Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:4, 8; Gal. 4:3
Dalam ayat 8 Paulus selanjutnya berkata, “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya
dan tipuan yang kosong” (Tl.). Kita harus waspada agar tidak ada seorang
pun yang menawan kita sebagai tawanan dengan filsafatnya. Dalam bahasa Yunani, kata yang
diterjemahkan “nya” adalah artikel
yang menekankan. Jadi, itu menunjukkan satu filsafat tertentu. Filsafat yang menawan
kaum beriman di Kolose tak lain ialah Gnostikisme, sebuah campuran dari
filsafat Yahudi, filsafat Timur, dan filsafat Yunani, yang merupakan tipuan
yang kosong. Sebenarnya, setiap bentuk penipuan adalah kosong. Tidak satu pun perkara
yang sejati, yang memiliki isi yang riil, dapat menjadi satu penipuan.
Dalam ayat ini filsafat dan tipuan yang kosong adalah “menurut ajaran turun temurun dan unsur-unsur
(roh-roh, LAI) dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” Sumber ajaran Gnostik
di Kolose adalah tradisi manusia, yang bukan berdasarkan tulisan yang diwahyukan
Allah, melainkan berdasarkan tradisi manusia. Satu prinsip yang harus kita
ikuti ialah menguji setiap hal dengan Alkitab. Kita harus hanya memperhatikan
wahyu firman kudus Allah yang langsung, tidak memperhatikan apa pun yang menurut
tradisi manusia. Kita tidak perlu menerima apa pun yang diwarisi dari manusia
sebagai tradisi jika hal itu tidak sesuai dengan wahyu ilahi dalam Alkitab.
Filsafat dan tipuan yang kosong tidak saja menurut tradisi
manusia, juga menurut unsur-unsur dunia. Dalam pandangan Paulus, tradisi
manusia hanyalah prinsip-prinsip awal. Tradisi-tradisi ini tercakup pula dalam
prinsip-prinsip awal dunia.
Paulus menutup ayat 8 dengan mengatakan filsafat dan tipuan yang
kosong itu tidak menurut Kristus. Kristus adalah prinsip pengendalian dari
seluruh hikmat dan pengetahuan yang sejati, realitas dari segala pengajaran
yang sejati, dan satu-satunya patokan dari segala konsepsi yang diperkenan
Allah. Kitab Kolose berpusat pada Kristus sebagai segala sesuatu kita.
Tidak menurut Kristus pertama-tama berarti kita tidak menerima
Kristus sebagai hayat (3:4). Kedua, berarti kita tidak berpegang pada Kristus
sebagai Kepala Tubuh. Selain itu, berarti tidak mengenal Kristus sebagai
rahasia Allah (2:2), juga tidak mengalami Kristus yang berhuni di batin sebagai
pengharapan akan kemuliaan (1:27). Akhirnya, tidak menurut Kristus berarti
tidak berperilaku di dalam Kristus (2:6).
Jika kita mengambil Kristus sebagai hayat, berpegang teguh
kepada Dia sebagai Kepala Tubuh, mengenal Dia sebagai rahasia Allah, mengalami
Dia sebagai pengharapan akan kemuliaan, dan hidup di dalam Dia sebagai Roh yang
almuhit, kita tidak akan tertipu oleh apa pun atau siapa pun. Orang-orang yang tidak
mengalami Kristus dalam aspek-aspek ini mudah sekali tertipu. Jika Anda menganalisis
situasi orang-orang yang telah teperdaya dan tertawan, Anda akan memahami bahwa
mereka tidak mengalami Kristus dalam kelima aspek tersebut. Mereka tidak
menyadari bahwa Kristus adalah segala sesuatu dalam ekonomi Allah, dan mereka
tidak menerima Kristus sebagai hayat mereka atau Kepala mereka. Lagi pula,
mereka tidak mengalami Kristus yang berhuni di batin sebagai pengharapan akan kemuliaan mereka,
juga tidak menempuh hidup, bergerak, dan membawa diri di dalam Kristus.
Hasilnya, mereka tidak memiliki kekuatan pertahanan, dan akhirnya mereka
teperdaya dan tertawan. Pertahanan kita untuk melawan penipuan ialah Kristus
yang adalah hayat kita, Kepala kita, rahasia Allah, pengharapan akan kemuliaan,
dan tanah permai yang di dalamnya kita berperilaku.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 21
No comments:
Post a Comment