Hitstat

29 June 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 3 Kamis

Penanggulangan Allah Terhadap Kain
Kejadian 4:11-12
“Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.”

Akibat kejatuhan manusia kali kedua, Allah mengumumkan kutukan yang lebih berat. Selanjutnya Allah berkata kepada Kain, “Engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi” (Kej. 4:12). Seorang pengembara, atau seorang pengelana adalah orang yang tidak mempunyai tujuan, tidak mempunyai rumah, tidak mempunyai kepuasan, dan tidak mempunyai perhentian. Akan tetapi, hukuman ini masih merupakan hukuman yang penuh belas kasihan. Kapan saja, asal Kain mau bertobat dan mencari ampunan Allah, Allah pasti akan dengan senang hati mengampuni dia. Tetapi masalahnya justru Kain tidak mau bertobat. Tanpa bertobat, Kain pergi meneruskan jalannya sendiri. Jalannya sendiri ialah memisahkan diri dari hadapan Allah (Kej. 4:16). Walaupun ia menyembah Allah, akhirnya ia pergi dari hadapan Allah. Persembahan atau pelayanan yang sejati selalu membawa orang ke hadapan Allah. Sebaliknya, persembahan dan pelayanan yang salah selalu menjauhkan orang dari hadapan Allah. Kita perlu mewaspadai hal ini.
Ayat 16 menunjukkan bahwa Kain akhirnya menetap di Nod. Nama Nod berarti “mengembara”. Setelah meninggalkan hadirat Allah, Kain mulai menggembara. Kita pun mengalami hal yang sama saat kita meninggalkan Allah. Begitu kita meninggalkan Allah, kita pun menjadi orang yang mengembara. Tidak peduli apa pun yang kita lakukan, asal kita jauh dari Tuhan, kita adalah seorang pengembara. Ini adalah prinsip dasar dari kehidupan Kristiani. Tanpa Allah, apa pun yang kita lakukan dalam hidup ini adalah mengembara. Inilah garis Kain.

Membangun Kota
Kej. 4:16-24

Kain pergi dari hadapan Allah dan menuruti jalannya sendiri. Hal pertama yang diperbuatnya ialah membangun sebuah kota. Dalam Alkitab, konsepsi kota sangat bermakna, dan kita dapat menemukan garis kota-kota dalam seluruh Alkitab. Pertama-tama Henokh, kota yang dibangun Kain, dan terakhir Yerusalem Baru, kota yang dibangun oleh Allah. Kota yang diprakarsai oleh Kain, menuju kesimpulannya sebagai Babilon besar. Kota Henokh adalah tiruan bangunan Allah. Kota itu bukan dari Allah, tetapi diprakarsai Iblis di dalam Kain.
Iblis bekerja di dalam Kain, menganjurinya agar mendirikan sebuah kota. Mungkin Iblis berkata, “Kain, engkau takut orang-orang akan membunuhmu. Bagi eksistensimu, engkau memerlukan sebuah kota sebagai perlindunganmu.” Karena Kain telah kehilangan Allah, ia menjadi takut. Ia telah kehilangan Allah sebagai suplai, sukacita, dan perlindungannya. Pada zaman kuno, tujuan utama dari pembangunan kota adalah untuk perlindungan. Sebab itu, Kain mendirikan kota semacam itu untuk melindungi dirinya sendiri. Di dalam kebudayaan manusia yang tidak ber-Tuhan, orang-orang terpaksa melindungi dirinya sendiri.
Kain tidak menamakan kota itu Yehova, melainkan Henokh, yaitu nama anaknya. Ia memberi nama yang sama kepada anaknya dan kotanya. Dalam arti tertentu, kotanya adalah anaknya, dan ia mencintai kota ini seperti mencintai anaknya.
Perhatikanlah, nama Henokh berarti “prakarsa” dan dalam bahasa Ibrani memiliki akar kata yang bermakna “belajar”, menunjukkan sesuatu yang diprakarsai oleh Kain. Ini sangat bermakna. Kain menjadi pendiri kota yang pertama, perencana kota yang pertama, dan arsitek yang pertama. Kain adalah seorang pencipta, pemrakarsa. Mula-mula ia menciptakan agama; sekarang, ia menciptakan pembangunan kota.
Kain juga menghasilkan sebuah kebudayaan tanpa Allah (Kej. 4:16-24). Kebudayaan manusia berkembang dikarenakan manusia telah kehilangan Allah. Tadinya, Allah sang Pencipta manusia adalah segala-galanya bagi manusia. Allah adalah pelindung, pemelihara, penyuplai, sukacita, penghiburan, dan pembela manusia. Allah itulah segala-galanya. Di dalam taman, manusia tidak perlu melakukan apa pun kecuali menggarap tanah, bekerja sama dengan Allah. Di taman, Allah merupakan segala sesuatu terhadap manusia. Tetapi, ketika manusia kehilangan Allah, ia kehilangan segala-galanya. Ia kehilangan perlindungan, penjagaan, pemeliharan, penyuplaian, dan penghiburan. Manusia telah kehilangan segala-galanya, maka ia harus menciptakan sesuatu. Inilah asal mula munculnya kebudayaan.

Penerapan:
Begitu kita menjauhi Allah, kita akan kehilangan penyertaan Allah. Adakah penyertaan Allah dalam kehidupan keluarga dan pelayanan kita? Marilah kita belajar tetap tinggal di dalam Dia melalui berpaling ke dalam roh kita, maka Dia akan menjadi begitu hidup bagi kita bahkan di dalam setiap detil aktivitas harian kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, jangan biarkan aku menempuh jalanku sendiri. Ingatkanlah aku bila aku mulai menyimpang dari kehendak-Mu. Aku perlu penyertaan-Mu. Aku tidak mau jauh dari-Mu. Berkatilah aku.

No comments: