Hitstat

11 September 2007

Matius Volume 5 - Minggu 3 Rabu

Tanah di Pinggir Jalan
Matius 13:4
Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.

Dalam perumpamaan tentang penabur, benih ditaburkan ke tanah yang melambangkan diri kita. Satu Korintus 3:9 berkata bahwa kita adalah ladang Allah. Namun, tidak semua jenis tanah baik untuk pertumbuhan benih. Matius 13:4 mengatakan, “Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.” Tanah jenis pertama adalah tanah di pinggir jalan, perbatasan antara ladang dengan jalan. Karena letaknya yang sangat dekat dengan jalan, tanah itu menjadi keras karena lalu lintas. Akibatnya benih itu sulit untuk menembusnya. Menyadari situasi itu, burung-burung di udara segera datang dan memakan benih-benih itu. Burung di sini melambangkan si jahat, Iblis, yang datang dan merebut firman kerajaan yang ditaburkan ke hati yang keras.
Tanah di pinggir jalan melambangkan hati yang telah dikeraskan oleh lalu lintas duniawi dan tidak dapat terbuka untuk memahami firman kerajaan (Mat. 13:19). Hati yang keras sangat berkaitan dengan orang yang tidak miskin dalam roh, karena begitu banyak lalu lintas duniawi di dalam hatinya. Pendidikan, perdagangan, politik, ilmu pengetahuan, pekerjaan, promosi, posisi, dan ambisi, semuanya ini dapat mengeraskan tanah hati kita.
Dalam suatu perhimpunan ibadah, ketika kita mendengar firman kerajaan diberitakan, bagaimanakah hati kita? Kita mungkin setuju dengan firman yang disampaikan, tetapi hati kita tetap keras. Akibatnya, sepulang dari tempat tersebut, kita tidak membawa pulang satu firman pun, karena firman-firman itu telah dimakan oleh burung-burung di udara. Sesungguhnya Satan tidak pernah tertidur; dia selalu mengamati dan mencari kesempatan untuk merebut firman kerajaan dari hati yang keras. Karena itu kita perlu berdoa, “Tuhan Yesus, jangan biarkan hatiku dikeraskan oleh lalu lintas dunia ini.”

Mat. 13:4; 1 Kor. 3:9; 13:19

Karena kondisi hati sangat berkaitan dengan pertumbuhan benih hayat di dalam kita, maka Allah tidak bisa tidak harus menanggulangi hati kita, supaya hayat-Nya dapat bertumbuh dan disalurkan keluar dari diri kita. Terhadap Allah, hati kita mempunyai empat masalah, yaitu: tidak lembut, tidak murni, tidak mengasihi, tidak damai. Tidak lembut adalah masalah tekad; tidak murni adalah masalah pikiran; tidak mengasihi adalah masalah emosi; dan tidak damai adalah masalah hati nurani. Ketika Allah menanggulangi hati kita, pertama-tama Dia menanggulangi hati kita yang keras.
Demi bertumbuhnya benih ilahi di dalam kita, Allah ingin hati kita menjadi lembut. Menjadi lembut berarti kehendak hati tunduk dan pasrah kepada Allah, bukannya tegar tengkuk dan memberontak. Ketika kita baru beroleh selamat, hati selalu lembut. Tetapi, sejangka waktu kemudian, hati kita bisa kembali menjadi keras, tidak taat kepada Tuhan, bahkan tidak takut kepada Tuhan, kembali jatuh dari hadirat Tuhan. Mengapa? Karena kita mungkin terlibat terlalu dalam dengan perkara-perkara duniawi, terlalu dekat dengan lalu lintas dunia ini. Kapan saja hati kita mengeras, berarti kita ada masalah di hadapan Allah.
Banyak orang yang hatinya lembut dalam banyak hal, tetapi begitu menyinggung tentang Allah dan kehendak-Nya, hati mereka segera menjadi sangat keras. Ini sangat mengerikan! Sebaliknya, ada pula orang yang keras terhadap banyak hal, namun ketika Allah dan kehendak-Nya disebutkan, hati mereka menjadi lembut. Kita perlu meminta Allah menanggulangi hati kita sedemikian rupa sehingga cukup lembut bagi pertumbuhan benih firman kerajaan.
Bagaimanakah cara Allah melembutkan hati kita? Kadang-kadang Dia menggunakan kasih-Nya untuk mengharukan kita, namun tidak jarang pula Dia menggunakan hukuman untuk memukul kita. Seringkali Allah menggunakan kasih-Nya lebih dulu untuk mengharukan kita. Kalau kasih tidak dapat mengharukan kita, Dia akan menggunakan tangan-Nya, melalui lingkungan memukul kita sampai hati kita menjadi lembut. Hanya ketika hati kita dilembutkan, benih Allah dapat bertumbuh tanpa rintangan di dalam kita.

Doa:
Tuhan Yesus, jauhkanlah aku dari lalu lintas duniawi yang membuat hatiku keras terhadap benih ilahi-Mu. Bekerjalah di dalamku guna melembutkan tanah hatiku, sehingga hatiku boleh merespon setiap firman kerajaan yang ditaburkan. Berilah aku kekuatan untuk membatasi diri dari lalu lintas duniawi hari ini.

No comments: