Hitstat

19 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Rabu

Catatan Penderitaan Yakub
Kejadian 31:40
“Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur.”

Dalam Kejadian 31:38-41, Yakub berkata kepada Laban, “Selama dua puluh tahun ini aku bersama-sama dengan engkau; domba dan kambing betinamu tidak pernah keguguran dan jantan dari kambing dombamu tidak pernah kumakan. Yang diterkam oleh binatang buas tidak pernah kubawa kepadamu, aku sendiri yang menggantinya; yang dicuri orang, baik waktu siang, baik waktu malam, selalu engkau tuntut dari padaku. Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur.” Karena Laban tidak dapat membantah perkataan Yakub ini, maka kita tahu bahwa apa yang dikatakan Yakub ini benar. Allah telah menaruh Yakub di dalam situasi yang sangat berat, situasi yang membuatnya menderita. Dulu, di rumahnya sendiri, ia diperlakukan dengan sangat baik oleh ibunya, bahkan menjadi anak kesayangan ibunya. Tetapi di rumah Laban, ia diperlakukan sebaliknya. Ia dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan matanya jauh dari pada tertidur. Hari-harinya dihabiskan di padang, di tempat terbuka, siang malam menjaga kambing domba milik Laban. Hebatnya, hal ini berlangsung selama dua puluh tahun!
Coba kita renungkan: Dapatkah Yakub menjadi Israel, pangeran Allah, bila ia tetap tinggal di rumah dan dimanja oleh ibunya? Dapatkah Allah memakai seorang yang licik dan manja sebagai bejana yang berguna bagi-Nya? Tidak mungkin. Dari sudut pandang kita yang alamiah, mudah sekali bagi kita untuk bersimpati kepada Yakub karena penderitaan yang diterimanya dari Laban, tetapi dari sudut pandang Allah, penderitaan itu berguna bagi Yakub. Penderitaan itu membantu kita bertumbuh menjadi seorang yang berguna bagi Allah.

Penderitaan yang Bernilai
2 Kor. 12:9; 1 Ptr. 4:15-16

Kita dapat membagi penderitaan ke dalam dua kelompok, yaitu penderitaan-penderitaan yang sia-sia dan penderitaan-penderitaan yang bernilai. Di dunia ini banyak orang menderita, tetapi tidak semua penderitaan itu bernilai. Bila seseorang menderita karena ia malas atau karena ia melakukan kejahatan, maka penderitaannya sama sekali tidak bernilai. Tetapi bila seseorang menderita karena di atas orang tersebut ada pekerjaan Allah, penderitaannya tidak sia-sia, sebaliknya sangat bernilai. Yang kita bicarakan di sini dan yang harus kita mustikakan adalah penderitaan jenis yang kedua – penderitaan yang bernilai.
Dalam rencana Allah, penderitaan merampungkan satu pekerjaan yang baik bagi anak-anak Allah. Penderitaan banyak membatasi nafsu kita. Semakin banyak kenikmatan materi yang dimiliki seseorang, ia akan semakin banyak menggunakan dan menuruti hawa nafsunya. Tetapi jika kita menderita kemiskinan, penganiayaan, atau penyakit, penderitaan ini akan membatasi keinginan hawa nafsu. Jika kita serba ada, kita bisa tergoda untuk memakai waktu kita demi menuruti hawa nafsu kita. Kita mungkin akan keliling dunia mencari kesenangan. Tetapi Tuhan mungkin membatasi keuangan kita sehingga sulit memiliki cukup uang untuk kebutuhan hidup. Kita harus bekerja berjam-jam untuk mendapat penghasilan. Akibat pekerjaan-pekerjaan kita, kita tidak mempunyai waktu atau tenaga untuk menuruti nafsu kita sendiri. Hasrat untuk mengejar kesenangan hawa nafsu telah terbunuh oleh kemiskinan kita. Iblis sering menggunakan kekayaan untuk menimbulkan hawa nafsu. Akan tetapi, Allah sering menggunakan penderitaan badani untuk menjaga kita agar tidak berbuat dosa (2 Kor. 12:9).
Dalam 1 Ptr. 4:15 dikatakan, “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.” Jika kita menderita karena hal-hal ini, penderitaan semacam itu tidak terhitung apa-apa. Itu adalah bagian dari cara hidup yang sia-sia. Dalam ayat berikutnya, Petrus melanjutkan, “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” Jika kita menderita karena Kristus, itulah kemuliaan. Penderitaan semacam ini adalah memuliakan Allah. Hal ini memuliakan Allah, sebab jika kita menderita dalam nama Kristus dan menderita sebagai orang Kristen, maka Roh Allah, yaitu Roh kemuliaan, memiliki perhentian atas kita. Jika kita menderita karena Kristus, kemuliaan memiliki perhentian di atas kita, dan kemuliaan itu sesungguhnya adalah Roh kemuliaan itu sendiri.

Penerapan:
Allah tidak bermaksud menyuruh anak-anak-Nya menderita tanpa makna. Allah tidak menahan satupun kebaikan yang seharusnya dikaruniakan kepada kita (Mzm. 84:12).
Tetapi demi pengubahan kita, seringkali Tuhan memakai penderitaan. Yang kita perlukan adalah memiliki tekad untuk menderita. Bila kita memiliki tekad menderita yang tak terbatas, niscaya kita akan beroleh berkat Allah yang tak terbatas pula.

Pokok Doa:
Ya Bapa, terima kasih atas segala kesulitan, bahkan penderitaan, yang telah Engkau ukurkan bagiku. Walau situasi sekelilingku berubah, jagalah hatiku agar tetap setia kepada-Mu, tetap murni terhadap-Mu, tidak sesal mengikuti-Mu.

No comments: