Hitstat

01 June 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 3 Kamis

Prinsip Pohon Hayat
Kejadian 2:17
“Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Prinsip pohon hayat adalah bersandar kepada Allah. Bersandar adalah lawan dari merdeka. Apakah yang dimaksud dengan prinsip bersandar?
Kita boleh tamat belajar, tetapi kita tidak boleh tamat dari perihal makan. Kita juga tidak pernah tamat minum atau menghirup udara. Prinsip pohon hayat sangat berbeda dengan prinsip pohon pengetahuan. Setelah kita menguasai suatu pengetahuan, kita dapat lulus dan dapat berdiri sendiri. Sebagai contoh, setelah belajar memasak akhirnya kita mahir, maka kita tidak lagi bergantung pada jurumasak dan sanggup memasak tanpa bantuannya. Inilah prinsip pohon pengetahuan. Namun dalam hal yang menyangkut hayat, kita mustahil merdeka, kita perlu terus-menerus bersandar kepada hayat. Sama seperti kita senantiasa memerlukan makan, minum, dan bernafas.
Tidak sedikit ilmuwan yang karena banyaknya pengetahuan mereka, berpendapat bahwa mereka tidak perlu Allah. Bagi mereka perihal Allah itu sangat tidak logis, tidak bisa diterima oleh akal sehat mereka yang penuh pengetahuan. Namun bagi kita yang telah dilahirkan kembali oleh Allah, kita tidak bisa terpisah dari-Nya. Begitu lepas dari Allah, persekutuan kita terputus, kerohanian kita pun terhenti.
Sebagai anak-anak Allah, kita harus memiliki kesadaran bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Allah. Dia adalah makanan kita (Yoh. 6:57), minuman kita (Yoh. 4:14), dan udara kita (Yoh. 20:22). Yang perlu kita lakukan adalah datang kepada-Nya dengan roh yang terbuka untuk makan, minum, dan menghirup Dia. Jangan memandang ringan ketiga hal ini. Tanpa makan, minum, dan menghirup Dia, mustahil kita bertumbuh.

Pengalaman Atas Pohon Hayat (2)
Yoh. 4:20

Kita boleh menerapkan prinsip pohon hayat dan pohon pengetahuan dalam perihal pernikahan yang tercatat di Kitab Efesus pasal lima.
Semua istri Kristen tahu akan ayat dalam Efesus pasal lima yang mengatakan bahwa mereka harus menaati suami mereka. Setiap orang Kristen yang menjadi suami tahu akan ayat-ayat yang mengatakan bahwa mereka harus mengasihi istri mereka.
Walaupun demikian, para suami dan para istri telah gagal untuk memenuhi syarat-syarat yang tertera dalam ayat-ayat itu, sebab mereka mengambil isi Efesus pasal lima ini sebagai pohon pengetahuan, bukan sebagai pohon hayat. Sebagai para suami dan para istri, janganlah kita hidup menurut pohon pengetahuan. Kita harus hidup menurut pohon hayat. Sebagai seorang istri, kita harus berkata, “Tuhan, aku tak tahu bagaimana menaati suamiku. Ya Tuhan, sekalipun aku tahu, aku tetap tak mampu melaksanakan. Aku akan melupakan semuanya ini, ya Tuhan. Aku tak ingin memakai daya upaya atau tenagaku untuk memenuhi syarat ini. Tuhan Yesus, aku hanya mau tinggal di dalam-Mu dan menikmati-Mu 24 jam dalam sehari.” Jika kita melakukan hal ini, ketaatan dan kasih akan dengan sendirinya mengalir keluar dari batin kita yang merupakan keluapan dari kenikmatan kita atas Kristus sebagai hayat batiniah kita.
Dalam Injil Yohanes, banyak kasus dibawa ke hadapan Tuhan dan hampir setiap kasus adalah persoalan keagamaan, pengajaran, atau pertanyaan-pertanyaan mengenai benar dan salah. Seperti telah kita lihat, Tuhan Yesus tidak pernah memberi jawaban ya atau tidak terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
Perempuan Samaria bertanya kepada Tuhan tentang tempat yang tepat untuk menyembah Allah, di gunung Samaria atau di Yerusalem? (Yoh. 4:20). Tuhan menjawab bahwa persoalannya bukan pada benar atau salahnya tempat, melainkan persoalannya adalah roh. Tuhan berkata, “Allah adalah Roh.” Kita menyembah-Nya bukan harus di tempat tertentu yang dianggap betul, tetapi harus di dalam roh kita. Allah sang Roh adalah hayat, kita berkontak dan menerima Dia sebagai air hayat di dalam roh kita, penyembahan yang sedemikian inilah yang dimaksud berada dalam prinsip pohon hayat.
Saudara saudari, kita perlu belajar hidup dalam prinsip pohon hayat. Apa pun situasi yang kita temui tiap hari, jangan dihadapi berdasarkan logika benar-salah, juga jangan terlalu menghitung untung dan rugi. Yang perlu kita kerjakan adalah membuka diri lebih banyak kepada Tuhan untuk memakan Dia.

No comments: