Hitstat

06 August 2014

Kolose - Minggu 19 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1Kor. 6:17; 2Tim. 4:22


Selain kebudayaan buatan kita sendiri, kita pun memiliki kebudayaan yang kita kumpulkan secara tidak sadar melalui pengaruh lingkungan sekitar dan latar belakang kita. Sejak kanak-kanak, banyak yang telah terlatih untuk menjadi orang jujur, rendah hati, satria, dan baik budi. Kebudayaan seperti itu merupakan bagian dari diri pribadi mereka, dan mereka dengan spontan hidup olehnya. Orangorang yang berkebudayaan demikian mungkin dapat mengasihi Tuhan dan berada dalam hidup gereja. Tetapi mereka tidak memperhidupkan Kristus, malah hidup oleh kebudayaan mereka itu. Kita mungkin hidup oleh kebudayaan yang telah kita warisi atau oleh kebudayaan yang kita ciptakan bagi diri sendiri. Dalam kedua kasus itu diri kita selalu diduduki dan dikuasai oleh kebudayaan, bukan oleh Kristus.

Penting sekali kita semua nampak bahwa Allah tidak ingin yang lain kecuali Kristus. Jika kita nampak visi ini, kita akan mengesampingkan standar kita dan damba bersatu dengan Tuhan dalam roh kita dari saat ke saat. Kini Kristus yang almuhit berada di dalam roh kita. Satu Korintus 6:17 menunjukkan kepada kita bahwa setiap orang yang mengikatkan dirinya dengan Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Dalam 2 Timotius 4:22 Paulus berkata, “Tuhan menyertai rohmu. ” Standar kita seharusnya bukan kebudayaan yang kita warisi atau kebudayaan yang kita buat sendiri. Standar kita haruslah kesatuan dengan Tuhan di dalam roh kita. Janganlah mencoba menjadi seorang istri atau suami yang baik, tetapi jadilah satu roh dengan Tuhan itu saja. Kemudian Anda pasti akan memperhidupkan Kristus, sebab Kristus akan benar-benar hidup di dalam Anda.

Allah telah meletakkan kita di dalam Kristus. Jika kita nampak betapa kebudayaan kita mengganggu kita dalam mengalami Kristus yang berhuni di batin kita, kita akan menyadari bahwa sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit, Tuhan berhuni di dalam roh kita dan kita menjadi satu roh dengan-Nya. Kita perlu hidup oleh roh yang berbaur ini sebagai standar kita. Jika kita membiarkan Kristus hidup di dalam kita dari hari ke hari, kita akan dengan spontan hidup oleh-Nya. Dengan jalan inilah Kristus akan menggantikan kebudayaan kita.

Masalah di kalangan kaum saleh di Kolose adalah mereka kebanyakan telah diperdaya dan dirampas dari Kristus dan dibawa kepada filsafat dan peraturan-peraturan agama. Mereka menetapkan filsafat dan peraturan-peraturan itu sebagai standar mereka dan hidup olehnya. Standar itu telah menghambat mereka dalam menikmati dan mengalami Kristus. Inilah alasan Paulus berpesan kepada mereka agar tidak membiarkan seorang pun memperdaya mereka dan merampas pahala mereka (2:18).

Prinsipnya sama dengan kita hari ini. Musuh di dalam kita sangat licik. Kita memiliki standar-standar tertentu, baik standar-standar yang kita warisi maupun yang kita buat untuk diri sendiri. Karena standar-standar itu baik, kita tidak menyalahkannya. Namun demikian, standar-standar yang baik itu bukan Kristus sendiri. Allah tidak menghendaki apa pun yang baik yang kita hasilkan, Ia menghendaki Kristus, dan Kristus semata. Dalam pandangan Allah, hanya Kristus yang terhitung. Kehendak Allah ialah menggarapkan Kristus ke dalam diri kita agar kita boleh memiliki kenikmatan penuh atas Dia. Bila Kristus beroleh jalan yang bebas di dalam kita, menjadi kenikmatan dan pengalaman kita, maka kebudayaan kita akan tertanggulangi.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 37

No comments: