Hitstat

05 July 2007

Matius Volume 3 - Minggu 3 Jumat

Memegang Kesempatan untuk Berdamai
Matius 5:25-26
Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

Bagaimanakah seharusnya kita membereskan dosa yang kita lakukan? Jika kita telah menyakiti hati Allah, kita harus membereskannya di hadapan Allah dan memohon pengampunan-Nya. Jika kita telah berdosa terhadap manusia, kita harus membereskannya di hadapan manusia dengan memohon pengampunan manusia. Bila perbuatan dosa kita terhadap manusia hanya melibatkan suatu perkara moral, kita hanya perlu mengakuinya dan minta maaf di hadapan manusia. Tetapi bila hal ini juga melibatkan suatu kerugian uang dan laba, maka kita harus membayarnya lunas menurut jumlah hutang kita. Tindakan minta maaf dan ganti rugi ini diterapkan bukan hanya terhadap dosa-dosa yang kita lakukan setelah kita diselamatkan; melainkan juga terhadap semua dosa yang kita lakukan sebelum kita diselamatkan. Kita harus membereskan semua kesalahan kita satu persatu di hadapan manusia menurut kesadaran hayat batiniah kita.
Perkataan Tuhan dalam Matius 5:25 sangat serius, “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan.” Hari ini kita semua masih berada di tengah jalan, lawan kita masih hidup, kita pun masih hidup. Karenanya, masih ada kesempatan untuk menjelaskan, masih ada kesempatan untuk saling mengaku dosa. Pintu keselamatan tidak selalu terbuka; pintu saudara untuk saling mengaku dosa juga tidak selamanya terbuka. Jangan sampai kelak kita menyesal, karena kesempatan untuk mengaku dosa sudah tertutup, sebab lawan kita sudah tidak ada di tengah jalan. Peganglah kesempatan, mumpung kita masih bersama-sama di tengah jalan, segeralah berdamai dengan saudara kita. Kita tidak tahu apakah ia besok masih ada, kita pun tidak tahu apakah kita sendiri besok masih ada. Karena waktu bukan di tangan kita, marilah kita segera berdamai dengan saudara kita.

Mat. 5:25-26

Mengaku dosa kepada orang dan berdamai dengan orang merupakan dua hal yang berbeda namun sangat berkaitan. Mengaku dosa berarti kita telah berdosa kepada orang, lalu minta maaf kepadanya. Berdamai dengan orang berarti orang lain benci kepada kita, lalu kita pergi berdamai dengannya, mencari perdamaian. Kedua masalah ini seringkali bergandengan. Kalau kita bersalah kepada seseorang, kita perlu pergi kepada orang itu, di samping minta maaf, juga perlu berdamai dengannya. Adakalanya kita tidak bersalah kepada seseorang, tetapi ia menyalahkan kita. Kalau demikian halnya, kita tidak perlu mengaku dosa kepadanya, tidak perlu minta maaf kepadanya, tetapi perlu mencari perdamaian. Kita perlu bertindak sampai kita dengan orang lain, atau orang lain dengan kita, tidak ada masalah, supaya kita dapat mendekati Allah dan bersekutu dengan Allah tanpa halangan.
Kalau kita mau hidup di depan Allah, kita tidak saja perlu meminta maaf kepada orang yang kita rugikan, juga harus memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Tidak peduli kita yang berdosa kepada orang, atau orang lain yang berdosa kepada kita, harus ditanggulangi semua. Hal ini perlu dilakukan supaya di hadapan Allah kita tidak mempunyai sekatan dengan siapa pun, sehingga doa kita dan jawaban doa kita tidak terhalang. Sekatan sekecil apa pun antara kita dengan orang lain, dapat menghambat doa kita, juga menghalangi terkabulnya doa kita. Sebab itu, kita harus menanggulangi hal ini dengan tuntas, supaya antara kita dengan Allah maupun dengan orang lain tidak ada sekatan.
Sering kali, mengampuni orang lebih sulit daripada meminta maaf kepada orang. Mungkin oleh karena kesulitan ini, Alkitab berkali-kali mengajar kita harus mengampuni orang. Lagi pula, Tuhan sering dalam pengajaran-Nya menggandengkan memaafkan orang lain dengan berdoa. Kalau kita tidak mau memaafkan orang, Allah juga tidak mau memaafkan kita. Akibatnya, antara kita dengan Allah ada sekatan, persekutuan kita dengan Allah juga putus, sehingga kita tidak bisa berdoa kepada Allah dengan baik. Pemberesan kita atas hal ini tidak saja membuat diri kita mendapatkan berkat, juga membuat Allah mendapatkan mulia dan membuat orang lain mendapatkan faedah.

Doa:
Ya Tuhan, terangilah aku agar aku nampak kesalahanku terhadap saudaraku, segera meminta maaf dan berdamai dengannya. Tuhan, rendahkanlah aku di bawah tangan-Mu yang kuat, sehingga aku tidak menjadi orang yang membenarkan diri sendiri. Sebelum aku berjumpa dengan-Mu, biarlah tidak satupun perkara yang belum terselesaikan.

No comments: