Hitstat

03 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 2 Senin

Tuhan Memperhatikan Lea
Kejadian 29:32b
“Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.”

Walau Yakub tidak mencintai Lea, tetapi Allah memperhatikan Lea dengan membuka kandungannya sehingga melahirkan anak bagi Yakub. Di tengah kesengsaraannya, Lea menyadari bahwa Tuhan memperhatikan dia. Dalam Kejadian 29:32, Lea berkata, “Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.” Perkataan Lea ini menunjukkan bahwa ia memiliki suatu keyakinan bahwa Allah itu adil terhadapnya. Walau perlakuan suaminya dan sikap Rahel terhadapnya sangat menyakitkan hati, tetapi Allah ternyata berlaku adil terhadapnya. Allah membuka kandungannya sehingga melahirkan anak. Yakub dan Rahel jelas tidak berada di pihaknya, namun Allah ternyata berdiri di pihaknya. Hal ini pastilah menjadi kekuatan yang besar bagi Lea untuk bertahan di antara orang-orang terdekatnya yang tidak mencintainya.
Dalam Mazmur 31:8, pemazmur berkata, “Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku.” Selanjutnya, “Aku ini sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikan aku” (Mzm. 40:18). Kalau kita menoleh ke belakang, kita akan menemukan bahwa Tuhan telah beberapa kali melepaskan kita dari masa-masa yang sulit, dari kesengsaraan, atau bahkan dari kemiskinan. Kita seharusnya memanjatkan ucapan syukur dan pujian. Sebagai orang yang telah mengalami segala kebaikan Tuhan, selayaknyalah kita bersorak-sorak dan bersukacita, sambil mempersembahkan kurban syukur kepada-Nya.

Lea Melahirkan Empat Anak Laki-laki
Kej. 29:31-35; 30:1; Ibr. 13:15

Pada saat kita membaca kisah Yakub, kita harus menyembah Allah yang Mahakuasa, dan penuh rencana. Yakub mencintai Rahel, bukan Lea. Namun Lea yang ia benci itu melahirkan baginya empat anak laki-laki (Kej. 29:31-35), dan Rahel yang dicintainya malah mandul (Kej. 30:1-2). Kejadian 29:31-32 mengatakan, “Ketika TUHAN melihat bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul. Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: ‘Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.’” Walau Lea dibenci, tetapi ia mendapat karunia dalam pandangan Allah. Lea melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Ruben, yang artinya “lihat, seorang anak laki-laki”. Tidak lama, mengandung pulalah ia dan melahirkan anak yang kedua dan memberinya nama Simeon, yang berarti “mendengarkan”. Setelah melahirkan Simeon, ia berkata, “Sesungguhnya TUHAN telah mendengar bahwa aku tidak dicintai, lalu diberikan-Nya pula anak ini kepadaku” (Kej. 29:33). Anak Lea yang ketiga diberi nama Lewi yang berarti “bersatu”. Setelah Lewi dilahirkan, Lea mengumumkan, “Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya” (Kej. 29:34). Dalam Kejadian 29:35 dikatakan bahwa Lea mengandung pula dan melahirkan seorang anak laki-laki, ia berkata, “Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN.” Itulah sebabnya ia menamai anak itu Yehuda. Nama Yehuda berarti “memuji”. Setelah melahirkan empat anak-anak ini, Lea tidak berbuat yang lain kecuali memuji-muji Tuhan belaka.
Lea merupakan teladan yang baik bagi kita. Sebagai istri yang kurang dikasihi suaminya dan dimusuhi oleh saudara perempuannya sendiri, ia mengalami kebaikan Tuhan. Walau situasi di sekelilingnya tidak begitu baik, Allah telah berbuat baik kepadanya dengan memberikan empat anak laki-laki kepadanya. Atas hal tersebut, ia memutuskan untuk memuji Tuhan. Dalam segala sesuatu kita harus berkata, “Ya, Tuhan! Aku mengucap syukur kepada-Mu dan memuji-Mu!” Bahkan bila kita menemui kesulitan pun, masih harus berkata, “Ya, Tuhan! Aku mengucap syukur dan memuji-Mu!” Hari ini kita harus terlebih dulu belajar percaya bahwa Tuhan itu baik, Tuhan pasti tidak salah, sekali pun kita tidak mengerti. Jika kita dapat percaya, pujilah Dia segera. Puji-pujian kita adalah kemuliaan-Nya. Memuji berarti memuliakan Allah. Allah patut menerima kemuliaan. Semoga Allah lebih banyak lagi menerima puji-pujian dari anak-anak-Nya.

Penerapan:
Kalau kita bisa memuji Tuhan hanya pada situasi yang nyaman saja, pujian kita tidak begitu bernilai, karena orang-orang yang tidak mengenal Allah pun dapat memuji demikian. Tetapi, bila kita dapat memuji dan bersyukur kepada Tuhan di saat kita tengah mengalami kesesakan, maka pujian dan ucapan syukur kita sangatlah bernilai. Pujian yang sejati tidak tergantung pada suasana sekitar, tetapi tergantung pada pengenalan kita akan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang hanya dapat memuji di saat senang, tetapi sulit bersyukur di saat susah. Tuhan, bawalah aku mengenal tangan kedaulatan-Mu dan murnikanlah aku. Biarlah puji-pujianku menjadi kurban syukur yang harum bagi-Mu.

No comments: