Hitstat

12 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 3 Rabu

Sikap Laban kepada Yakub Berubah
Kejadian 31:1
“Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: ‘Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya.’”

Dalam Kejadian 31, tiba-tiba suasana sekitar Yakub berubah. Saudara sepupunya merasa iri terhadap dia dan roman muka pamannya berubah terhadap dia (Kej. 31:1-2). Perubahan ini justru demi kebaikan Yakub. Dalam pasal ini, Yakub berada di tengah-tengah proses pengubahan. Allah berkuasa menyediakan segala sesuatu untuk mengubah kita. Kita harus percaya ini. Tidak satu pun peristiwa dalam Kejadian pasal 31 yang terjadi secara kebetulan; segala sesuatu telah direncanakan Allah sebelumnya. Di bawah penentuan Allah, Laban memiliki banyak putra dan Yakub mendengar putra-putra Laban berkata, “Yakub telah mengambil segala harta milik ayah dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya.” Menurut catatan tentang Yakub, Allah mewahyukannya dalam mimpi, betapa Ia mengambil ternak Laban dan memberikannya kepada Yakub (Kej. 31:11-12).
Dari tahun ke tahun, putra-putra Laban menyaksikan ternak ayah mereka semakin berkurang, sedang milik Yakub terus-menerus bertambah. Iri hati mereka terhadap Yakub sudah mencapai tingkat tidak dapat membiarkan hal ini berlarut lebih lama lagi. Ini bukanlah suatu hal kebetulan. Keadaan ini juga sebelumnya telah direncanakan Allah. Berhubung telah tiba saatnya Yakub harus pulang, Allah sengaja memakai saudara sepupunya untuk menunjukkan sikap mereka, dan pula memakai Laban untuk mengubah sikap terhadapnya. Inilah pembicaraan Allah kepada Yakub. Dalam prinsip yang sama, Allah pun sering berbicara kepada kita melalui perubahan situasi yang terjadi di sekeliling kita.

Yakub Belum Banyak Berubah
Kej. 30:25-26; 31:2

Yakub tinggal bersama Laban selama dua puluh tahun. Dalam Kejadian 31:7 Yakub mengutarakan bahwa Laban telah mengubah upahnya sebanyak sepuluh kali. Allah menaruh Yakub ke bawah tangan Laban selama dua puluh tahun, agar Yakub benar-benar memperoleh pemberesan. Namun setelah masa dua puluh tahun itu berlalu, kita nampak dalam Kejadian 31, Yakub masih belum juga terubah dengan sempurna. Mungkin kita merasa kecewa dan berkata, “Jika proses pengubahan ini tidak juga tercapai dalam jangka waktu dua puluh tahun, lalu berapa lamakah waktu yang diperlukan? Boleh jadi sebelum penyempurnaan itu terjangkau, Tuhan telah kembali.” Tetapi bila kita membandingkan Yakub dalam Kejadian 31 dengan Yakub dalam pasal-pasal sebelumnya, niscaya kita akan melihat bahwa ia sesungguhnya telah mempunyai sejumlah pengalaman pengubahan. Suatu perubahan yang besar telah terjadi atas diri Yakub setelah tinggal dua puluh tahun dengan Laban. Dua puluh tahun sebelumnya, ia benar-benar seorang perampas, tetapi pada akhir tahun itu, sekurang-kurangnya ia telah agak berubah. Membaca Kejadian 31, kita mengetahui bahwa Yakub yang licik itu telah mengalami suatu perubahan yang berarti. Walaupun ia telah agak berubah, namun dalam Kejadian 31 ini ia masih sangat alamiah.
Setelah empat belas tahun tinggal bersama Laban, Yakub memberi tahu dia bahwa ia akan pergi (Kej. 30:25-26). Namun sebenarnya ia tidak berniat pergi. Ini suatu permainan politiknya agar memperoleh sesuatu dari Laban. Laban jelas mengetahui bahwa berkat Allah beserta dengan Yakub, sehingga ia mati-matian tidak mengizinkan dia pergi. Kemudian mereka berembuk kembali dan membuat persetujuan, supaya Yakub tetap tinggal dengan Laban untuk beberapa waktu. Tetapi setelah berselang beberapa tahun, Laban menyadari bahwa peningkatan jumlah selalu terjadi di pihak Yakub belaka, maka berubahlah air mukanya, tidak seperti dulu lagi. Kejadian 31:2 mengatakan, “Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya.” Sepanjang dua puluh tahun yang lampau, wajah Laban selalu tersenyum kepada Yakub, karena Yakub menyebabkan dia beruntung. Tetapi setelah Laban menginsyafi bahwa Yakub tidak lagi menjadi penyebab keberuntungannya maka berubahlah air mukanya terhadap Yakub. Semua perubahan suasana seputar Yakub itu merupakan sirene yang menandakan ia harus segera pulang ke rumah. Dalam pengalaman rohani kita, perubahan situasi yang terjadi seringkali juga merupakan sebuah sirene agar kita kembali berdoa, kembali datang kepada Allah, dan kembali menempuh kehidupan gereja.

Penerapan:
Situasi yang baik belum tentu dapat membuat kita dekat dengan Tuhan, tetapi situasi yang sulit mudah membuat kita datang kepada Tuhan. Bila dalam situasi yang nyaman kita mengabaikan Tuhan, dapat dipastikan bahwa suatu waktu Tuhan akan membawa kita ke dalam situasi yang sulit, agar kita kembali kepada-Nya. Namun yang terbaik adalah apapun situasi kita, marilah kita belajar bergaul dengan Tuhan di dalam terang firman-Nya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, meski apa pun bisa berubah, tetapi Engkau dan kasih setia-Mu tidak mungkin berubah. Janji firman-Mu adalah untuk selama-lamanya. Karena itu, jadikanlah aku orang yang selalu berpegang pada janji firman-Mu.

No comments: