Hitstat

21 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Selasa

Buluh Pengukur Dari Emas
Wahyu 21:15
“Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat (buluh — TL.) pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya.”

Perhatikan bahwa alat pengukurnya di sini adalah sebuah buluh, bukan sebuah tongkat. Buluh adalah untuk mengukur; mengukur adalah untuk memiliki (Yeh. 40:5; Za. 2:1-2; Why. 11:1). Sebuah tongkat menyiratkan penghakiman, pendisiplinan, dan penghukuman. Ayat ini tidak menyiratkan penghakiman, pendisiplinan, atau penghukuman, karena dalam setiap hal Yerusalem Baru itu lengkap dan sempurna. Kota ini telah melewati setiap ujian (telah teruji).
Selain itu, buluh yang dipakai untuk mengukur Yerusalem Baru adalah buluh emas. Karena emas melambangkan sifat ilahi Allah, maka kota itu, pintu-pintu gerbangnya, dan temboknya diukur menurut sifat ilahi Allah. Apa saja yang tidak sesuai dengan sifat ilahi Allah bukanlah milik Yerusalem Baru. Allah tidak mau memiliki sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat-Nya. Seluruh kota itu, dengan pintu-pintu gerbang dan temboknya dapat melewati pengukuran dan pengujian sifat Allah; karena itu, kota ini cocok untuk dimiliki Allah.
Hari ini, Allah mengukur gereja-gereja dengan tongkat (bukan buluh) dan dengan standar emas ini. Ketika mengukur kita, Allah tidak mempermasalahkan kecerdasan, kegiatan, atau kemampuan kita berbicara. Tetapi Ia sangat memperhatikan berapa banyak sifat-Nya telah tergarap ke dalam kita. Apakah kita sudah sepenuhnya disusun oleh emas? Allah akan terus mendisiplin kita hingga zaman ini berlalu dan tibalah langit baru dan bumi baru, saat itu kita tidak perlu lagi diukur dengan tongkat.

Bangunan Kota Itu
Why. 21:16-17

Dalam ayat 16-17 tertera ukuran bangunan kota itu. “Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan Ia mengukur kota itu dengan tongkat (buluh-TL.) itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.”
Ukuran-ukuran kota tersebut menunjukkan bahwa bangunan kota itu seperti sebuah kubus dengan panjang, lebar dan tinggi dua belas ribu stadia (dua belas ribu stadia adalah sekitar dua ribu seratus tujuh puluh enam kilometer). Sedangkan temboknya dari dasar sampai puncaknya seratus empat puluh empat hasta (sekitar enam puluh empat meter delapan puluh sentimeter).
Bentuk Yerusalem Baru yang adalah kubus menyatakan bahwa kota itu sempurna dan lengkap dalam segala hal, mutlak lurus, dan tidak miring sedikit pun. Panjang, lebar, dan tinggi Yerusalem Baru sama; tiap dimensi adalah dua belas ribu stadia. Dua belas ribu adalah seribu kali dua belas. Karena dua belas melambangkan kesempurnaan yang mutlak dan kelengkapan kekal dalam administrasi Allah, maka dua belas ribu melambangkan seribu kali keadaan seperti itu. Seratus empat puluh empat juga adalah dua belas kali dua belas. Betapa sempurna dan lengkapnya tembok kota suci dalam administrasi kekal Allah!
Mengapa tembok itu begitu sempurna? Ayat tujuh belas mengatakan bahwa tembok itu adalah ukuran manusia “yang adalah juga ukuran malaikat”. Dalam kebangkitan, manusia akan seperti malaikat (Mat. 22:30). Karena itu, “menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat” menunjukkan bahwa tembok kota itu bukanlah yang alamiah, melainkan dalam kebangkitan. Ini suatu hal yang sangat penting. Apa saja yang kita katakan, apa saja yang kita perbuat, dan segala sesuatu kita dalam hidup gereja hari ini harus di dalam kebangkitan.
Prinsip kebangkitan adalah hayat alamiah dibunuh dan hayat ilahi tumbuh menggantikannya. Inilah kebangkitan yang membuat tembok itu begitu sempurna. Marilah setiap hari kita hidup dalam prinsip kebangkitan.

Penerapan:
Walaupun kita harus rendah hati dan baik hati, tetapi kita perlu memeriksa kerendahan hati dan kebaikan kita itu, apakah sesuai dengan sifat Allah. Prinsip ini berlaku bagi setiap aspek keinsanian kita. Kita perlu diukur dengan tongkat emas; maksudnya, sifat ilahi harus tergarap ke dalam kita. Ingatlah bahwa pengukuran Allah atas gereja adalah berdasarkan sifat ilahi. Sifat emas Allah adalah satu-satunya standar.

Pokok Doa:
Terima kasih Tuhan, karena Engkau tidak pernah berhenti mengukur kami. Buatlah agar setiap hari sifat ilahi-Mu terus tergarap ke dalam diri kami. Oh Tuhan, kami damba agar kami makin susut dan Engkau makin berkembang di dalam kami.

No comments: