Hitstat

22 January 2015

1 Tesalonika - Minggu 11 Kamis



Pembacaan Alkitab: Ef. 3:17-19; Mrk. 12:30


Dalam Efesus 3:17 Paulus berkata, "Sehingga oleh imanmu Kristus tinggal di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih." Kasih adalah masalah emosi. Menurut ayat ini, Kristus berumah di dalam hati kita, dan kita sendiri berakar dan berdasar di dalam kasih-Nya. Ini menunjukkan bahwa emosi kita telah dijamah oleh kasih-Nya sehingga kita bertumbuh di dalam kasih ini. Emosi kita yang dipenuhi oleh kasih Kristus merupakan aspek pengudusan. Selain itu, setelah kita berakar dan berdasar di dalam kasih, kita pasti dapat "mengenal kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan" (Ef. 3:19). Ini pun berkaitan dengan pengudusan hati kita, khususnya pengudusan emosi. Emosi kita dipenuhi oleh kasih Kristus berarti kita dijenuhi oleh Kristus. Tak perlu disangsikan, inilah pengudusan emosi kita.

Bila hati kita diam atau tertidur, maka menggunakan roh kita berseru kepada nama Tuhan tidak akan manjur. Penggunaan ini tidak akan berhasil bila agen penggerak kita yaitu hati kita diam saja. Inilah sebabnya kita perlu menanggulangi dengan tuntas hati kita. Penanggulangan ini harus mencakup pikiran, emosi, dan tekad kita. Pikiran kita seharusnya adalah pikiran Kristus, emosi kita harus dijenuhi dengan kasih Kristus, dan tekad kita harus bersatu dengan tekad-Nya. Kalau keadaan hati kita demikian, hati kita akan aktif dan berfungsi. Kemudian, begitu kita menyeru nama Tuhan ketika hati kita aktif, penyeruan ini akan sangat manjur.

Sewaktu Paulus menulis 1 Tesalonika 3, tentunya ia bermaksud bertolak dari apa adanya batiniah -- hati, lebih lanjut membicarakan apa adanya lahiriah -- tubuh. Inilah sebabnya ia berpesan agar menjauhi percabulan, menjaga tubuh diri sendiri di dalam kekudusan dan kehormatan.

Percabulan adalah dosa yang kasar dan kotor. Menurut Alkitab, Iblis bermaksud menggunakan dosa untuk menodai manusia yang diciptakan Allah bagi diri-Nya. Setiap jenis bejana tercemar bila kotor. Tidak hanya demikian, bejana yang kotor dan cemar menjadi hilang fungsinya. Misalnya, kita tidak menggunakan cangkir yang kotor. Sebelum digunakan, cangkir yang kotor harus dibersihkan dulu. Allah menciptakan manusia sebagai bejana yang murni, namun Iblis menginjeksikan dosa ke dalam manusia dengan maksud mencemarkan dan merusaknya. Dosa yang paling mencemarkan adalah percabulan. Mencuri memang dosa dan tidak bersih, tetapi tidak secemar percabulan. Percabulan itu benar-benar merusak maksud tujuan Allah, merusak tubuh manusia, merusak keluarga dan masyarakat. Tidak ada hal lain merusak keinsanian seberat percabulan. Karena itu, setelah membicarakan pengudusan hati -- apa adanya batiniah, Paulus tidak lupa membicarakan apa adanya lahiriah.

Jauhilah percabulan. Jika Anda terlibat dalam percabulan, Anda akan membuka pintu lebar-lebar kepada segala macam bentuk kebejatan. Baik kaum beriman maupun kaum tak beriman, telah dirusak oleh percabulan. Karena itu, Paulus menyuruh kaum beriman menjauhi percabulan. Ia memberi tahu mereka bahwa pengudusan itulah yang Allah kehendaki. Karena kehendak Allah ialah ingin memelihara kita selalu di dalam pengudusan, maka kita harus menjauhi segala sesuatu yang tidak bersih, agar tubuh kita terjaga.


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 22

No comments: