Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:20-21
Dalam Kolose 2:20 Paulus menunjukkan bahwa
kita telah mati bersama Kristus dari unsur-unsur dunia. Unsur-unsur ini
termasuk tata cara-tata cara Yahudi, peraturan-peraturan kafir, dan filsafat. Itu
juga mencakup mistikisme dan pertapaan. Unsur-unsur dunia itu adalah asas-asas
dasar dari masyarakat duniawi, asas-asas awal yang ditemukan oleh umat manusia
dan dipraktekkan dalam masyarakat. Kita telah mati bersama-sama Kristus
terhadap unsur-unsur dunia ini. Tatkala Kristus disalibkan, kita juga
disalibkan. Dalam penyaliban-Nya kita telah dibebaskan dari asas-asas unsur-unsur
dunia.
Karena kita telah mati bersama-sama Kristus
dari unsur-unsur dunia, maka Paulus bertanya kepada kita mengapa sewaktu kita
masih hidup di dunia, kita menaklukkan diri kita kepada ketentuan-ketentuan. Dengan
nada mencela, dia bertanya kepada kaum beriman di Kolose mengapa mereka masih
menaklukkan diri mereka kepada rupa-rupa peraturan yang ditujukan kepada setiap
asas-asas awal yang darinya mereka telah mati di dalam Kristus. Dunia dalam ayat
ini tidak ditujukan kepada bumi secara fisik, melainkan masyarakat manusia,
umat manusia. Sebab itu, Paulus bertanya kepada kaum beriman mengapa mereka
masih menaklukkan diri mereka kepada rupa-rupa peraturan seolah-olah mereka
masih hidup dalam masyarakat manusia itu.
Sebagai orang-orang yang mempunyai satu
persona dan satu cara, kita tidak memerlukan peraturan-peraturan tentang di
mana sepatu kita harus diletakkan. Tetapi, ketika kita hendak tidur pada malam
hari, kita harus melalui salib. Itu berarti tidak peduli apa yang telah kita
lakukan selama siang hari atau apa yang terjadi atas kita, salib membereskan setiap
hal. Misalkan, pada sore hari Anda dibuat tidak senang oleh istri atau suami
Anda. Sebelum tidur Anda perlu menerapkan salib atas perasaan ketidaksenangan
Anda itu. Jika Anda berbuat demikian, perasaan tidak senang itu akan lenyap. Hal
ini menunjukkan bahwa cara kita adalah salib, bukan pertapaan atau perlakuan
kejam yang mana pun atas diri kita. Menyadari bahwa kita telah mati di dalam
Kristus, kita harus tidur pada malam hari dengan suatu kesadaran salib. Jika
kita mempraktekkan tidur melalui salib, merebahkan diri dengan kesadaran bahwa
kita telah mati di dalam Kristus, keesokan paginya kita akan bangun dalam
kebangkitan sebagai seorang manusia baru. Kita tidak saja memiliki Kristus,
persona yang unik yang berlawanan dengan segala hal; kita pun memiliki salib,
cara yang unik, yang berlawanan dengan semua cara lain.
Karena kita memiliki Kristus dan salib,
tidak ada kedudukan bagi kerendahan hati yang dibebankan pada diri sendiri. Kita
tidak perlu melatih diri untuk menjadi rendah hati. Saya telah mengamati, baik
di Timur maupun di Barat, orang-orang yang paling sombong adalah orang-orang yang
belajar mempraktekkan sejenis kerendahan hati. Kita tidak perlu mempelajari
praktek semacam itu. Sebaliknya, kita harus melulu menerima cara salib yang
unik ini.
Karena kita memiliki Kristus sebagai
persona yang unik dan salib sebagai cara yang unik, kita tidak perlu pertapaan.
Tidak hanya demikian, kita bahkan tidak perlu memutuskan sesuatu hal tertentu,
karena berbuat seperti itu tidaklah berkhasiat. Yang perlu kita lakukan tidak
lain hanya merebahkan diri melalui salib pada malam hari, tidur dengan penuh
perhentian, dan bangun pagi dalam kebangkitan. Puji Tuhan karena pengalaman
atas kematian Kristus berlawanan dengan pertapaan!
Sumber: Pelajaran-Hayat
Kolose, Buku 2, Berita 26
No comments:
Post a Comment