Hitstat

01 July 2007

Matius Volume 3 - Minggu 3 Senin

Menggenapi Hukum Taurat
Matius 5:17
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Mengapa Tuhan berkata, “Janganlah kamu menyangka,…”? Setelah Tuhan menyampaikan hukum Taurat baru Kerajaan Surga kepada murid-murid-Nya, kemungkinan segera timbul prasangka di dalam pikiran mereka. Setidaknya mereka memiliki dua pertanyaan. Pertama, mengapa pengajaran yang Tuhan sampaikan agak berbeda dengan pengajaran Musa? Kedua, apakah hukum Taurat Musa kini sudah tidak berlaku lagi? Kedua pertanyaan ini menimbulkan prasangka murid-murid bahwa Tuhan datang untuk meniadakan hukum Taurat yang Allah berikan melalui Musa. Mengetahui pikiran mereka, Tuhan lalu berkata, “Janganlah kamu menyangka,...”.
Kata “menyangka” dalam Matius 5:17 juga dapat diartikan sebagai menuduh sebelum melakukan pemeriksaan. Seringkali kita pun bersikap seperti murid-murid waktu itu, yakni lebih dulu berprasangka negatif terhadap Tuhan, terhadap firman-Nya, atau terhadap cara-Nya dalam mengatur hidup kita. Ketika kita tertimpa kesulitan, kita mungkin menyangka bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Ketika doa kita belum dikabulkan, kita mungkin menyangka bahwa Tuhan tidak menghiraukan kita, tidak berlaku adil kepada kita. Tidak hanya terhadap Tuhan, kita pun terkadang berprasangka terhadap orang lain. Melihat orang lain sukses, kita mungkin menyangka bahwa ia telah bekerja dengan tidak jujur atau bekerja dengan cara-cara yang tidak halal, dan lain sebagainya.
Pikiran kita sering dipenuhi dengan prasangka karena kita hidup di dalam pikiran kita yang cemar, tidak di dalam roh kita yang telah dilahirkan kembali. Demi Kerajaan Surga, kita harus melatih roh kita, hidup di dalam roh, dan membuang semua prasangka yang ada di dalam pikiran kita! Di sini Tuhan ingin menegaskan bahwa semua prasangka murid-murid-Nya itu keliru. Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya.

Why. 21:1; 2 Ptr. 3:10-13; Yes. 65:17; 66:22; Mat. 5:19

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia datang untuk menggenapi hukum Taurat. Menggenapi hukum Taurat di sini mengandung tiga arti: (1) Kristus telah menuruti hukum Taurat dengan sempurna; (2) melalui kematian-Nya di atas salib, Tuhan telah memenuhi tuntutan hukum Taurat; dan (3) Kristus mempertinggi hukum Taurat lama dengan hukum Taurat baru-Nya. Di sini kita nampak bahwa walaupun tuntutan hukum Taurat yang lama tidak cukup tinggi, Tuhan Yesus tidak meniadakannya, melainkan menggenapinya dengan jalan melengkapi dan membuatnya lebih tinggi.
Sebagai umat Kerajaan Surga, kita tidak boleh meniadakan perintah dari hukum Taurat atau mengajar orang lain untuk meniadakan perintah hukum Taurat bahkan yang terkecil sekalipun (Mat. 5:18-19), karena kalau kita berbuat demikian, kita akan menduduki tempat yang terendah dalam Kerajaan Surga. Perkataan Tuhan di sini menunjukkan kepada kita betapa besarnya tanggung jawab orang yang menyampaikan firman Allah. Kebanyakan ajaran yang salah justru berasal dari perilaku yang salah. Karena seseorang telah memiliki perilaku yang salah, maka dia pun akan mengajarkan suatu ajaran yang salah pula.
Dahulu di Shanghai ada seorang pengkhotbah yang dengan berani mengajarkan ajaran bidah tentang penyingkiran dosa. Ia mengajarkan bahwa seorang yang telah dilahirkan kembali tidak mungkin dapat berbuat berdosa. Suatu hari, dia dan beberapa pengikutnya pergi ke suatu taman yang perlu membeli tiket dahulu agar dapat masuk ke dalamnya. Dia membeli tiga tiket untuk dipakai oleh lima orang. Beberapa dari mereka masuk duluan ke taman itu, kemudian salah satu dari mereka keluar dengan tiket-tiket itu dan memberikannya kepada yang lainnya agar mereka dapat masuk. Ketika salah satu dari pengikutnya bertanya kepadanya apakah hal itu adalah suatu dosa, ia mengatakan bahwa itu bukanlah dosa, tetapi kelemahan. Pengkhotbah itu telah dengan licik mengganti istilah “dosa” dengan “kelemahan”. Dari seorang pengkhotbah yang perilakunya tidak lurus, keluarlah pengajaran yang menyesatkan. Karena itu, sebelum kita menerima suatu ajaran, perhatikanlah terlebih dulu bagaimana perilaku dari pengajarnya!

Doa:
Terima kasih ya Tuhan, karena Engkau telah menggenapkan semua tuntutan hukum Taurat, sehingga aku tidak lagi berada di bawah kutuk hukum Taurat. Aku bersyukur atas hayat-Mu di dalamku yang memampukan aku untuk memenuhi tuntutan hukum baru kerajaan. Puji Tuhan, Engkau tidak saja memberi tuntutan, tetapi juga memberi suplai untuk memenuhi tuntutan itu.

No comments: