Hitstat

06 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 2 Kamis

Orang yang Berbahagia
Kejadian 30:9
“Ketika dilihat Lea, bahwa ia tidak melahirkan lagi, diambilnyalah Zilpa, budaknya perempuan, dan diberikannya kepada Yakub menjadi isterinya.”

Melihat budak Rahel melahirkan dua putra, Lea seolah berkata, “Bila Rahel dapat menyumbangkan budaknya kepada Yakub, mengapa aku tidak bisa? Biarlah aku begitu juga!” Lea lalu memberikan Zilpa, budaknya, kepada Yakub untuk menjadi istrinya dan ia pun melahirkan dua putra – Gad dan Asyer (Kej. 30:9-13). Gad berarti “peruntungan yang baik”, dan Asyer berarti “berbahagia, diberkati”. Sewaktu Gad dilahirkan, Lea berkata, “Mujur telah datang!” (Kej. 30:11), dan sewaktu Asyer dilahirkan, ia berkata, “Aku ini berbahagia! Tentulah perempuan-perempuan akan menyebutkan aku berbahagia” (Kej. 30:13). Lea mengira dirinya berbahagia dan semua perempuan akan memuji dia karena ia telah melahirkan empat anak bagi Yakub dan ditambah dua lagi dari budaknya. Benarkah demikian?
Ketika Zilpa melahirkan Asyer, Lea tidak menyinggung tentang rahmat Allah. Bandingkan dengan pujian Maria dalam Lukas 1:48-50, “Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,... Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.” Maria sangat menekankan rahmat Allah. Ia menyadari bahwa kedudukannya rendah dan dengan rendah hati mengakui bahwa ia tidak layak mendapatkan perkenan Allah. Kita perlu memiliki sikap seperti Maria. Allah telah melakukan hal-hal yang perkasa sewaktu memelihara kita, umat-Nya, yakni ketika kita berada pada kedudukan yang rendah. Inilah yang disebut rahmat Allah. Kapan kala kita menikmati rahmat Allah, barulah kita benar-benar berbahagia!

Definisi Rahmat Allah
Rm. 9:15-16; 11:32; Ibr. 4:16

Roma 9:16 menandaskan, “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada belas kasihan (rahmat, TL.) Allah.” Rahmat adalah atribut Allah yang menjangkau lebih jauh daripada kasih karunia. Kata Yunani untuk rahmat adalah, eleos, mengacu kepada reaksi yang timbul karena keadaan orang miskin yang celaka. Rahmat lebih mengacu kepada tindakan atau pernyataan yang timbul sebagai reaksi terhadap keadaan yang menyedihkan. Kita bisa mengambil ilustrasi demikian: Jika saudara A dalam keadaan baik dan kedudukannya sederajat dengan saudara B, lalu saudara B memberi suatu pemberian kepada saudara A, itulah kasih karunia. Tetapi jika saudara A dalam keadaan yang sangat kasihan dan kedudukannya jauh di bawah saudara B, lalu saudara B memberi suatu pemberian kepada saudara A, itu adalah rahmat. Jadi, rahmat menjangkau lebih jauh bahkan mencapai keadaan yang miskin dan tidak layak.
Menurut keadaan alamiah kita, kita telah jauh terpisah dari Allah, sama sekali tidak layak untuk menerima kasih karunia-Nya. Namun kita masih bersyarat untuk menerima rahmat-Nya. Rahmat Allah tidak tergantung pada keadaan manusia yang baik. Sebaliknya, rahmat Allah ternyata dalam keadaan manusia yang kasihan. Rahmat Allah itulah yang telah mencapai kita. Tidak seorang pun di antara kita yang sepadan dengan kasih karunia-Nya. Kita begitu miskin dan kasihan, karena itu perlu rahmat Allah menjangkau keadaan kita yang jatuh. Rahmat Allah telah membawa kita ke dalam kasih karunia-Nya. Betapa kita perlu menyadari hal ini dan menyembah Allah untuk rahmat-Nya! Ibrani 4:16 mengatakan bahwa pertama-tama kita akan menerima rahmat dan kemudian kita akan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Oh, betapa kita perlu rahmat Allah! Kita harus memustikakan rahmat-Nya seperti kita menjunjung tinggi kasih karunia-Nya. Rahmat Allah itulah yang selalu melayakkan kita untuk berbagian dalam kasih karunia-Nya.
Jika kita mengenal rahmat Allah, kita tidak akan mengandalkan daya upaya kita. Kita juga tidak akan kecewa karena kegagalan kita. Harapan bagi keadaan kita yang bobrok terletak dalam rahmat Allah. Ketidaktaatan manusia memberi kesempatan bagi rahmat Allah dan rahmat Allah mendatangkan keselamatan bagi manusia (Rm. 11:32). Betapa menakjubkannya rahmat Allah itu! Dalam Roma 9:15, Paulus mengutip perkataan Tuhan, “Aku akan bermurah hati (memberikan rahmat) kepada siapa Aku mau bermurah hati (memberikan rahmat).” Karena rahmat Allah, kita menerima Injil. Atribut Allah yang menjangkau lebih jauh inilah yang membuat kita bereaksi terhadap kasih-Nya.

Penerapan:
Segala kebaikan yang kita terima dari Allah, terlebih keselamatan kekal-Nya, adalah bersumber dari rahmat Allah. Tanpa rahmat Allah, tidak seorang pun dapat diselamatkan. Oleh karena itu, marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui kedaulatan-Nya di dalam setiap aspek kehidupan kita. Setiap pagi, marilah kita menghampiri Allah, memohon rahmat-Nya yang baru. Serulah nama-Nya dan nikmatilah firman kudus-Nya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, aku perlu rahmat-Mu yang baru setiap pagi. Kenyangkanlah aku di pagi hari dengan firman-Mu dan jenuhilah aku dengan Roh-Mu. Aku mau melatih rohku menikmati Engkau, membuka mulutku menyeru nama-Mu. Tuhan, aku cinta pada-Mu!

No comments: