Hitstat

12 September 2007

Matius Volume 5 - Minggu 3 Kamis

Tanah yang Berbatu-batu
Matius 13:5-6
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanam-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar.

Walau hati kita tidak seperti tanah di pinggir jalan, bukan berarti hati kita sudah bebas dari masalah. Dalam perumpamaan tentang penabur, Tuhan juga menyebutkan jenis tanah yang kedua, yakni tanah yang berbatu-batu. Tanah yang berbatu-batu kelihatannya baik untuk bercocok tanam, namun tanahnya tipis. Di permukaan kelihatannya bagus, gembur, namun di bawahnya tersembunyi bebatuan. Batu-batu ini tidak hanya melambangkan dosa-dosa yang tersembunyi, tetapi terlebih melambangkan pikiran, emosi, dan tekad kita yang alamiah. Pikiran yang belum diperbarui, emosi yang belum dijamah oleh Tuhan, dan tekad yang belum ditundukkan adalah tiga batu besar yang bercokol dalam hati kita.
Kalau kita ingin Kristus sebagai benih kerajaan bertumbuh di dalam kita, kita perlu mengosongkan pikiran kita dari konsep-konsep lama kita. Kita harus menyadari bahwa apa yang menghambat Tuhan Yesus berakar di dalam kita adalah pikiran alamiah kita yang tersembunyi di bawah permukaan hati yang lembut. Tidak hanya itu, emosi kita pun perlu ditanggulangi dan dilatih oleh Tuhan sedemikian rupa sehingga tidak mudah menyandung orang atau tersandung oleh perkataan orang. Emosi yang tidak terkendali membuat hati seseorang menjadi dangkal.
Terakhir, menyangkut masalah tekad. Ada orang yang pendiriannya terlalu kuat sehingga tidak bisa diubah oleh siapa pun, termasuk Tuhan. Apa pun yang firman Tuhan katakan, tidak bisa mengubah prinsip atau pendiriannya. Orang yang demikian sangat sulit menumbuhkan benih firman. Kita sungguh perlu berdoa, “Tuhan, belas kasihani aku. Jangan biarkan hatiku dikeraskan oleh lalu lintas duniawi. Galilah semua bebatuan dalam hatiku. Berakar dan bertumbuhlah dari rohku hingga ke setiap bagian hatiku.”

Mat. 13:5-6; 13:21

Hati yang dilambangkan dengan tanah yang berbatu-batu mencerminkan kehidupan kristiani yang dangkal. Kehidupan semacam ini tidak bisa tahan lama, tidak tahan ujian; pada awalnya kelihatan baik, tetapi kesudahannya tidak baik. Menurut penampilan luarnya, benih itu “segera tumbuh”, bahkan bertumbuh dengan cepat. Perkembangannya cepat, dan kemajuannya cepat, tetapi setelah itu kesudahannya sangat mengecewakan, karena begitu matahari terbit, ia tidak tahan, layu, dan menjadi kering. Cepat bertunas, tetapi juga cepat menjadi kering. Tunas yang tidak tahan terik matahari, sulit mempunyai harapan menjadi matang; tunas yang tidak tahan terik matahari, cepat sekali layu dan kering.
Banyak kehidupan orang Kristen yang keadaan kehidupannya demikian. Ketika baru mendengarkan firman, menerimanya dengan cepat dan senang, mengira dirinya telah memiliki segalanya, melebihi segalanya, bahkan mau mengeluarkan harga berapa pun, mau menempuh jalan apa pun. Di hadapan Allah, dia mempunyai minat, mempunyai persembahan. Di hadapan manusia, dia juga bisa bersaksi, sangat bergairah. Tetapi tidak disangka, dalam jangka waktu yang singkat, begitu ujian menimpa dirinya, dia mulai goyah, mulai merasa susah, mulai tidak tahan, mulai takut, mulai mundur dan jatuh.
Mengapa Allah membiarkan matahari menyinari kita, membiarkan kesulitan menimpa kita? Matahari dengan panasnya yang terik melambangkan penderitaan atau penganiayaan (Mat. 13:21). Panas matahari yang terik membuat benih yang tidak berakar itu menjadi layu. Asal benih itu berakar dalam, panas matahari akan membantu pertumbuhan dan kematangan tanaman. Tetapi karena benih itu tidak berakar, panas matahari yang seharusnya membuat benih itu bertumbuh dan matang, malah menjadi suatu pukulan yang mematikan bagi benih itu. Kalau kita bercabang hati, kita tidak puas akan pengaturan Allah, kita ingin menempuh jalan yang kita sendiri pandang baik, tidak perlu menunggu lama, kerohanian kita sudah mulai layu. Setiap kali kita mendengar suatu firman, seolah-olah ada perkara menunggu untuk menguji kita. Tidak mengapa, asal benih itu berakar dalam, terik matahari justru membantu kita bertumbuh.

Doa:
Tuhan Yesus, belas kasihanilah aku agar nampak setiap batu yang bercokol dalam tanah hatiku. Berilah aku kekuatan untuk menggali setiap batu agar firman-Mu dapat bertumbuh di dalamku. Terangilah aku agar dapat dengan tuntas menanggulangi dosa, hawa nafsu, ego, dan daging yang tersembunyi di dalamku.

No comments: