atas orang-orang pilihan Allah, yang tersusun menjadi gereja.
Ketika Kristus berinkarnasi dan lahir di
palungan di Betlehem, Ia mengenakan sifat insani. Sifat insani ini mencakup kita
dan segala makhluk ciptaan. Karena itu, sebelum kita dilahirkan, Kristus sudah
mengenakan kita. Ketika Kristus menempuh kehidupan insani, kita juga
menempuhnya bersama Dia. Tidak hanya demikian, ketika Ia pergi ke salib dan disalibkan,
kita pun disalibkan bersama-Nya. Kemudian kita dikubur bersama Dia di dalam
kubur. Sebenarnya seluruh makhluk ciptaan telah dikubur bersama Dia di situ. Jadi,
kuburan Kristus adalah kuburan almuhit. Kita pun telah dibangkitkan dan
diangkat bersama Kristus. Sekarang, bahkan ketika kita mengambil bagian dalam
hidup gereja, kita duduk bersama Dia di surga. Di satu pihak, kita berada dalam
gereja di bumi; di pihak lain, kita berada dalam Kristus di surga. Antara surga
dengan gereja ada lalulintas yang ramai sekali, lalu-lintas yang bergerak lebih
cepat daripada kecepatan cahaya. Sebetulnya mengatakan lalu-lintas seperti itu
adalah ditinjau dari pandangan manusia. Dari pandangan Allah, surga dan gereja
adalah satu. Sebab itu, berada di dalam gereja berarti berada di surga.
Kita juga perlu menunjukkan bahwa Roh yang
almuhit adalah realitas minyak urapan majemuk yang dilukiskan dalam Keluaran 30.
Sebagai minyak urapan majemuk, Roh itu tidak lagi hanya mencakup Roh Allah yang
dilambangkan oleh minyak zaitun, tetapi juga aspek-aspek kematian dan
kebangkitan Kristus yang dilambangkan oleh rempah-rempah. Setelah minyak zaitun
dicampur dengan rempahrempah, minyak itu menjadi minyak urapan majemuk. Semula,
minyak zaitun hanya merupakan satu esens, satu unsur. Tetapi setelah dicampur
dengan rempah-rempah, ada unsur lain yang ditambahkan kepadanya. Minyak urapan yang
dihasilkan oleh percampuran minyak zaitun dengan empat jenis rempah-rempah itu
melambangkan Roh yang almuhit.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 27
No comments:
Post a Comment