Hitstat

16 February 2016

Yakobus - Minggu 5 Selasa



Pembacaan Alkitab: Yak. 3:13-17
3:13 Siapa di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah dengan cara hidup yang baik ia menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
3:14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
3:15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
3:16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
3:17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya suka damai, lembut, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik


Dalam ayat 13 Yakobus mengatakan, "Siapa di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah dengan cara hidup yang baik ia menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan." Menurut konteksnya, hikmat yang lahir dari kelemahlembutan di sini tentu mengacu kepada pembatasan dalam berkata‑kata. Ini sesuai dengan Amsal 10:19. Kelemahlembutan yang demikian sama dengan peramah dan penurut (ayat 17), yang berlawanan dengan perasaan iri hati dan ambisi diri sendiri dalam memegahkan diri dan berdusta melawan kebenaran (ayat 14).

Dalam ayat 13 Yakobus menyebutkan bijak dan berbudi. Jika kita tidak memiliki hikmat, kita tidak dapat memiliki budi atau pengertian. Karena mengetahui hal ini, maka dalam Efesus 1 Paulus berdoa agar Allah mengaruniai kita roh hikmat. Seorang yang penuh hikmat mempunyai pengertian, sebaliknya seorang yang bodoh tidak bisa memahami orang lain.

Apakah hikmat itu? Sangat sulit untuk mengatakan apakah hikmat itu, karena hikmat itu abstrak. Pengertian ada di dalam pikiran kita, tetapi di manakah hikmat itu? Menurut pengalaman saya, hikmat ada di dalam roh kita. Ini berarti hikmat tidak terdapat dalam pikiran kita, emosi, tekad, jiwa atau hati kita; hikmat ada di bagian kita yang terdalam. Ketika kita melatih roh kita, tinggal di dalam roh dalam segala situasi, dan melakukan segala sesuatu menurut roh, kita akan memiliki hikmat.

Karena hikmat ada di dalam roh kita, maka kita dapat memiliki hikmat hanya dengan tinggal di dalam roh kita. Allah adalah sumber hikmat, dan Ia memberikan hikmat. Tetapi hikmat yang datang dari Allah menjangkau roh kita. Sama seperti kita perlu memakai organ yang tepat untuk melihat, mendengar, dan makan, kita pun perlu memakai organ yang tepat ‑ roh kita ‑ untuk memiliki hikmat.

Hikmat ini mencakup kelemahlembutan dalam ayat 13 dan kebajikan insani yang disinggung dalam ayat 17. Semuanya adalah ciri praktek kristiani yang sempurna menurut pandangan Yakobus, yang mungkin dipengaruhi oleh ajaran Perjanjian Lama mengenai perilaku, moralitas, dan etika manusia (Ams. 4:5-8). Hikmat seperti ini tidak dapat menjangkau ketinggian hikmat mengenai rahasia ekonomi Perjanjian Baru Allah yang tersembunyi tentang Kristus dan gereja (1 Kor. 2:6‑8; Ef. 3:9‑11).

Dalam ayat 17 Yakobus mengatakan bahwa hikmat yang dari atas adalah lembut. Lembut berarti lemah lem­but, lunak, beralasan namun penuh kemanisan (Flp. 4:5), ramah tamah. Lembut juga mengandung arti mengalah. Dari sini kita dapat melihat bahwa sifat lembut ini terdiri dari sejumlah sifat lainnya. Sifat pertama yang termasuk dalam kelembutan adalah mengekang lidah kita. Sewaktu seorang saudara tergoda untuk berbantahan dengan istrinya, ia perlu lembut atau mengalah. Jika ia adalah orang yang cepat mendengar dan lambat untuk berbicara, ia akan lembut. Kelembutan adalah salah satu sifat yang menonjol dalam praktek kristiani yang sempurna.

Dalam ayat 17 Yakobus juga memberi tahu kita bahwa hikmat yang dari atas penuh dengan belas kasihan dan buah‑buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Karena hikmat ini bersifat tidak memihak, maka ia tidak memihak kepada siapa pun. Fakta bahwa hikmat itu tidak munafik berarti ia itu jujur, benar, setia, bisa dipercayai, sama sekali tidak munafik. Inilah sifat‑sifat yang berasal dari hikmat yang masuk ke dalam roh kita yang asalnya dari atas. Jika kita ingin memiliki hikmat ini, kita perlu berdoa untuk hal ini. Inilah pengajaran Yakobus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 8

No comments: