Hitstat

29 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Sabtu

Bimbang terhadap Janji Allah
Kejadian 32:20
“’Dan kamu harus mengatakan juga: Hambamu Yakub sendiri ada di belakang kami.’ Sebab pikir Yakub: ‘Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang diantarkan lebih dahulu, kemudian barulah aku akan melihat mukanya; mungkin ia akan menerima aku dengan baik.’”

Dulu Yakub hanya berencana, tidak berdoa; sekarang dia berencana, juga berdoa (Kej. 32:9-12). Sebelumnya Yakub tidak pernah berdoa demikian, juga belum pernah menempuh satu hari yang demikian takut, begitu gelisah. Di Betel, Allah yang mencari dia; sekarang, dia berseru kepada Allah. Walau demikian, Yakub masih berupaya dengan caranya sendiri. Ia menengadah kepada Allah, tetapi masih mencari jalan sendiri. Sekarang Yakub menghadapi satu bahaya yang belum pernah ia hadapi dalam seumur hidupnya, bahaya yang menyangkut nyawanya. Seumur hidupnya, Yakub menjumpai banyak masalah, tetapi tidak pernah menjumpai jalan buntu seperti sekarang ini. Dia mengetahui temperamen kakaknya. Kondisi ini memaksa Yakub berdoa, menengadah kepada Allah.
Walaupun Yakub telah berdoa, ia belum juga bisa percaya sepenuhnya kepada Allah. Dia kuatir kalau-kalau janji Allah ternyata kosong. Mau tidak bersandar Allah, tidak mungkin, karena Allah sudah bicara kepadanya. Mau sepenuhnya bersandar kepada Allah, dia juga merasa takut, merasa itu terlalu menyerempet bahaya. Sebab itu, terpaksa dia memikirkan banyak cara. Kalau mengatakan dia tidak takut kepada Allah, dia telah berdoa kepada Allah; kalau mengatakan dia bersandar Allah, dia tetap memikirkan banyak siasat, banyak cara! Terhadap janji Allah, Yakub bimbang. Yakub masih tetap Yakub. Kecakapannya masih begitu besar, petah lidahnya masih begitu baik, cara Yakub masih begitu banyak (Kej. 32:13-21). Apakah keadaan yang demikian hanya terdapat pada diri Yakub? Tidak. Bukankah keadaan kebanyakan kita juga demikian?

Berjuang Lagi Demi Dirinya Sendiri
Kej. 32:7-21

Setelah memanjatkan doa yang mengagumkan itu, seharusnya Yakub merasakan damai sejahtera. Tetapi ternyata tidak demikian. Yakub masih berusaha mencari jalan sendiri. Kejadian 32:13 mengatakan, “Kemudian diambilnyalah dari apa yang ada padanya suatu persembahan untuk Esau, kakaknya.” Persembahan (pemberian) ini dibaginya menjadi sembilan kumpulan, dan “diserahkannyalah semuanya itu kepada budak-budaknya untuk dijaga, tiap-tiap kumpulan tersendiri, dan ia berkata kepada mereka: ‘Berjalanlah kamu lebih dahulu dan jagalah supaya ada jarak antara kumpulan yang satu dengan kumpulan yang lain’” (Kej. 32:16). Yakub sungguh cerdik, ia membagi hadiahnya ke dalam sembilan kelompok ternak dengan menjaga jarak antara kumpulan yang satu dengan yang lain. Dan ini berarti memperbesar jarak antara dirinya dengan Esau serta memberi kesempatan baginya untuk mempelajari apa yang bakal diperbuat Esau, sehingga ia sempat berjaga-jaga menghadapi pertempuran.
Perhatikanlah seluruh gambar ini. Pertama-tama Yakub membagi orang-orangnya menjadi dua pasukan (Kej. 32:7). Kemudian, setelah memanjatkan doa yang bagus, ia sudah seharusnya pergi tidur dengan penuh damai. Tetapi bukan itu yang diperbuatnya, melainkan ia membentuk sembilan kumpulan ternak sebagai hadiah untuk Esau agar memperbesar jarak antara dia dengan Esau; supaya memberi waktu bersiap-siap menghadapi situasi. Inilah sebuah gambar pengalaman yang sangat aneh. Di satu pihak, Yakub berdoa dengan sungguh-sungguh, tetapi di pihak lain, ia menggunakan kearifannya sendiri.
Inilah potret diri kita. Yakub hanya melakukan hal ini sekali saja, tetapi kita mungkin sudah berkali-kali. Di satu pihak, kita mencoba dengan segala usaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan, dan di pihak lain, kita dengan tekun berdoa kepada Tuhan. Betapapun bagusnya doa kita, kita masih tidak bisa percaya. Yakub berdoa dengan baik sekali, tetapi ia tidak percaya akan doanya itu. Bila ia beriman, tentulah setelah berdoa ia tidak lagi mengandalkan daya upayanya. Di sini dia telah mengeluarkan semua cara yang terbaik. Pertama, ia mempersiapkan suatu persembahan untuk menyuap Esau dan menyerahkannya kepada budak-budaknya. Kedua, Yakub merancang kata-kata yang manis dan mengajarkannya kepada budak-budaknya untuk mendamaikan hati Esau. Ketiga, demi keselamatannya, Yakub menempatkan dirinya berada di belakang (Kej. 32:13-21). Yakub menyebut kesembilan kumpulan ternak itu sebagai hadiah, tetapi sebenarnya semuanya itu tidak lain daripada suap untuk mendamaikan hati Esau. Sebab pikir Yakub, “Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang diantarkan lebih dahulu” (Kej. 32:20)

Penerapan:
Rasa takut terhadap kesulitan hidup seringkali membuat kita gelisah dan kuatir, walaupun kita sudah sering mendengar bahwa sebagai anak-anak Allah, kita tidak seharusnya kuatir. Inilah keadaan yang sebenarnya dari kebanyakan anak-anak Allah. Marilah kita belajar sepenuhnya meletakkan setiap kesulitan hidup kita kepada Tuhan, agar kita terbebas dari kegelisahan yang timbul dari rasa takut kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mengakui bahwa keadaanku tidak lebih baik dari Yakub pada waktu itu. Rahmatilah aku dan berilah kasih karunia-Mu. Bersama-Mu, tidak ada yang mustahil bagiku. Kuatkanlah aku dalam menghadapi setiap kesulitan yang ada sepanjang hari ini, dan bawalah aku lebih bertumbuh.

No comments: