Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:4, 8; 1 Kor. 10:3-4
Menurut perlambangan, bangsa Israel menikmati Kristus dalam tiga
tahap: di Mesir, di padang gurun, dan di tanah permai. Paskah yang mereka
nikmati di Mesir tidak saja untuk penebusan mereka, tetapi juga untuk
menguatkan mereka agar mereka dapat keluar dari Mesir. Di padang gurun umat
Allah itu hidup bersandarkan manna, yang memungkinkan mereka membangun Kemah
Pertemuan Allah dan membawanya sebagai kesaksian. Setelah bangsa Israel
memasuki tanah permai, mereka mulai menikmati hasil yang berlimpah dari tanah
tersebut. Hasil itu memungkinkan mereka membangun bait bagi kesaksian yang lebih
kokoh. Dipandang dari segi perlambangan, bait di tanah permai adalah inti kehendak
Allah di bumi. Allah damba memperoleh tempat kediaman di antara umat
pilihan-Nya bagi ekspresi-Nya. Kehendak Allah tidak tercapai melalui menikmati
Kristus sebagai domba Paskah di Mesir, tidak pula melalui menikmati
Kristus sebagai manna di padang gurun. Kehendak-Nya tercapai hanya bila umat-Nya
menikmati Kristus sebagai tanah permai mereka.
Dalam 1 Korintus kita melihat Paulus menanggulangi orang-orang
Korintus bersandarkan dua tahap pertama kenikmatan atas Kristus, tidak bersandarkan
tahap ketiga. Dalam 1 Korintus 5:7 dia berkata, “Sebab Paskah kita, yaitu Kristus, juga telah disembelih”(Tl.). Di
ayat selanjutnya dia menyuruh mereka “berpesta”.
Ayat-ayat ini menunjukkan kenikmatan atas Kristus sebagai Paskah di Mesir. Dalam
1 Korintus 10:3-4 Paulus menyebutkan makanan dan minuman rohani.
Ini mengacu kepada kenikmatan atas Kristus di padang gurun. Dalam 1 Korintus
tidak disinggung kenikmatan atas Kristus dalam tahap yang ketiga, tetapi dalam
Kitab Kolose Paulus menganggap kaum beriman di situ berada dalam kenikmatan
atas Kristus pada tahap ini.
Hidup gereja dalam Kitab Kolose dan Efesus lebih kokoh daripada
dalam Kitab 1 Korintus, sebab dalam Surat-surat Kiriman ini kenikmatan atas Kristus bukan yang berada di tingkat dasar;
bukan sekadar kenikmatan atas Kristus sebagai Paskah atau manna, tetapi
kenikmatan atas Kristus sebagai tanah permai, sebagai bagian orang-orang kudus. Hari ini beberapa
gereja mungkin berada dalam tahap pertama atau kedua dalam kenikmatannya atas Kristus,
sementara yang lain mungkin berada dalam tahap ketiga.
Jika kita ingin masuk ke dalam tanah permai, kita harus
mengalahkan dan menaklukkan semua musuh yang dilambangkan oleh ketujuh suku.
Musuh-musuh tersebut adalah penguasa, pemerintah, dan kuasa jahat di udara.
Setelah musuh-musuh ini dikalahkan, barulah kita memiliki damai sejahtera, dan dalam
damai sejahtera ini barulah bait dapat dibangun.
Walaupun orang-orang Kolose berada di dalam Kristus sebagai
tanah permai, namun mereka telah teperdaya, tertipu. Itulah sebabnya Paulus
berkata dalam Kolose 2:4, “Hal ini kukatakan,
supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah.”
Kita mudah sekali teperdaya oleh sesuatu yang sangat mirip
dengan aslinya, oleh barang tiruan yang hampir sama dengan yang asli. Tanpa
daya pembeda yang tajam, sukar untuk melihat perbedaan antara ajaran-ajaran
dalam Perjanjian Baru dengan ajaran etis tertentu. Selagi muda, saya mendengar
seorang misionaris yang mengatakan bahwa ajaran etis Konghucu sama dengan
ajaran-ajaran Alkitab. Alkitab mengajarkan istri harus taat atau menurut kepada
suami. Tetapi Konghucu mengajarkan ketaatan rangkap tiga. Pertama, seorang
wanita harus taat kepada ayahnya; kemudian kepada suaminya; dan setelah itu, jika
suaminya mati, taat kepada anaknya. Mengenai ketaatan, ajaran Konghucu dengan
ajaran Alkitab kelihatannya tidak berbeda prinsipnya. Jika kita tidak dapat
membedakan, kita akan diselewengkan dari Kristus oleh ajaran-ajaran etis yang
mirip dengan ajaran Alkitab tersebut.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 21
No comments:
Post a Comment