Hitstat

15 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Selasa

Diselamatkan di dalam Hayat-Nya
Roma 5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan di dalam hayat-Nya (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 5:10; 7:18b-19, 24a; Ibr. 11:1

Dalam Roma 5:10 Paulus berkata tentang “diselamatkan oleh hayat-Nya” (Tl.). Keselamatan yang disebutkan di dalam ayat ini bukanlah keselamatan dari neraka atau penghakiman Allah, tetapi adalah keselamatan sehari-hari dari semua perkara negatif yang ada di dalam kita, seperti amarah, watak, kesombongan diri, hawa nafsu atau iri hati.
Misalkan perihal amarah. Betapa lemahnya manusia menghadapi amarahnya! Meskipun amarah itu sesuatu yang remeh, tetapi orang yang menganggap bahwa dirinya dapat mengalahkannya, ternyata tidak sanggup. Siapakah yang bertekad tidak ingin marah, segera bisa menjadi tidak pernah marah? Bukankah kita sering marah-marah, dan kemudian menyesal? Bahkan sering pula kita berjanji pada diri sendiri tidak akan marah-marah lagi, tetapi kita tidak dapat menepatinya sewaktu timbul sesuatu perkara yang menjengkelkan. Contoh yang lain adalah hawa nafsu kita. Dapatkah kita mengalahkannya? Sudah pasti kita merasa tidak sanggup. Meskipun kemauan kita kuat, tetapi hawa nafsu itu lebih kuat. Pada waktu hawa nafsu kita menggelora, kemauan kita tak sanggup menindasnya. Akal budi kitapun tak dapat mengalahkannya. Bahkan seringkali hidup kita dikendalikan dan dikuasai sepenuhnya oleh hawa nafsu, sehingga dengan tanpa disadari kita telah melakukan hal-hal yang tak terpuji.
Pada akhirnya kita semua akan mengakui: “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat… Aku manusia celaka!” (Rm. 7:19, 24a). Siapakah yang sanggup menyelamatkan kita dari semua perkara negatif ini? Bagi manusia adalah mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil. Kita tak dapat, tapi Allah dapat. Dan hayat Allah yang dapat ini ada di dalam kita, sehingga kita bisa mengalami hayat yang menang setiap hari. Bagaimana caranya? Pertama kita perlu mengakui diri kita tidak mampu dan tidak berusaha untuk mampu. Kedua kita harus sepenuhnya percaya bahwa Allah mampu. Sebab iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat (Ibr. 11:1).

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. (Flp. 2:12a)

No comments: