Hitstat

18 August 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 2 Jumat

Berjalan ke Selatan
Kejadian 12:9
“Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb.”

Karena penampakan diri Tuhan, Abraham dibawa ke tempat di mana Allah menghendaki ia berada. Pertama-tama ia dibawa ke Sikhem (Kej. 12:6), kemudian ke suatu tempat di antara Betel dan Ai, suatu tempat di antara rumah Allah dan reruntuhan (Kej. 12:8). Tempat antara rumah Allah dan reruntuhan itu adalah titik puncak pengalaman Abraham bersekutu dengan Allah. Seharusnya Abraham tetap tinggal di sana.
Akan tetapi, setelah Abraham mencapai tahap yang tinggi dalam pengalamannya terhadap Allah, tiba-tiba Abraham meneruskan perjalanannya menuju ke Tanah Negeb, suatu dataran yang kering di selatan Kanaan (Kej. 12:9). Abraham telah mencapai puncaknya, telah mencapai tempat di mana Allah menghendakinya berada. Seharusnya ia bersandar pada belas kasihan Allah untuk menetap di sana. Tetapi Abraham melanjutkan perjalanannya ke arah selatan, ke suatu dataran yang kering. Ke selatan berarti berjalan turun. Setelah ia mengalami Allah sedemikian puncak, perjalanan apa pun adalah jalan menurun. Ini merupakan kegagalan Abraham.
Mungkin kita berpikir, andaikata kita adalah Abraham, kita pasti akan tetap tinggal di sana. Tetapi Abraham zaman dulu justru sama seperti kita. Pada saat kita memiliki waktu yang indah bersama Tuhan, kita berseru, “Haleluya! Betapa baiknya di sini! Tidak ada tempat yang lebih indah daripada tempat ini.” Tetapi apa yang terjadi pada hari berikutnya? Kita sering berjalan menurun ke perbatasan “Mesir”, berjalan ke tempat yang sangat dekat dengan dunia. Kegagalan Abraham di titik ini harus menjadi peringatan serius bagi kita.

Ujian
Kej. 12:9 -13:18

Dalam Kejadian 12:9 -13:18 kita melihat ujian Abraham. Kata ujian adalah kata yang kurang menyenangkan. Tidak seorang pun suka mengalami ujian1). Sekalipun tidak ada orang yang menyukai ujian, tetapi sesungguhnya ujian merupakan pengalaman yang baik. Tidak lama setelah Abraham dipanggil dan memulai kehidupan berdasarkan iman, ujian datang kepadanya. Kita memang harus berdoa agar terhindar dari pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat (bd. Mat. 6:13), namun kita tidak perlu berdoa agar terhindar dari ujian. Doa semacam ini mungkin justru dijawab Tuhan sebaliknya. Tuhan mungkin berkata, “Aku mengasihimu, maka Aku akan segera memberimu ujian.”
Untuk mencapai tempat yang tinggi dalam pengalaman kita terhadap Allah adalah mudah, tetapi untuk tetap tinggal di sana itu sulit. Pandanglah keadaan sekeliling kita. Itu telah diatur sebelum kita dilahirkan. Allah adalah Allah yang berdaulat. Walaupun kita memandang diri kita sebagai ciptaan yang kecil, tetapi menurut pandangan Allah, kita adalah orang yang sangat penting. Sebelum dunia diciptakan, Allah telah mengatur segala sesuatu bagi kita. Bahkan Ia mengatur sehingga kita sekarang dapat membaca berita ini. Kita berada di bawah pengaturan Allah, janganlah coba-coba melarikan diri. Jika kita melarikan diri ke suatu tempat, kita akan menemukan tempat itu juga adalah tempat yang diatur oleh Allah bagi kita (bd. Kis. 17:26; Yun. 1:3-17). Bila kita sudah tua, kita akan menyembah dan berkata, “Tuhan, aku sepenuhnya percaya, sebelum dunia dijadikan, Engkau telah mengatur segalanya untukku.” Allah kita tidak hanya Allah Sang Kasih, Allah Sang Terang, dan Allah Sang Hayat, tetapi juga Allah yang berdaulat. Segala sesuatu berada di bawah pengaturan ekonomi-Nya. Ia mengatur seluruh dunia untuk kita. Kita harus percaya, Allah mengatur segala sesuatu dalam alam semesta untuk setiap individu di antara kita. Kita harus percaya hal ini. Kita tidak terlalu kecil sehingga Allah tidak mengatur lingkungan kita bagi kita. Dalam pandangan Allah, kita cukup besar untuk memperoleh pengaturan-Nya.
Banyak hal bisa mengusik kita untuk meninggalkan persekutuan. Kadang-kadang kesulitan keuangan atau pun permasalahan dalam rumah tangga bisa mengusik kita. Saat semua masalah itu datang, jangan menyalahkan situasi, sebaliknya kembalilah ke dalam roh kita, tetaplah tinggal di dalam persekutuan dengan Tuhan. Terimalah segala situasi itu sebagai bagian dari pengaturan Allah atas kita, maka hati dan mulut kita dapat memuji Dia.

Penerapan:
Ketika kesulitan datang, kemanakah kita akan pergi? Apakah dengan tergesa-gesa mencari jalan keluar berdasarkan pandangan dan hikmat diri sendiri? Ataukah kita menerima kesulitan itu sebagai ujian atas iman kita dalam mengikuti Tuhan?

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, bimbinglah kami tetap berada di jalan-Mu ketika kesulitan hidup datang menimpa kami, janganlah Kau biarkan kami jatuh menjauhi tempat di mana Engkau berada.

No comments: