Hitstat

11 June 2014

Kolose - Minggu 11 Rabu



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:4, 8; Gal. 4:3


Dalam ayat 8 Paulus selanjutnya berkata, “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya dan tipuan yang kosong” (Tl.). Kita harus waspada agar tidak ada seorang pun yang menawan kita sebagai tawanan dengan filsafatnya. Dalam bahasa Yunani, kata yang diterjemahkan “nya” adalah artikel yang menekankan. Jadi, itu menunjukkan satu filsafat tertentu. Filsafat yang menawan kaum beriman di Kolose tak lain ialah Gnostikisme, sebuah campuran dari filsafat Yahudi, filsafat Timur, dan filsafat Yunani, yang merupakan tipuan yang kosong. Sebenarnya, setiap bentuk penipuan adalah kosong. Tidak satu pun perkara yang sejati, yang memiliki isi yang riil, dapat menjadi satu penipuan.

Dalam ayat ini filsafat dan tipuan yang kosong adalah “menurut ajaran turun temurun dan unsur-unsur (roh-roh, LAI) dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” Sumber ajaran Gnostik di Kolose adalah tradisi manusia, yang bukan berdasarkan tulisan yang diwahyukan Allah, melainkan berdasarkan tradisi manusia. Satu prinsip yang harus kita ikuti ialah menguji setiap hal dengan Alkitab. Kita harus hanya memperhatikan wahyu firman kudus Allah yang langsung, tidak memperhatikan apa pun yang menurut tradisi manusia. Kita tidak perlu menerima apa pun yang diwarisi dari manusia sebagai tradisi jika hal itu tidak sesuai dengan wahyu ilahi dalam Alkitab.

Filsafat dan tipuan yang kosong tidak saja menurut tradisi manusia, juga menurut unsur-unsur dunia. Dalam pandangan Paulus, tradisi manusia hanyalah prinsip-prinsip awal. Tradisi-tradisi ini tercakup pula dalam prinsip-prinsip awal dunia.

Paulus menutup ayat 8 dengan mengatakan filsafat dan tipuan yang kosong itu tidak menurut Kristus. Kristus adalah prinsip pengendalian dari seluruh hikmat dan pengetahuan yang sejati, realitas dari segala pengajaran yang sejati, dan satu-satunya patokan dari segala konsepsi yang diperkenan Allah. Kitab Kolose berpusat pada Kristus sebagai segala sesuatu kita.

Tidak menurut Kristus pertama-tama berarti kita tidak menerima Kristus sebagai hayat (3:4). Kedua, berarti kita tidak berpegang pada Kristus sebagai Kepala Tubuh. Selain itu, berarti tidak mengenal Kristus sebagai rahasia Allah (2:2), juga tidak mengalami Kristus yang berhuni di batin sebagai pengharapan akan kemuliaan (1:27). Akhirnya, tidak menurut Kristus berarti tidak berperilaku di dalam Kristus (2:6).

Jika kita mengambil Kristus sebagai hayat, berpegang teguh kepada Dia sebagai Kepala Tubuh, mengenal Dia sebagai rahasia Allah, mengalami Dia sebagai pengharapan akan kemuliaan, dan hidup di dalam Dia sebagai Roh yang almuhit, kita tidak akan tertipu oleh apa pun atau siapa pun. Orang-orang yang tidak mengalami Kristus dalam aspek-aspek ini mudah sekali tertipu. Jika Anda menganalisis situasi orang-orang yang telah teperdaya dan tertawan, Anda akan memahami bahwa mereka tidak mengalami Kristus dalam kelima aspek tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa Kristus adalah segala sesuatu dalam ekonomi Allah, dan mereka tidak menerima Kristus sebagai hayat mereka atau Kepala mereka. Lagi pula, mereka tidak mengalami Kristus yang berhuni di batin sebagai pengharapan akan kemuliaan mereka, juga tidak menempuh hidup, bergerak, dan membawa diri di dalam Kristus. Hasilnya, mereka tidak memiliki kekuatan pertahanan, dan akhirnya mereka teperdaya dan tertawan. Pertahanan kita untuk melawan penipuan ialah Kristus yang adalah hayat kita, Kepala kita, rahasia Allah, pengharapan akan kemuliaan, dan tanah permai yang di dalamnya kita berperilaku.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 21

No comments: