Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:9-12, 20-22
Dalam ayat 11 Paulus berbicara tentang “penanggalan akan tubuh daging”. Ini berarti melucuti sesuatu
seperti halnya seseorang melucuti pakaian. Sunat yang dilakukan oleh kematian
Kristus dan diterapkan oleh Roh yang berkuasa itu telah menggenapkan masalah
penanggalan tubuh daging. Tubuh daging kita telah terpaku di atas salib bersama
Kristus, dan telah tertanggal. Untuk ini kita sekali lagi harus melatih iman
kita, bukan memandang diri kita sendiri atau situasi kita yang di luar. Marilah
kita melatih iman dan berkata, “Amin! Tubuh daging telah tertanggal di atas
salib dan oleh Roh yang berkuasa.”
Sunat ini seharusnya berada dalam sunat Kristus, bukan dengan
sunat yang dilakukan manusia. Sunat Kristus itu adalah oleh penyaliban-Nya.
Daging kita telah disalibkan hingga tertanggal oleh kematian-Nya di atas salib.
Tidak hanya demikian, sunat di dalam Kristus terjadi melalui
baptisan. Dalam ayat 12 Paulus berkata, “Karena
dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut
dibangkitkan juga melalui kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan
Dia dari orang mati.” Kita telah dikubur dalam baptisan bersama dengan Kristus.
Dikuburkan dalam baptisan berarti menanggalkan, melucuti tubuh daging. Lagi pula,
di dalam Kristus kita telah dibangkitkan bersama oleh iman kita kepada kerja
kuasa Allah. Dalam baptisan ada aspek penguburan yang merupakan pengakhiran
daging kita, dan aspek kebangkitan yang merupakan penunasan roh kita. Di dalam
aspek kebangkitan kita dihidupkan di dalam Kristus dengan hayat ilahi.
Ketika kita membaptis satu orang beriman yang baru, kita harus menyadari
bahwa orang ini sedang ditaruh ke dalam operasi ilahi yang akan mengakhiri dan menguburkannya.
Kita harus beriman kepada operasi Allah Tritunggal tersebut. Oleh imanlah kita
memiliki realitas pengakhiran dan penguburan manusia lama, ego, daging, dan hayat
alamiah kita. Allah Tritunggal yang beroperasi akan menghormati iman kita dan membuat
hal-hal itu menjadi riil. Penguburan dan pengakhiran manusia lama oleh baptisan
ini adalah sunat yang riil.
Karena orang-orang Kolose telah menerima sunat yang demikian,
maka mereka tidak perlu mempraktekkan pertapaan. Disunat dalam sunat Kristus
berlawanan dengan pertapaan (2:20-22). Orang-orang yang telah dikubur dan
diakhiri dan yang sekarang beristirahat dalam kubur tidak perlu lagi melakukan
pertapaan. Tidak ada alasan bagi mereka untuk menyiksa tubuh mereka dengan
keras. Hal ini bertentangan dengan prinsip rohani. Berdasarkan prinsip rohani,
kita telah diakhiri dan telah menanggalkan tubuh daging, bagian yang ingin
ditanggulangi oleh pertapaan. Setiap corak pertapaan mencoba menanggulangi hawa
nafsu daging. Menurut ajaran dan praktek pertapaan, menyiksa tubuh dengan keras
dapat mengakhiri hawa nafsu dan membatasi keinginan. Inilah prinsip pokok pertapaan.
Di India ada orang yang mempraktekkan pertapaan dengan berbaring di atas
ranjang berpaku. Apabila mereka merasakan hawa nafsu daging, mereka lalu menekankan
tubuh mereka ke paku-paku tersebut, menyangka bahwa rasa sakit yang dirasakan
itu dapat membatasi hawa nafsu mereka. Prinsip yang sama ini juga menerangkan
peraturan-peraturan pertapaan tentang makan makanan-makanan yang lezat. Menurut
ajaran pertapaan, menikmati makanan berarti menuruti daging. Karena alasan ini,
para pertapa diajar untuk memilih makanan-makanan yang tidak enak.
Dalam berita ini kita telah nampak bahwa secara positif, kita
telah dipenuhi di dalam Kristus, dan secara negatif, kita telah disunat di dalam-Nya.
Sebab itu, tidak perlu kita menyembah malaikat atau mempraktekkan pertapaan.
Walau semua praktek itu sangat menonjol di antara orangorang Kolose, tetapi
kita harus membuangnya sama sekali. Kita tidak menyembah malaikat dan tidak
melakukan pertapaan. Kita kini berada di dalam Kristus. Di dalam Dia kita telah
dipenuhi dan tidak kekurangan apa pun. Di dalam Dia kita telah disunat dari
segala hal negatif. Karena alasan ini, kita tidak perlu pertapaan untuk
membatasi hawa nafsu daging. Inilah konsepsi Rasul Paulus. Saya percaya bahwa
tulisannya tentang masalah ini dalam Kolose 2 sangat bermanfaat bagi kita hari
ini.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 22
No comments:
Post a Comment