Hitstat

14 August 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 2 Senin

Hidup Berdasarkan Iman
Kejadian 12:6
“Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu.”

Sejarah Abraham merupakan gambaran sejarah pengalaman kita. Setelah Abraham dipanggil oleh Allah, langkah selanjutnya adalah ia harus hidup demi iman. Hanya iman yang dapat membawa dia menginjakkan kaki di Tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah kepadanya dan keturunannya. Ia harus menjadikan Allah peta hidupnya.
Setelah kita dipanggil Allah, kita perlu hidup berdasarkan iman. Menurut Alkitab, iman berlawanan dengan apa yang kelihatan (2 Kor. 5:7). Sejak kita dipanggil Allah, kita harus hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan. Rasul Paulus berkata, “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2 Kor. 4:18). Iman yang sejati justru mengandalkan Tuhan yang tidak kelihatan itu.
Iman juga berlawanan dengan perasaan. Perasaan kita seperti cuaca yang selalu berubah-ubah. Saat ini cerah, tidak lama kemudian berubah mendung, tidak menentu. Orang yang mengikuti Tuhan berdasarkan perasaan pastilah tidak stabil. Kita percaya Tuhan, mengikuti Tuhan, dan melayani Tuhan bukan karena perasaan kita senang atau tidak senang. Kalau Abraham mengikuti Allah berdasarkan perasaannya, pastilah ia tidak pernah sampai ke Tanah Kanaan. Saudara saudari, baik hal-hal yang kelihatan maupun perasaan kita, semuanya tidak dapat diandalkan. Orang yang hidup demi iman tidak menggantungkan kerohaniannya pada hal-hal itu. Marilah kita belajar melangkah dengan memegang teguh firman Tuhan.

Hidup dengan Kesaksian yang Berkebalikan
2 Kor. 5:7

Kini kita sampai pada tahap kedua dari pengalaman Abraham — hidup berdasarkan iman, atau boleh kita katakan kehidupan berdasarkan iman. Iman yang kita bicarakan di sini adalah iman yang berhubungan dengan penempuhan hidup sehari-hari, perilaku sehari-hari dari seorang yang dipanggil. Perilaku sehari-hari ini adalah hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan (2 Kor. 5:7).
Langkah pertama dalam mengikuti Tuhan adalah menerima panggilan Allah. Langkah berikutnya ialah hidup berdasarkan iman. Abraham adalah orang pertama yang dipanggil, dan kita yang percaya ke dalam Kristus adalah keturunannya secara rohani. Kita yang telah dipanggil masih perlu memiliki suatu jenis kehidupan yaitu hidup berdasarkan iman, hidup yang sepenuhnya bersandar Tuhan.
Jika kita membaca catatan dalam kitab Kejadian, kita akan nampak bahwa pada zaman Abraham, umat manusia hidup dengan cara mendirikan kota benteng bagi perlindungan mereka dan membangun menara yang tinggi untuk memasyhurkan nama mereka sendiri. Itulah kehidupan orang-orang di Babel. Tetapi cara hidup Abraham mutlak berbeda. Cara hidupnya merupakan kesaksian yang berkebalikan dengan cara hidup manusia pada umumnya di zaman itu. Abraham menempuh hidup yang sepenuhnya bersandar kepada Allah. Ia tidak mempercayakan keselamatannya kepada perlindungan manusia dengan kota besarnya, tetapi hanya kepada penjagaan dan pimpinan Allah.
Bagaimana kita mengetahui bahwa Abraham memiliki cara hidup yang berbeda dengan orang-orang sezamannya? Kita mengetahuinya dari mezbah yang ia dirikan. Mezbah ini bukan untuk memasyhurkan namanya sendiri, melainkan untuk menyeru nama Tuhan. Mezbah itu adalah suatu kesaksian bahwa hidupnya berkebalikan dengan orang-orang sezamannya.
Sebagaimana Abraham, kita pun harus memiliki kehidupan terpisah dari orang-orang di dunia. Kita harus berdiri dan menjadi kesaksian yang berlawanan. Walaupun arus di sekitar kita mengarah ke bawah, namun kita harus berdiri teguh melawan arus itu. Orang lain boleh saja bermain-main dan mencari hiburan, tetapi kita tidak akan melakukan hal itu. Orang lain boleh saja mengumbar segala macam nafsu, tetapi kita tidak bisa demikian. Untuk menjawab panggilan Allah dan menggenapkan tujuan kekal-Nya, kita harus menjadi orang yang menyisihkan diri; dan berdiri sebagai kesaksian yang berlawanan bagi Allah. Kita harus berkata, “Aku tidak dapat melakukan apa yang dilakukan orang dunia. Aku tidak dapat menempuh jalan yang mereka tempuh. Aku tidak dapat mengambil bagian dalam hidup yang mereka tempuh. Aku berbeda dari mereka.”

Penerapan:
Dunia hari ini mendidik manusia untuk hidup berdasarkan jaminan yang kelihatan, seperti asuransi, deposito, karir yang bagus, dan lain-lain. Sebagai anak-anak Allah, kita tidak menggantungkan hidup kita pada hal-hal itu. Karena itu, marilah kita hidup bersandar Tuhan dan melatih iman kita.

Pokok Doa:
Tuhan, dalam pikiranku sangatlah sulit untuk mengerti bagaimana hidup berdasarkan iman. Namun dari lubuk hatiku, dengan sederhana aku mau Engkau menuntun jalan kehidupanku. Kiranya Engkau membawa aku menempuh jalan yang Kau tunjukkan kepadaku.

No comments: