Hitstat

11 October 2016

1 Yohanes - Minggu 8 Selasa



Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 2:3-5
Doa baca: 1 Yoh. 2:5
Tetapi siapa yang menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia.


Dalam ayat 4 Yohanes mengatakan, "Siapa yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta, dan di dalamnya tidak ada kebenaran." Dalam ayat ini kebenaran menyatakan realitas Allah yang disalurkan dan diwahyukan dari firman ilahi. Ini mewahyukan bahwa setelah kita mengenal Tuhan, kita harus menuruti perintah-perintah-Nya. Jika kita mengatakan bahwa kita telah mengenal Tuhan, tetapi kita tidak menuruti perintah-perintah-Nya, maka kebenaran (realitas) itu tidak ada di dalam kita, dan kita menjadi pendusta.

Firman dalam ayat 5 adalah totalitas, jumlah dari semua perintah. Tidak peduli berapa banyak perintah yang ada, secara keseluruhan perintah-perintah ini adalah firman Tuhan. Sebab itu, dalam ayat 5 Yohanes membicarakan tentang menuruti firman-Nya. Maksudnya, kita harus menuruti firman yang diucapkan baik oleh Tuhan sendiri secara langsung atau yang diucapkan melalui para rasul.

Dalam ayat 5 Yohanes mengatakan bahwa di dalam orang yang menuruti firman Tuhan, kasih Allah telah sempurna. Dalam ayat ini kata "kasih" dalam bahasa Yunaninya adalah "agape". Kata ini menyatakan kasih yang lebih tinggi dan lebih terhormat daripada phileo, kasih sayang manusia. Di sini "kasih Allah" menyatakan kasih kita terhadap Allah, yang dihasilkan oleh kasih-Nya di dalam kita. Kasih Allah, firman Tuhan, dan diri Allah, semuanya saling berhubungan. Jika kita menuruti firman Tuhan, kasih Allah sudah sempurna di dalam kita. Ini sepenuhnya merupakan perkara hayat ilahi, yaitu diri Allah sendiri. Kasih Allah adalah esens batini-Nya, dan firman Tuhan menyuplai kita dengan esens ilahi ini, yang dengannya kita mengasihi saudara. Karena itu, ketika kita menuruti firman ilahi, kasih ilahi disempurnakan melalui hayat ilahi yang dengannya kita hidup.

Dalam diri Allah, kasih Allah itu sendiri sudah sempurna dan lengkap. Namun, dalam diri kita, kasih Allah itu perlu disempurnakan dan dilengkapi dalam penyataannya. Kasih Allah ternyata kepada kita dalam hal Allah mengutus Anak-Nya untuk menjadi kurban pendamaian dan hayat bagi kita (4:9-10). Tetapi, jika kita tidak saling mengasihi dengan kasih ini, seperti yang ternyata kepada kita, yaitu jika kita tidak menyatakannya dengan saling mengasihi berdasarkan kasih yang dengannya Allah mengasihi kita, kasih itu tidak akan ternyata dengan sempurna dan lengkap. Kasih ini sempurna dan lengkap dalam penyataannya ketika kita menyatakannya dalam hidup kita dengan membiasakan diri saling mengasihi dengan kasih ini. Hidup kita yang saling mengasihi dalam kasih Allah adalah kesempurnaan dan kelengkapan kasih ini dalam penyataannya dalam kita. Dengan demikian, dalam hidup kita dalam kasih Allah, orang lain dapat melihat Allah ternyata dalam esens kasih-Nya.

Yohanes menyimpulkan ayat 5 dengan mengatakan, "dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia." Frase "di dalam Dia" adalah ungkapan yang tegas, yang menekankan bahwa kita bersatu dengan Tuhan. Karena kita bersatu dengan Tuhan, yang adalah Allah, maka esens kasih Allah menjadi milik kita. Esens kasih ini disuplaikan kepada kita oleh firman hayat Tuhan agar kita bertindak berdasarkan kasih, sehingga kita dapat menikmati persekutuan hayat Allah dan tinggal dalam terang ilahi (ayat 10).


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 15

No comments: