Hitstat

19 November 2014

1 Tesalonika - Minggu 2 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 1:8-10


Pada hakikatnya berhala adalah bagian dari Iblis. Berhala itu setan atau yang sejenis dengannya. Di balik setiap berhala paling sedikit terdapat satu setan. Ini berarti di balik hiburan, kesenangan, dan pelesiran hari ini ada setan-setan. Karena itu, kehidupan orang Kristen harus dimulai dengan berpaling kepada Allah dari berhala.

Dalam ayat 9 Paulus mengatakan pula tentang melayani Allah yang hidup dan benar. Secara harfiah bahasa Yunaninya "melayani" di sini berarti melayani sebagai budak. Allah yang hidup dan benar bertolak belakang dengan berhala yang mati dan palsu. Dalam ayat ini kata "hidup" disebutkan sebelum kata "benar". Melayani Allah yang benar agak mudah, tetapi tidak begitu mudah melayani Allah yang hidup. Namun demikian, kita perlu melayani Allah yang hidup. Allah harus hidup dan benar bagi kita, di dalam kita, dan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Ia harus hidup dalam pembicaraan kita, dalam tingkah laku kita, dan dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari.

Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa Allah itu hidup? Kita buktikan dengan kehidupan sehari-hari kita. Seandainya Allah tidak hidup, niscaya kehidupan sehari-hari kita akan sangat berbeda dengan apa adanya sekarang. Kehidupan kita sekarang ini membuktikan bahwa Allah yang kita layani adalah hidup. Ia hidup di dalam kita, dan Ia mengatur kita, memimpin kita, dan menanggulangi kita. Ia tidak membiarkan kita begitu saja. Bahkan dalam banyak hal Ia mengoreksi dan membenahi kita, sampai-sampai dalam perkara yang kecil pun, seperti pikiran dan motivasi kita. Ini adalah bukti bahwa Allah itu hidup. Selain itu, melalui kehidupan kita dari hari ke hari kita dapat membuktikan kepada semua famili, tetangga, dan teman kita bahwa Allah kita itu hidup.

Ciri khas ketiga kehidupan kita sebagai orang Kristen menantikan Putra Allah dari surga. Sebagai orang Kristen, kita harus menempuh hidup yang menyatakan kepada orang lain bahwa pengharapan kita bukan di bumi ini atau di zaman ini, melainkan terletak pada Tuhan yang akan datang, dan masa depan kita terletak di dalam-Nya. Di bumi ini kita tidak mempunyai nasib, tujuan, atau masa depan. Masa depan kita, nasib kita, dan tujuan kita seluruhnya terfokus pada Tuhan yang akan datang. Dialah pengharapan, hari depan, dan tujuan kita. Kita sedang menuju kepada Tuhan, dan nasib kita ialah menjumpai Dia. Sebaliknya, orang duniawi menempuh hidup yang memberikan kesan bahwa masa depan mereka terletak di bumi ini dan pengharapan mereka, nasib mereka, tujuan mereka semuanya ada di masa kini. Masa depan mereka sepenuhnya terkait dengan zaman ini, tetapi masa depan kita tidak. Karena kita sedang menantikan Putra Allah dari surga, masa depan kita terfokus pada diri-Nya. Kita tidak menaruh pengharapan di bumi ini dan tidak mempertaruhkan nasib pada zaman ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Tesalonika, Buku 1, Berita 2

No comments: