Hitstat

15 January 2015

1 Tesalonika - Minggu 10 Kamis



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 3:6, 10, 12-13; Mat. 5:8


Berita ini mengajak kita membahas makna dari hati kita dikuatkan tanpa cela di dalam kekudusan. Satu Tesalonika 3:13 mengatakan, "Kiranya Dia menguatkan (meneguhkan) hatimu, supaya tak bercacat dalam kekudusan, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya" (Tl.). Tiga kata penting di sini adalah hati, tak bercacat, dan kekudusan. Apa artinya hati kita diteguhkan supaya tak bercacat? Ungkapan ini tidaklah lazim. Sudah tentu peneguhan ini bukan pekerjaan kita, melainkan pekerjaan Tuhan.

Dua Tesalonika 2:13 mengatakan, "Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, Saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah sejak semula telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai." Ayat ini menyinggung penyelamatan di dalam pengudusan, dan 1 Tesalonika 3:13 menyinggung tak bercacat dalam kekudusan. Dalam kekudusan berbeda dengan dalam pengudusan. Tentu saja, kekudusan maupun pengudusan mengacu kepada unsur yang kudus. Kekudusan mengacu kepada unsurnya sendiri, sedangkan pengudusan mengacu kepada proses dijadikan kudus yakni proses dikuduskan. Suatu proses berjalan terus membuat kita kudus; proses ini disebut pengudusan. Jadi, berada dalam kekudusan ialah berada dalam unsur kudus, dan berada dalam pengudusan ialah berada dalam proses dikuduskan.

Penyelamatan Allah berada dalam pengudusan. Ini berarti bahwa penyelamatan Allah melibatkan proses yang terus-menerus, yang melaluinya kita dijadikan kudus. Ketika proses ini terjadi, kita menikmati kuasa penyelamatan Allah. Kekudusan ialah unsur sifat kudus Allah. Di dalam unsur inilah kita tak bercacat.

Sekali lagi saya ambil ilustrasi yang sederhana, yakni menyeduh teh. Teh adalah unsurnya, dan "penyeduhan" merupakan proses pembuatan air teh. Misalkan, ada air secangkir. Untuk dijadikan air teh, Anda perlu memasukkan sebungkus teh ke dalamnya. Ketika bungkusan teh baru dimasukkan ke dalam air, nampaknya tidak ada perubahan. Hanya berbeda sedikit dengan air tawar biasa. Namun setelah beberapa saat dan melalui proses pengadukan, air tersebut menjadi air teh. Teh yang ditambahkan ke dalam air telah berbaur dengan air. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa air tadi mengalami proses penyeduhan teh. Akhirnya teh ada di dalam air, dan air ada di dalam teh. Ini berarti unsur teh berbaur dengan air. Setelah penyeduhan ini, teh dan air berpadu menjadi semacam minuman. Minuman ini disebut air teh.

Teh di dalam air adalah satu perkara, tetapi air mengalami penyeduhan teh adalah perkara yang lain. Sama halnya, kita perlu tak bercacat dalam unsur kekudusan, dan kita pun perlu mengalami proses pengudusan agar kita dapat menikmati penyelamatan Allah tiap hari bahkan tiap saat.


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 20

No comments: