Hitstat

07 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 2 Jumat

Mengalami Salib (1)
Kejadian 30:14
“Ketika Ruben pada musim menuai gandum pergi berjalan-jalan, didapatinyalah di padang buah dudaim, lalu dibawanya kepada Lea, ibunya. Kata Rahel kepada Lea: ‘Berilah aku beberapa buah dudaim yang didapat oleh anakmu itu.’”

Pada suatu hari, anak sulung Yakub, Ruben menemukan buah dudaim di ladang, lalu dibawanya kepada Lea, ibunya (Kej. 30:14). Menurut Kidung Agung 7:13, buah dudaim melambangkan buah kasih. Ketika Rahel menghendaki buah dudaim, Lea berkata, “Apakah belum cukup bagimu mengambil suamiku? Sekarang pula mau mengambil lagi buah dudaim anakku?” (Kej. 30:15). Untuk ini Rahel berkata bahwa Lea boleh tidur dengan Yakub malam itu sebagai pengganti buah dudaim Ruben. Ketika Yakub pulang dari ladang petang hari itu, Lea menjumpainya dan berkata, “Engkau harus singgah kepadaku malam ini, sebab memang engkau telah kusewa dengan buah dudaim anakku” (Kej. 30:16). Yakub telah kehilangan kebebasannya. Ia bagaikan bola yang dilempar dari istrinya yang satu ke istrinya yang lain. Yakub telah terjerat oleh keadaan yang begitu menyulitkan yang ditimbulkan oleh kedua istrinya.
Persaingan antara Lea dan Rahel mengakibatkan kesengsaraan bagi Yakub. Dalam pengertian Perjanjian Baru, hal itu adalah salib baginya. Kebanyakan orang tidak menyukai salib, sebab salib berhubungan dengan kesengsaraan, namun kesengsaraan menghasilkan ketekunan (Rm. 5:3). Ketekunan melebihi kesabaran; karena ini merupakan hasil dari kesabaran ditambah penderitaan. Tak seorang pun di antara kita yang memiliki ketekunan sejak lahirnya; hal itu merupakan hasil dari penderitaan atas kesengsaraan. Karena itu, Paulus mengatakan, kesengsaraan menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menghasilkan tahan uji (Rm. 5:4). Walau menderita, sebenarnya Yakub menerima manfaat rohani yang besar dari kesulitan yang timbul di dalam rumah tangganya.

Mengalami Salib (2)
Kej. 30:17

Allah mendengarkan permohonan Lea sehingga ia mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kelima bagi Yakub (Kej. 30:17). Ia menamai anak itu Isakhar, yang berarti “memberi upah”. Kemudian Lea mengandung pula dan melahirkan anak laki-laki yang keenam bagi Yakub dan menamainya Zebulon, artinya “tempat tinggal yang dihormati, diagungkan, atau ditinggikan”. Sesudah itu, Lea melahirkan seorang anak perempuan dan menamai anak itu Dina.
Kelahiran dua anak laki-laki dan satu anak perempuan lagi dari Lea tentu membuat perasaan Rahel tertekan, karena ia belum melahirkan seorang anakpun bagi Yakub. Dapatkah kita membayangkan bagaimana Yakub harus bersikap terhadap kedua istrinya itu? Yakub benar-benar seperti sebongkah emas mentah yang sedang berada di dalam perapian untuk dimurnikan. Allah sedang memurnikan sekaligus mempertinggi kualitas Yakub. Allah memberikan situasi keluarga yang begitu sulit baginya agar ia dimurnikan, dipertinggi, dan diubah menjadi Israel, pangeran Allah. Memang, keluarga yang harmonis merupakan dambaan semua pasangan manapun di bumi ini. Tetapi faktanya tidak semua keluarga Kristen itu harmonis. Kebanyakan keluarga justru tidak harmonis, banyak masalah, dan sering ada perselisihan. Menurut pandangan umum, mungkin saja mereka salah dalam memilih pasangan. Benarkah demikian? Dapatkah kita mengatakan bahwa Yakub telah salah memilih Rahel? Dapatkah kita mengatakan bahwa Lea menjadi istrinya juga karena kesalahan Yakub semata? Tidak! Allah memerlukan Lea dan Rahel berikut kedua budak perempuan mereka, Bilha dan Zilpa, untuk memurnikan, mempertinggi, dan mengubah Yakub. Dilihat dari sudut pandang manusia, keluarga yang banyak masalah itu pasti tidak baik, tetapi dari sudut pandang Allah, belum tentu demikian. Keluarga Yakub yang penuh masalah ini justru mendatangkan kebaikan bagi Yakub, seorang yang diberkati Allah. Mungkin banyak orang Kristen berdoa agar keluarga mereka harmonis, lancar, dan terhindar dari kesulitan. Tetapi kalau kita nampak makna di balik kisah Yakub ini, kita akan mengubah doa kita. Kita akan berdoa bagi pemurnian dan pengubahan Allah di atas diri kita. Mungkin keluarga kita saat ini tidak begitu lancar dan ada masalah di sana sini, tetapi kalau kita setiap hari mengalami pengubahan yang batini, bukankah itu lebih bernilai? Kita yakin bahwa bila suami dan istri mengalami pengubahan setiap hari, seluruh keluarga dengan sendirinya akan menjadi lebih baik. Segala macam kesulitan dalam keluarga justru muncul dari kurangnya pengubahan di atas masing-masing orang dalam keluarga tersebut.

Penerapan:
Manusia pada umumnya ingin memiliki kebebasan dalam hidupnya. Kehidupan yang bebas menjadi kedambaan orang hari ini. Tetapi sebagai anak-anak Allah, kita harus belajar hidup di dalam pembatasan Allah, hidup di bawah bayang-bayang salib. Karena itu, marilah kita belajar menerima segala bentuk pembatasan yang Allah berikan, sebagai bagian dari proses pengubahan yang tengah Ia kerjakan di atas diri kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas setiap pembatasan yang Engkau berikan melalui orang-orang atau perkara di sekitarku. Batasilah aku dalam perkataanku, tindak tandukku, pikiranku, dan langkah kakiku. Tuhan, aku mau belajar tunduk pada pimpinan dan urapan-Mu di dalamku.

No comments: