Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:6-9
Ayat 7 menyimpulkan dengan kata-kata demikian: “Teguh dalam iman sebagaimana telah diajarkan
kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” Kata “dalam iman” di
sini berarti dalam iman kita, dalam iman yang subyektif yang dengannya kita percaya.
Jika kita diselewengkan dari Kristus dan mengalihkan perhatian kita kepada
hal-hal yang menggantikan Dia, maka iman kita akan menjadi lemah, bahkan
mungkin akan guncang. Tetapi jika kita tetap di dalam Kristus dan dibangun di dalam
gereja, iman kita akan dikuatkan.
Kita telah menunjukkan bahwa “iman” dalam ayat 7 ditujukan kepada iman
kita, iman yang subyektif. Mengapa Paulus mengatakan “iman” ketika ia
menyinggung iman kita? Sebab ia menganggap iman ini adalah iman kita, iman kita
adalah iman ini. Kita tidak dapat diteguhkan di dalam iman orang lain; kita
harus diteguhkan di dalam iman kita sendiri. Ini berarti iman kita harus
menjadi iman ini dan iman ini harus menjadi iman kita. Kita diteguhkan dalam
iman kita sendiri, yaitu iman ini.
Jalan untuk diteguhkan dalam iman ialah melalui melimpah dengan
syukur. Ketika kita benar terhadap Tuhan dan memiliki persekutuan dengan Dia, kita
akan dipenuhi dengan syukur. Namun, bila kita tidak benar terhadap Tuhan, kita
tidak mungkin bersyukur. Jika Anda bertanya kepada orang-orang yang berpecah-belah
apakah mereka melimpah dengan syukur, mulut mereka pasti akan terkatup. Jika
kita mengaku mempunyai persekutuan yang baik dengan Tuhan tetapi tidak dapat
bersyukur kepada-Nya, pengakuan kita itu palsu.
Menurut ayat ini, perkataan “melimpah dengan syukur” berkaitan
dengan “teguh dalam iman”. Ini menunjukkan apakah kita telah diteguhkan di
dalam iman atau tidak tergantung pada apakah kita melimpah dengan syukur. Jika
kita melakukan suatu perkara dalam persekutuan dengan Tuhan, kita akan dipenuhi
dengan syukur. Namun, jika kita melakukan sesuatu di luar Dia, kita tidak akan
dapat bersyukur. Sebagai contoh, dapatkah Anda bersyukur kepada Tuhan ketika
Anda menikmati suatu hiburan duniawi? Anda dapat mengaku bahwa Anda sangat
gembira, tetapi Anda tidak dapat bersyukur kepada Tuhan dengan jujur. Adakalanya
kita seakan-akan dapat bersyukur kepada Tuhan untuk hal tertentu, tetapi setelah sejangka waktu
kita bertobat untuk hal yang kita syukuri. Kita tidak boleh menipu diri sendiri.
Sebaliknya, kita harus memeriksa apakah kita melimpah dengan syukur. Jika kita
demikian, barulah kita telah teguh di dalam iman.
Jalan lain untuk mengalami Kristus sebagai rahasia Allah ialah “hendaklah perilakumu tetap di dalam Dia” (Kol. 2:6 Tl.). Karena kita
telah menerima Kristus, kita harus berperilaku di dalam Dia. Di sini, (perilaku)
berarti menempuh hidup, bertindak, bertingkah laku, dan membawa diri. Kita
seharusnya berperilaku menempuh hidup, dan bertindak di dalam Kristus, sehingga
kita dapat menikmati kekayaan-Nya, sama seperti bangsa Israel yang hidup di
tanah permai dan menikmati semua hasilnya yang berlimpah.
Dalam Kolose 2:4 Paulus berkata, “supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah.”
Dalam ayat 8 dia berkata lagi, “Hati-hatilah,
supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan
palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut
Kristus” (Tl.).
Jika kita ingin mengalami Kristus sebagai rahasia Allah, kita harus
berhatihati, supaya jangan diperdaya atau ditawan dari Dia. Kita tidak boleh tertipu
mengarah kepada hal-hal lain yang menggantikan Kristus. Kita perlu tetap berada
di dalam Dia. Selama kita berada di dalam Dia, kita akan tetap di dalam gereja.
Kristus harus menjadi satu-satunya fondasi kita, juga satu-satunya tumpuan dan kedudukan
kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 19
No comments:
Post a Comment