Hitstat

30 September 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Rabu

Membiarkan Kristus Hidup di dalam Kita
Kolose 3:4
Apabila Kristus yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Ayat Bacaan: Kol. 3:4; Gal. 2:20

Allah menginginkan sekelompok orang yang dipenuhi dengan Dia dan mengekspresikan Dia seperti Tuhan Yesus. Kita semua harus nampak akan visi ini. Hari ini, Allah tidak bermaksud menyuruh kita melakukan sesuatu sendirian. Memang apa saja yang Dia kehendaki kita lakukan harus kita lakukan. Tetapi Allah menghendaki kita melakukan apa saja dengan bersandar Dia, dengan Dia sebagai hayat, dan membiarkan Dia menyalurkan diri-Nya ke dalam kita (Kol. 3:4). Bila kita menikmati Dia dan mengalami Dia, kita dapat mengekspresikan Dia. Inilah yang dikehendaki Allah.
Kita tidak perlu bertekad untuk melakukan sesuatu. Yang kita perlukan adalah duduk tenang di hadapan Tuhan. Kekurangan kita bukanlah melakukan sesuatu, melainkan menerima penyaluran-Nya hari demi hari. Kita perlu menerima firman Tuhan setiap hari, dan berkontak dengan Roh-Nya. Dengan demikian, Tuhan akan menjadi suplai kita. Jika kita mudah marah, suka memarahi orang, mungkin kita berpikir, “Aku telah menjadi orang Kristen sepuluh tahun, tapi masih sering memarahi orang. Ini membuatku malu. Aku harus puasa tiga hari dan minta Tuhan menyelamatkan aku, mengasihani aku, dan mengubah tabiatku.” Ketahuilah, doa semacam ini tidak akan dijawab.
Tuhan Yesus ingin masuk ke dalam kita, bersatu dengan kita, dan menggantikan kita (Gal. 2:20). Kita harus menyerahkan diri kepada-Nya. Kemudian Dia akan memberikan diri-Nya kepada kita. Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan manusia yang berbaur dengan Allah. Kehidupan dua orang yang berbaur dan hidup bersama. Sebagai orang Kristen, kita harus selalu ingat bahwa kita bukan lagi hidup berdasarkan diri sendiri. Ada Dia yang selalu bersama kita sebagai “mitra”, baik dalam hal kecil maupun dalam hal besar.
Kadang-kadang, kita tidak menyukai fakta bahwa Dia diam di dalam kita, karena kita tidak lagi dapat berbuat atau berbicara dengan leluasa. Ketika kita akan marah, kita harus memperhatikan Dia. Kita harus memperhatikan apakah Dia suka marah bersama kita atau tidak. Kita memiliki Dia yang hidup di dalam kita, karena itu kita harus menempuh semacam kehidupan yang tidak pernah mengabaikan, melupakan, atau mengesampingkan Dia.

No comments: