Hitstat

29 June 2005

1 Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Rabu

Melaksanakan Perintah-perintah-Nya (1)
1 Yohanes 5:2
"Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya."

Di dalam 5:2 Yohanes berbicara tentang melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Kata “melaksanakan” dalam bahasa Yunaninya adalah poieo, satu kata yang menunjukkan melakukan hal-hal secara kebiasaan dan berkesinambungan.
Ayat 3 adalah kesimpulan bagian ini, “Karena inilah kasih Allah, yaitu kita memelihara perintah-perintahNya, dan perintah-perintahNya tidak memberatkan.” Jika kita benar-benar dilahirkan dari Allah, maka kita akan mengasihi Dia dan juga anak-anak-Nya, meliputi semua kaum beriman di mana pun. Selain itu, seorang yang benar-benar telah dilahirkan kembali, pasti memiliki ciri khas, yaitu senang melakukan kehendak Allah atau perintah Allah. Kasih kita kepada Allah ternyata pada keinginan kita untuk menaati perintah-perintah-Nya, seperti yang dikatakan Tuhan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku (Yoh. 14:15).” Perintah-perintah Tuhan tidaklah berat, hal ini bukan berarti tidak sulit, tetapi karena kita senang melakukannya, maka tidak berat.
Misalkan Allah memerintahkan kita untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, bahkan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang semakin mendekat (Ibr. 10:25). Tetapi ada anak-anak Allah yang menjadikan kelemahan, kekecewaan, kesibukan sebagai alasan untuk tidak mengikuti pertemuan ibadah. Jadi, mengasihi anak-anak Allah mempunyai tanda, yaitu mengasihi Allah dan melakukan perintah-perintah-Nya.

Melaksanakan Perintah-perintah-Nya (2)
1 Yoh. 5:2-3

Banyak perintah Tuhan yang cukup berat untuk kita lakukan, dan kadang-kadang menimbulkan suatu dilema. Pada satu sisi, karena itu adalah perintah Tuhan, maka harus kita kerjakan, namun kalau kita kerjakan maka kita menghadapi penentangan dari orang-orang sekitar kita. Seringkali justru adalah sanak famili kita yang menentang.
Misalkan orang tua kita melarang kita untuk percaya Tuhan Yesus, bagaimanakah seharusnya sikap kita? Apakah karena mengasihi orang tua, kita tidak jadi percaya kepada Tuhan? Ada beberapa orang yang menerima penentangan dari orang tua, lalu mengambil sikap menunda percaya Tuhan Yesus dan menunggu sampai orang tuanya meninggal baru menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Secara luaran, orang akan menganggap sikap sedemikian adalah sikap yang baik, karena takwa dan berbakti kepada orang tua, namun kalau kita telusuri lebih dalam maka perbuatan ini sama sekali bukan perbuatan kasih! Ini justru adalah perbuatan yang sangat egois, sebab membiarkan orang tua masuk neraka, sedangkan diri sendiri diselamatkan. Jika kita tetap percaya Tuhan, walaupun mereka marah, tetapi kita telah membukakan satu jalan bagi mereka, sehingga mereka kelak dapat percaya Tuhan pula.
Hanya saja, jangan sekali-kali kita bersalah dalam hal sikap atau tutur kata kita. Kita harus taat dan menuruti perintah-perintah Allah, tetapi sikap dan tutur kata kita jangan sampai melukai perasaan orang lain termasuk orang tua kita. Kita harus berpegang teguh pada kebenaran Allah, tetapi kita pun harus memelihara kasih. Kita tidak boleh hanya mementingkan hayat Allah pada aspek kekudusannya saja, harus pula mementingkan aspek kasihnya. Kedua aspek ini harus seimbang, inilah yang benar. Kita harus taat kepada Allah, tetapi sikap kita harus lemah lembut terhadap orang sekeliling kita, termasuk kepada para penentang. Dalam situasi bagaimanapun janganlah kita bersalah dalam hal kasih. Kalau ada suatu hal harus dilakukan, lakukanlah, tetapi janganlah melakukan perkara yang melukai kasih. Sikap kita harus lembut sekalipun pendapat kita berlainan dengan pendapat mereka.

Penerapan:
Jangan melewatkan pertemuan ibadah, tetapi hadirilah dan ambilah bagian di dalamnya (Ibr. 10:25). Selain itu beritakanlah injil (Mat. 28:19), terutama kepada keluarga atau famili kita yang belum percaya Tuhan Yesus.

Pokok Doa:
Berdoalah, " Tuhan beriku hati yang taat terhadap perkataan-Mu di batinku. Beriku hati yang lembut agar ku senantiasa mendengarkan perintah-Mu, tidak meniggalkan pertemuan-pertemuan ibadah gereja. Terimakasih Tuhan. Amin."

No comments: