Hitstat

27 June 2014

Kolose - Minggu 13 Jumat



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:20-21


Dalam Kolose 2:20 Paulus menunjukkan bahwa kita telah mati bersama Kristus dari unsur-unsur dunia. Unsur-unsur ini termasuk tata cara-tata cara Yahudi, peraturan-peraturan kafir, dan filsafat. Itu juga mencakup mistikisme dan pertapaan. Unsur-unsur dunia itu adalah asas-asas dasar dari masyarakat duniawi, asas-asas awal yang ditemukan oleh umat manusia dan dipraktekkan dalam masyarakat. Kita telah mati bersama-sama Kristus terhadap unsur-unsur dunia ini. Tatkala Kristus disalibkan, kita juga disalibkan. Dalam penyaliban-Nya kita telah dibebaskan dari asas-asas unsur-unsur dunia.

Karena kita telah mati bersama-sama Kristus dari unsur-unsur dunia, maka Paulus bertanya kepada kita mengapa sewaktu kita masih hidup di dunia, kita menaklukkan diri kita kepada ketentuan-ketentuan. Dengan nada mencela, dia bertanya kepada kaum beriman di Kolose mengapa mereka masih menaklukkan diri mereka kepada rupa-rupa peraturan yang ditujukan kepada setiap asas-asas awal yang darinya mereka telah mati di dalam Kristus. Dunia dalam ayat ini tidak ditujukan kepada bumi secara fisik, melainkan masyarakat manusia, umat manusia. Sebab itu, Paulus bertanya kepada kaum beriman mengapa mereka masih menaklukkan diri mereka kepada rupa-rupa peraturan seolah-olah mereka masih hidup dalam masyarakat manusia itu.

Sebagai orang-orang yang mempunyai satu persona dan satu cara, kita tidak memerlukan peraturan-peraturan tentang di mana sepatu kita harus diletakkan. Tetapi, ketika kita hendak tidur pada malam hari, kita harus melalui salib. Itu berarti tidak peduli apa yang telah kita lakukan selama siang hari atau apa yang terjadi atas kita, salib membereskan setiap hal. Misalkan, pada sore hari Anda dibuat tidak senang oleh istri atau suami Anda. Sebelum tidur Anda perlu menerapkan salib atas perasaan ketidaksenangan Anda itu. Jika Anda berbuat demikian, perasaan tidak senang itu akan lenyap. Hal ini menunjukkan bahwa cara kita adalah salib, bukan pertapaan atau perlakuan kejam yang mana pun atas diri kita. Menyadari bahwa kita telah mati di dalam Kristus, kita harus tidur pada malam hari dengan suatu kesadaran salib. Jika kita mempraktekkan tidur melalui salib, merebahkan diri dengan kesadaran bahwa kita telah mati di dalam Kristus, keesokan paginya kita akan bangun dalam kebangkitan sebagai seorang manusia baru. Kita tidak saja memiliki Kristus, persona yang unik yang berlawanan dengan segala hal; kita pun memiliki salib, cara yang unik, yang berlawanan dengan semua cara lain.

Karena kita memiliki Kristus dan salib, tidak ada kedudukan bagi kerendahan hati yang dibebankan pada diri sendiri. Kita tidak perlu melatih diri untuk menjadi rendah hati. Saya telah mengamati, baik di Timur maupun di Barat, orang-orang yang paling sombong adalah orang-orang yang belajar mempraktekkan sejenis kerendahan hati. Kita tidak perlu mempelajari praktek semacam itu. Sebaliknya, kita harus melulu menerima cara salib yang unik ini.

Karena kita memiliki Kristus sebagai persona yang unik dan salib sebagai cara yang unik, kita tidak perlu pertapaan. Tidak hanya demikian, kita bahkan tidak perlu memutuskan sesuatu hal tertentu, karena berbuat seperti itu tidaklah berkhasiat. Yang perlu kita lakukan tidak lain hanya merebahkan diri melalui salib pada malam hari, tidur dengan penuh perhentian, dan bangun pagi dalam kebangkitan. Puji Tuhan karena pengalaman atas kematian Kristus berlawanan dengan pertapaan!


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 26

No comments: