Hitstat

22 June 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 2 Kamis

Pendisiplinan Allah Terhadap Perempuan
Kejadian 3:16
“Firman-Nya kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’”

Terhadap perempuan, Allah telah menentukan kesusahan atau kesakitan waktu mengandung (Kej. 3:16, 1 Tim. 2:15). Kesusahan waktu mengandung meliputi kesusahan selama hamil dan melahirkan. Sebermula, sebelum manusia jatuh, Allah tidak menentukan demikian; hanya karena kejatuhan, Allah menentukan bagian penderitaan bagi perempuan. Mungkin kita bertanya, mengapa Allah terlebih dulu memberi penderitaan kepada perempuan, kemudian kepada laki-laki? Allah berbuat demikian, karena perempuan yang memimpin tindakan melanggar larangan Allah. Maka, Allah terlebih dulu memberi pendisiplinan kepada perempuan. Ini berdasarkan keadilan Allah.
Kita semua tahu bahwa mengandung memang merupakan suatu keadaan yang menyusahkan, namun itu ditetapkan oleh Allah sebagai suatu pembatasan. Pelindung yang terbaik bagi seorang perempuan muda yang tidak mau terikat ialah mempunyai beberapa anak. Meskipun orang tuanya, suaminya, mertuanya tidak dapat membatasinya, tetapi asalkan dia mempunyai beberapa anak, anak-anak itu akan membatasi kebebasannya yang tidak semestinya. Anak-anak merupakan pembatas juga pelindung bagi ibu mereka. Itulah sebabnya Paulus menginginkan perempuan menikah dan mempunyai anak, agar mereka tidak menjadi malas atau usil terhadap urusan orang lain (1 Tim. 5:13-14).
TUHAN juga memberi tahu Hawa bahwa suaminya akan berkuasa atas dirinya. Berdasarkan perkataan ini, setiap saudari harus berada di bawah kuasa suaminya. Perkataan ini sulit diterima, tetapi Alkitab memberi tahu kita demikian.

Pendisiplinan Allah Terhadap Laki-laki
Kej. 3:17-19

Terhadap laki-laki, bumi menumbuhkan semak duri dan rumput duri (Kej. 3:17-18). Mungkin kebanyakan kita bukanlah petani, lalu mengira bisa terhindar dari masalah bumi. Namun, tidak peduli apa pekerjaan dan nafkah kita, pekerjaan dan nafkah kita itulah bumi. Di seluruh dunia tidak ada satu pekerjaan atau profesi yang tanpa kesulitan. Di setiap bidang, bumi selalu menumbuhkan semak duri dan rumput duri. Mungkin ada orang berkata, “Aku tidak mau menjadi orang upahan. Aku mau berdagang sendiri.” Kalau kita berkata demikian, boleh jadi beberapa tahun berselang kita tidak ingin berdagang lagi. Kita merasa ingin melepaskan usaha kita, karena usaha kita tidak menghasilkan uang, malah menumbuhkan semak duri dan rumput duri. Dalam setiap macam pekerjaan — sekolah, pabrik, pasar, kantor — mudah sekali bagi bumi untuk menumbuhkan semak duri dan rumput duri.
Allah berfirman, laki-laki harus menderita susah, berjerih payah, dan berpeluh seumur hidupnya (Kej. 3:19). Maka laki-laki harus bekerja keras, berpeluh, menderita. Tetapi bekerja keras dan menderita itu merupakan perlindungan terhadap manusia yang telah jatuh. Tanpa disibukkan oleh pekerjaan tertentu, mudah bagi laki-laki jatuh ke dalam dosa. Semua laki-laki perlu disibukkan oleh bentuk pekerjaan tertentu agar terhindar dari melakukan dosa. Terhadap banyak laki-laki, hanya berjerih payah tidaklah cukup, mereka masih memerlukan sedikit penderitaan. Demikianlah, berjerih payah disertai penderitaan, sering kali bisa mencegah manusia dari berbuat dosa.
Setelah manusia jatuh, Allah juga menentukan manusia tidak bisa hidup selamanya, melainkan harus mati, kembali ke tanah (3:19). Ini tidak berarti manusia harus binasa, sebab dalam penanggulangan Allah terhadap manusia, Allah telah memberikan jalan keselamatan kepada manusia. Kematian juga merupakan pembatasan yang Allah tambahkan ke atas manusia yang telah jatuh.
Kita lebih senang menjadi orang yang tidak pernah menderita, tidak perlu tidur, dan hidup selamanya. Namun kita harus paham bahwa penderitaan, tidur, dan mati adalah pembatasan bagi orang-orang berdosa. Misalnya saja, sekarang Hitler masih hidup, dan tetap hidup selama 500 tahun kemudian, niscaya dia akan menjadi setan terbesar yang pernah terlihat di dunia ini. Penderitaan membatasi manusia, tidur menghentikan manusia, dan mati mengakhiri manusia. Tidur adalah kematian kecil, dan mati adalah tidur yang besar. Dengan kematian, Allah membersihkan bumi. Kematian sebenarnya adalah cara Allah untuk membatasi dan melindungi manusia.

Penerapan:
Kita wajib berdiri di atas posisi taat, mengesampingkan segala sesuatu yang berasal dari manusia, alamiah, dan daging, agar Dia dapat terekspresikan, melalui taat kepada suami, ayah, ibu, kakak, guru, tuan, para penatua, pewajib di dalam gereja, perwakilan Allah di bumi, dsb.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah ketaatanku yang sejati. Tuhan aku tidak mampu taat, lebih-lebih menaati semua pengaturan-Mu termasuk pembatasan-pembatasan-Mu. Di dalamku penuh dengan pemberontakan. Namun puji Tuhan, di dalamku ada diri-Mu yang memampukan aku.

No comments: