Hitstat

03 August 2006

Kejadian Volume 4 - Minggu 4 Kamis

Penyebab Kejatuhan (1) – - Hasutan Iblis
Kejadian 11:3-4
“Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.’ Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. Juga kata mereka: ‘Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit...’”

Kejatuhan manusia kali keempat di Babel tidak hanya merupakan kejatuhan biasa, lebih-lebih merupakan pemberontakan. Pemberontakan kali itu adalah hasutan Iblis. Kejatuhan kali keempat itu bukan masalah amoral, pembunuhan, atau kekerasan. Jika kita membaca Kejadian 11 mengenai catatan kejatuhan manusia kali keempat itu, kita nampak di sana tidak dikatakan masalah amoral dan kekerasan. Kita mungkin berpikir, “Manusia mendirikan sebuah kota, membangun sebuah menara, apa salahnya? Di sini tidak ada pencurian, pembunuhan, atau perkara amoral, mengapa Allah harus turun menghakimi?” Secara luaran hal itu memang seperti tidak ada salahnya, tetapi kita harus melihat apa yang ada di balik pemberontakan kali itu.
Di balik pemberontakan kali itu ada hasutan Iblis. Sebab itu kejatuhan manusia kali keempat disebut pemberontakan. Kejatuhan kali itu bukanlah masalah bermoral atau tidak, melainkan masalah siapakah yang memiliki hak dan kuasa di alam semesta ini. Hak dan kuasa di alam semesta ini bagi Allah atau bagi manusia? Tentu semuanya adalah bagi Allah. Dialah Pencipta, Tuhan pemilik segala-galanya. Semua hak dan kuasa haruslah milik Dia. Di Babel, sang tercipta memberontak kepada Pencipta. Ini berarti bahwa mereka tidak mau mempedulikan Allah, menyatakan bahwa mereka adalah pemilik segala sesuatu, kuasa itu milik mereka dan mereka boleh berbuat semaunya. Karena itu, kejadian itu bukan sekadar jatuh, tetapi adalah pemberontakan yang dihasut oleh Iblis, si pemberontak itu. Saudara saudari kita harus hati-hati terhadap hasutan si Iblis!

Penyebab Kejatuhan (2) – Pemberontakan Umat Manusia
Kej. 6:3

Faktor kedua dari penyebab kejatuhan kali keempat ialah pemberontakan umat manusia. Sebagaimana telah kita lihat, persoalannya terletak pada siapa yang berhak dalam alam semesta ini dan siapa yang berkuasa di bumi. Segenap umat manusia terdorong, terhasut untuk memberontak, menyatakan bahwa mereka tidak mempedulikan hak dan kuasa Allah.
Kejatuhan manusia kali keempat adalah kejatuhan manusia yang terdalam, dan merupakan akumulasi akhir dari kejatuhan kali pertama, kedua, dan ketiga. Dalam kejatuhan kali pertama, manusia tidak menggunakan rohnya. Jika kita membaca Kejadian pasal tiga, kita nampak Adam dan Hawa mungkin sudah melupakan roh mereka. Mereka tidak menggunakan roh. Dalam kejatuhan kali kedua, manusia hidup berdasarkan jiwanya. Jika kita membaca Kejadian pasal empat tentang kisah Kain, kita nampak bahwa dia adalah orang yang seratus persen hidup dalam jiwa, sama sekali tidak hidup dalam rohnya. Dalam kejatuhan kali ketiga, manusia bertindak menurut dagingnya. Nampakkah kita akan ketiga langkah ini? Pertama, manusia melalaikan roh; kedua, hidup berdasarkan jiwa; ketiga, sama sekali hidup dan bertindak menurut daging. Sebab itu sampai pada Kejadian pasal enam, manusia telah menjadi daging (Kej. 6:3). Allah tidak dapat mempertahankan lebih lama lagi daging yang bobrok ini. Karena itu, Allah lalu menurunkan air bah untuk menghakimi.
Dalam kejatuhan kali keempat, manusia berkumpul bersama dan memberontak kepada Allah. Mereka seluruhnya digerakkan oleh Iblis untuk memberontak kepada Allah. Kalau kita merenungkan sejenak pengalaman kita, kita akan menemukan bahwa di dalam kita ada keempat hal ini. Adakalanya kita tidak menggunakan roh, adakalanya kita hidup berdasarkan jiwa, adakalanya lebih celaka lagi, perilaku kita menuruti daging. Adakalanya sangat celaka, di dalam kita mengatakan, “Aku tidak peduli akan Allah.” Kita semua mungkin pernah mengatakan perkataan demikian. Sekalipun mungkin tidak sering, paling sedikit pernah mengatakan beberapa kali. Kalaupun tidak dikatakan di luar, tentu dikatakan di dalam: “Aku tak peduli akan Allah, Ia terlalu merepotkan. Aku adalah orang yang bebas, tidak ingin diganggu Allah.” Bahkan setelah kita masuk ke dalam hidup gereja, di dalam kita masih terdapat hasutan Iblis yang demikian. Inilah pekerjaan Iblis untuk mendirikan Babel lagi di dalam kita. Bila kita berkata bahwa kita tidak peduli akan Allah, itu berarti kita ingin mendirikan sebuah kota dan sebuah menara. Itulah pemberontakan yang ditimbulkan oleh hasutan Iblis.

Penerapan:
Kita perlu belajar menerima segala bentuk pembatasan yang Allah berikan dalam kehidupan kita dan bersyukur atas tangan kedaulatan-Nya dalam mengatur jalan hidup kita. Marilah kita membuang jauh-jauh perasaan curiga terhadap Allah, karena di dalam segala hal yang menimpa kita, Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, selamanya Engkau adalah Allah yang berkuasa. Engkaulah yang menetapkan langkah-langkah orang benar. Aku bersyukur atas semua pengaturan-Mu karena aku yakin bahwa Engkau besertaku dan turut bekerja dalam setiap aspek hidupku untuk kebaikanku.

No comments: