Hitstat

14 June 2014

Kolose - Minggu 11 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:9-12, 20-22


Dalam ayat 11 Paulus berbicara tentang “penanggalan akan tubuh daging”. Ini berarti melucuti sesuatu seperti halnya seseorang melucuti pakaian. Sunat yang dilakukan oleh kematian Kristus dan diterapkan oleh Roh yang berkuasa itu telah menggenapkan masalah penanggalan tubuh daging. Tubuh daging kita telah terpaku di atas salib bersama Kristus, dan telah tertanggal. Untuk ini kita sekali lagi harus melatih iman kita, bukan memandang diri kita sendiri atau situasi kita yang di luar. Marilah kita melatih iman dan berkata, “Amin! Tubuh daging telah tertanggal di atas salib dan oleh Roh yang berkuasa.”

Sunat ini seharusnya berada dalam sunat Kristus, bukan dengan sunat yang dilakukan manusia. Sunat Kristus itu adalah oleh penyaliban-Nya. Daging kita telah disalibkan hingga tertanggal oleh kematian-Nya di atas salib.

Tidak hanya demikian, sunat di dalam Kristus terjadi melalui baptisan. Dalam ayat 12 Paulus berkata, “Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga melalui kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.” Kita telah dikubur dalam baptisan bersama dengan Kristus. Dikuburkan dalam baptisan berarti menanggalkan, melucuti tubuh daging. Lagi pula, di dalam Kristus kita telah dibangkitkan bersama oleh iman kita kepada kerja kuasa Allah. Dalam baptisan ada aspek penguburan yang merupakan pengakhiran daging kita, dan aspek kebangkitan yang merupakan penunasan roh kita. Di dalam aspek kebangkitan kita dihidupkan di dalam Kristus dengan hayat ilahi.

Ketika kita membaptis satu orang beriman yang baru, kita harus menyadari bahwa orang ini sedang ditaruh ke dalam operasi ilahi yang akan mengakhiri dan menguburkannya. Kita harus beriman kepada operasi Allah Tritunggal tersebut. Oleh imanlah kita memiliki realitas pengakhiran dan penguburan manusia lama, ego, daging, dan hayat alamiah kita. Allah Tritunggal yang beroperasi akan menghormati iman kita dan membuat hal-hal itu menjadi riil. Penguburan dan pengakhiran manusia lama oleh baptisan ini adalah sunat yang riil.

Karena orang-orang Kolose telah menerima sunat yang demikian, maka mereka tidak perlu mempraktekkan pertapaan. Disunat dalam sunat Kristus berlawanan dengan pertapaan (2:20-22). Orang-orang yang telah dikubur dan diakhiri dan yang sekarang beristirahat dalam kubur tidak perlu lagi melakukan pertapaan. Tidak ada alasan bagi mereka untuk menyiksa tubuh mereka dengan keras. Hal ini bertentangan dengan prinsip rohani. Berdasarkan prinsip rohani, kita telah diakhiri dan telah menanggalkan tubuh daging, bagian yang ingin ditanggulangi oleh pertapaan. Setiap corak pertapaan mencoba menanggulangi hawa nafsu daging. Menurut ajaran dan praktek pertapaan, menyiksa tubuh dengan keras dapat mengakhiri hawa nafsu dan membatasi keinginan. Inilah prinsip pokok pertapaan. Di India ada orang yang mempraktekkan pertapaan dengan berbaring di atas ranjang berpaku. Apabila mereka merasakan hawa nafsu daging, mereka lalu menekankan tubuh mereka ke paku-paku tersebut, menyangka bahwa rasa sakit yang dirasakan itu dapat membatasi hawa nafsu mereka. Prinsip yang sama ini juga menerangkan peraturan-peraturan pertapaan tentang makan makanan-makanan yang lezat. Menurut ajaran pertapaan, menikmati makanan berarti menuruti daging. Karena alasan ini, para pertapa diajar untuk memilih makanan-makanan yang tidak enak.

Dalam berita ini kita telah nampak bahwa secara positif, kita telah dipenuhi di dalam Kristus, dan secara negatif, kita telah disunat di dalam-Nya. Sebab itu, tidak perlu kita menyembah malaikat atau mempraktekkan pertapaan. Walau semua praktek itu sangat menonjol di antara orangorang Kolose, tetapi kita harus membuangnya sama sekali. Kita tidak menyembah malaikat dan tidak melakukan pertapaan. Kita kini berada di dalam Kristus. Di dalam Dia kita telah dipenuhi dan tidak kekurangan apa pun. Di dalam Dia kita telah disunat dari segala hal negatif. Karena alasan ini, kita tidak perlu pertapaan untuk membatasi hawa nafsu daging. Inilah konsepsi Rasul Paulus. Saya percaya bahwa tulisannya tentang masalah ini dalam Kolose 2 sangat bermanfaat bagi kita hari ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 22

No comments: