Pembacaan Alkitab: Ef. 4:5-6
Realitas baptisan terdapat dalam mengenal
dan mengakui bahwa insan alamiah kita telah disalibkan dan dikubur. Maka
baptisan ialah realisasi kematian, penguburan, dan kebangkitan. Melalui iman
kita bersatu dengan Kristus, dan dalam Kristus kita disalibkan, dikubur, dan
bangkit. Segera setelah kita percaya ke dalam Kristus, kita harus dibaptis
sebagai satu kesaksian dari realisasi kita atas fakta tersebut. Baptisan selalu
mengikuti iman. Melalui baptisan kita mengalami perpindahan yang lengkap dan
menyeluruh dari Adam ke dalam Kristus. Sekarang kita berada dalam Kristus.
Sekarang kita berada dalam Kristus yang menjadi hayat dan Tuhan kita, tidak
lagi berada dalam Adam atau dengan Adam sebagai kepala kita. Kita berada dalam
Kristus, dengan Kristus sebagai Kepala kita. Berhubung Tuhan, iman, dan baptisan
berkaitan sedemikian rupa, maka Paulus menyebut mereka berurutan dalam ayat 5.
Ayat 6 mengatakan, “Satu Allah dan Bapa
dari semua, Allah yang di atas semua dan melalui semua dan di dalam semua.”
Allah adalah Perintis segala sesuatu, dan Bapa adalah sumber hayat bagi Tubuh
Kristus. Da-lam ayat 4 kita mempunyai hayat; dalam ayat 5 kekepalaan, dan ayat
6 asal-usul atau sumber. Karena setiap perkara ada sumbernya, maka dapatlah
kita menyusurinya hingga ke asalnya. Akan tetapi, hari ini kebanyakan orang
Kristen sangat dangkal, mereka tidak memperhatikan asal-usul atau sumber perkaranya.
Sebaliknya, dalam kehidupan gereja kita harus memiliki pembedaan yang
bijaksana. Ini berarti kita harus memperhatikan masalah hayat, kekepalaan, dan
sumber atau asal-usul. Jika kita menyusuri sesuatu hingga ke sumbernya, kita
tidak sampai tertipu atau tersesat.
Dalam ayat 6 Paulus mengatakan tentang satu
Allah dan Bapa, “Allah yang di atas semua dan melalui semua dan di dalam
semua.” Pemikiran Trinitas tersirat di sini. “Di atas semua” terutama
mengacu kepada Bapa, “melalui semua” mengacu kepada Putra, dan “di dalam semua”
mengacu kepada Roh itu. Allah Tritunggal akhirnya masuk ke dalam kita semua
dengan mencapai kita sebagai Roh itu. Kesatuan Tubuh Kristus disusun oleh
Trinitas ke-Allahan: Bapa adalah sumber dan pemula sebagai Perintis, Putra
adalah Tuhan dan Kepala sebagai Penggenap, Roh adalah Roh pemberi-hayat,
sebagai Pelaksana. Bila kita nampak hal ini, tidak ada apa pun yang dapat
menyelewengkan atau menyesatkan kita. Kita akan memiliki daya pembeda untuk
kesatuan dan cara pemeliharaannya.
Memelihara kesatuan adalah masalah dalam
Allah Tritunggal. Ini berarti Allah Tritunggal adalah dasar kesatuan kita,
dasar yang fundamental dan fondasinya itu sendiri. Perintis kesatuan kita ialah
Bapa, Penggenap kesatuan kita ialah Tuhan, dan Pelaksana kesatuan kita ialah
Roh. Tetapi, dalam pengalaman kita, Roh itulah yang pertama, karena Ia langsung
berkaitan dengan kesatuan dan pelaksanaan kesatuan dalam satu Tubuh. Selanjutnya,
kita memiliki Tuhan sebagai Penggenap dan Bapa sebagai sumber. Jadi, kesatuan
kita adalah Allah Tritunggal yang direalisasikan oleh kita di dalam kehidupan
kristiani kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku
2, Berita 37
No comments:
Post a Comment