Hitstat

23 February 2016

Yakobus - Minggu 6 Selasa



Pembacaan Alkitab: Yak. 4:11-17
4:11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Siapa yang memfitnah saudara seimannya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah pelaku hukum, tetapi hakimnya.
4:12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?
4:13 Jadi, sekarang, hai kamu yang berkata, "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",
4:14 sedangkan kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
4:15 Sebenarnya kamu harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam kecongkakanmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
4:17 Jadi, jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.


Dalam ayat 11‑12 Yakobus memberi tahu kita untuk tidak mengatai‑ngatai saudara, "Saudara‑saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah (mengata‑ngatai)! Siapa yang memfitnah (mengata‑ngatai) saudara seimannya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah pelaku hukum, tetapi hakimnya. Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?" Perhatikan, dalam ayat‑ayat ini Yakobus menyebutkan hukum sebanyak empat kali. Dalam ayat 12 ia menyebut Allah sebagai Pembuat hukum. Perkataan Yakobus di sini dan dalam 2:8-11 mengenai hukum Perjanjian Lama, dan perkataan‑perkataannya dalam 1:25 dan 2:12 mengenai hukum kemerdekaan yang sempurna, menunjukkan bahwa dalam pandangannya, tidak ada perbedaan antara memelihara hukum Perjanjian Lama dengan hidup oleh hukum kemerdekaan yang sempurna, hukum hayat batini. Tetapi menurut wahyu ilahi dalam seluruh Perj anjian Baru, terdapat suatu perbedaan yang tegas dan jelas di antara keduanya. Memelihara hukum Perjanjian Lama hanya membuat kita benar terhadap Allah dan manusia sehingga kita dapat dibenarkan oleh hukum Taurat. Tetapi hidup oleh hukum hayat batini (Ibr. 8:10‑11; Rm. 8:2) adalah memperhidupkan dan memperbesar Kristus (Flp. 1:20‑21) bagi pembangunan Tubuh‑Nya untuk mengekspresikan Dia (Ef 1:22‑23) dan bagi pembangunan rumah Allah untuk memuaskan Dia (1 Tim. 3:15). Ini adalah bagi penggenapan sasaran kekal Allah sesuai dengan ekonomi Perjanjian Baru‑Nya. Walaupun kita menjadi sempurna melalui memelihara hukum Perjanjian Lama, kita masih tidak dapat mencapai sasaran kekal Allah. Hanya kehidupan kita oleh hukum hayat batini sajalah yang bisa mencapainya. Kehidupan semacam ini dengan spontan dan otomatis menggenapkan lebih banyak daripada yang dituntut oleh hukum Perjanjian Lama (Rm. 8:4), bahkan sampai kepada standar konstitusi kerajaan, seperti yang diungkapkan dalam Matius 5‑7.

Dalam ayat 13 Yakobus berkata, "Jadi, sekarang, hai kamu yang berkata, 'Hari ini atau besok kami berangkat kota anu, dan di sana akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung." Sewaktu membaca ayat ini kita perlu memperhatikan kata "akan". Bertengkar demi pelesiran daging (ayat 1), bersahabat dengan dunia (ayat 4), mengata-ngatai saudara (yaitu menghakimi hukum, ayat 11), berdagang menurut kehendak sendiri, dan bermegah dalam kecongkakan (ayat 16), semuanya merupakan tanda‑tanda dari keyakinan diri yang tidak saleh dan kecongkakan dari orang yang melupakan Allah. Pengajaran Yakobus mengenai perkara‑perkara ini mungkin didasarkan pada pandangannya mengenai praktek kristiani yang sempurna.

Dalam ayat 14-15 Yakobus melanjutkan, "Sedangkan kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata, ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’" Nada perkataan Yakobus di sini juga mirip dengan nada Perjanjian Lama (lihat Mzm. 90:3‑10). Bagaimanapun, perkataannya membangkitkan ketakutan terhadap tekad diri seseorang dan membangkitkan suatu keyakinan kepada Allah, seperti yang diekspresikan dalam ayat 15. Perkataan semacam ini selalu keluar dari mulut orang yang takut akan Allah.

Dalam 4:16‑17 Yakobus menyimpulkan, "Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam kecongkakanmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi, jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." Kata "jadi" menunjukkan bahwa ayat ini adalah penutup atas semua perintah‑perintah dalam ayat‑ayat terdahulu, yang mengatakan bahwa jika penerima Surat Kiriman ini terbantu oleh tulisan Yakobus, tetapi tidak mau melakukan seperti apa yang ditulisnya, itu adalah dosa bagi mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 10

No comments: