Hitstat

04 October 2017

Wahyu - Minggu 35 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 2:4-5
Doa baca: 1 Ptr. 2:4-5
Datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi dipilih dan dihormati di hadirat Allah. Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.


Ketujuh lampu yang menerangi, memeriksa, menyingkap, menghakimi, dan yang menyala-nyala akan membakar semua yang tidak sesuai dengan Allah; akan memurnikan hal-hal yang benar-benar sesuai dengan sifat-Nya. Hal-hal itu tidak dibakar, sebaliknya akan dimurnikan. Barang-barang yang tidak berguna akan dibuang ke lautan api, tetapi emas yang dimurnikan akan menuju Yerusalem Baru.

Tujuh lampu juga adalah tujuh mata Anak Domba dan tujuh batu. Lampu-lampu adalah untuk penerangan dan pembakaran; mata adalah untuk mengamati, menyelidiki, juga untuk menginfus dan mentransfusi. Tujuh mata mentransfusi segala hakiki Anak Domba-batu ke dalam diri kita sehingga kita dapat menjadi sama seperti Dia. Satu Petrus 2:4-5 mengatakan bahwa kita adalah batu hidup untuk pembangunan. Cara kita menjadi batu hidup adalah datang kepada-Nya dan diperiksa oleh-Nya. Ketika Tuhan menerangi dan menghakimi kita, Dia memandang kita, dan mata-Nya mentransfusikan diri-Nya ke dalam kita. Dengan jalan inilah kita diubah.

Ketika tujuh mata memandang kita, mentransfusi dan menginfus kita dengan segala apa adanya Tuhan, tujuh mata segera menjadi tujuh Roh yang menyalurkan hayat ke dalam kita. Pada saat mata menginfus kita, tujuh Roh menyalurkan hayat ke dalam seluruh diri kita. Karena itu, lampu adalah untuk penerangan dan penghakiman, mata adalah untuk mentransfusi dan menginfus, dan Roh-Roh adalah untuk menyalurkan hayat sehingga kita dapat diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya. Semakin banyak kita mengalami ini, kita akan semakin terbangun bersama. Karena itu, Kitab Wahyu, yang menyinggung tentang bangunan akhir Allah meliputi dua pasal yang menyingkapkan bahwa bangunan Allah diselesaikan melalui tujuh lampu, tujuh mata, dan tujuh Roh. Kita semua perlu berada di bawah penerangan tujuh lampu, di bawah pengawasan tujuh mata, dan di bawah penyaluran hayat tujuh Roh.

Akhirnya, tujuh lampu di hadapan takhta menjadi sungai hayat yang mengalir dari takhta. Dalam pasal 4 ada tujuh obor yang menyala-nyala di hadapan takhta Allah, dan dalam pasal 22 ada sungai air hayat yang mengalir keluar dari takhta Allah. Jadi, tujuh lampu menjadi satu sungaiDalam pasal 4 belum ada Yerusalem Baru, karena kalau hanya ada tujuh lampu, tidak ada bangunan. Tetapi, ketika kita nampak sungai mengalir keluar dari takhta menggantikan tujuh lampu, kita tahu bahwa bangunan juga telah muncul. Kalau hanya ada lampu, belum bisa ada bangunan. Tetapi kalau ada aliran, pasti ada Yerusalem Baru. Ketika kita di dalam aliran, kita adalah satu bagian dari bangunan Allah.

Menurut Kitab Wahyu, tujuh Roh Allah pertama-tama adalah lampu (obor) yang menyala-nyala di hadapan takhta administrasi Allah. Akhirnya, dalam bangunan Allah, tujuh Roh Allah ini menjadi sungai air hayat yang mengalir dari takhta. Sekarang takhta ini bukan hanya takhta administrasi, tetapi juga takhta yang menyuplai. Dengan jalan ini kita memiliki bangunan. Semakin lama kita diterangi dan dibakar, semakin lama kita di dalam aliran hayat; semakin lama kita di dalam aliran hayat, semakin banyak kita dibangun. Inilah cara untuk mengalami pembangunan. Puji Tuhan!



Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 68

No comments: