Hitstat

25 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Sabtu

Dua Belas Mutiara
Wahyu 21:21
“Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”

Makna mutiara terkandung dalam proses pembentukannya. Mutiara dihasilkan oleh tiram dalam air (melambangkan kematian). Ketika tiram itu terluka oleh pasir, ia membungkus pasir itu dengan cairan hayatnya dan mengubahnya menjadi satu mutiara yang berharga. Ini melukiskan Kristus sebagai Sang Hidup, masuk ke dalam kematian, dilukai oleh kita. Setelah melukai-Nya, kita tetap tinggal dekat luka-Nya. Ini berarti kita bertobat, percaya kepada-Nya dan menerima-Nya. Pada saat kita tinggal dekat luka-Nya, Ia mengeluarkan sari hayat kebangkitan-Nya yang membungkus dan mengubah kita menjadi mutiara. Dengan tinggal pada luka Kristus, kita menerima hayat-Nya dan dilahirkan kembali. Dengan tinggal pada luka Kristus setelah dilahirkan kembali, kita pun diubah menjadi mutiara.
Bagaimana kita masuk ke dalam kota Yerusalem Baru? Dengan memanjat temboknya? Itu tidak mungkin, karena temboknya terlalu tinggi. Satu-satunya cara memasuki Yerusalem Baru adalah melalui pintu gerbang mutiara, melalui pintu gerbang yang terbentuk dari kebangkitan Kristus yang mengalahkan maut dan menyalurkan hayat. Puji Tuhan, kita semua telah masuk ke dalam Yerusalem Baru secara demikian! Kita mengaku dosa, kita bertobat, kita menghargai kematian-Nya, dan menikmati tinggal pada luka-Nya; segera kita menerima aliran hayat yang melahirkan kembali kita dan yang kini sedang mengubah kita. Melalui pengalaman kita atas kematian dan kebangkitan Kristus, kita melewati pintu gerbang mutiara dan berada di dalam kota itu. Haleluya!

Mengalami Kematian Dan Kebangkitan Tuhan
Why. 21:21; Gal. 2:20; 1 Tes. 5:17

Bila kita ingin mengalami pintu gerbang mutiara dalam hidup sehari-hari, maka kita perlu menerapkan pengalaman atas kematian dan kebangkitan Kristus. Kita mungkin tahu bahwa kita telah disalibkan bersama-sama dengan Kristus, tetapi kita perlu mengalaminya. Bila ada pasangan yang sedang bertengkar, apakah itu adalah sikap orang-orang yang telah disalibkan?
Kita perlu berdoa, “Tuhan, ampuni saya. Saya tahu bahwa saya telah disalibkan, tetapi saya tidak mempraktekkannya. Saya telah lama diselamatkan, tetapi masih saya yang hidup dan bukan Kristus.”
Kita tidak dapat melakukan hal ini di dalam dan oleh diri kita sendiri. Tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat mempraktekkan hal yang demikian. Setiap orang senang berdebat. Perdebatan datang dari hayat alamiah kita, dari “aku”, bukan Kristus. Syair sebuah kidung mengatakan, “Tanpalah mati (bila tak ada maut), takkanlah hidup (tak ada hayat).” Hayat ini datang kepada kita bukan oleh hayat alamiah kita melainkan oleh kuat kuasa kebangkitan Kristus. Ya, kita telah disalibkan, tetapi bagaimana mungkin kita dapat mempertahankan diri kita senantiasa berada di atas salib? Oleh kuat kuasa kebangkitan Kristus! Sebuah syair kidung mengatakan, “Bila kenal kuasa bangkit, pasti cinta ‘kan salib.” Bagaimana kita dapat mengalami kebangkitan Kristus di dalam penghidupan sehari-hari kita? Yaitu oleh suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus.
Kematian Kristus dapat dialami oleh kita hanya melalui kebangkitan Kristus, dan kebangkitan Kristus dapat menjadi riil bagi kita hanya oleh suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus. Yesus Kristus telah menjadi Roh pemberi hayat, dan Dia ada di dalam kita. Bila kita kembali ke dalam roh kita, kita bertemu dengan Kristus sebagai Roh pemberi hayat, yang adalah realitas dari kebangkitan Kristus. Untuk menerapkan hal ini kita harus senantiasa berada di dalam roh kita. Inilah sebabnya mengapa Alkitab memberitahu kita untuk berdoa senantiasa (1 Tes. 5:17). Hanya melalui doalah kita dapat menjamah Kristus di dalam roh kita sebagai Roh pemberi hayat. Demikianlah, Roh itu akan membagikan lendir hayat Kristus untuk menghasilkan mutiara yang mustika.

Penerapan:
Ada sebuah lagu mengatakan, “Dengan harga tinggi, kutertebus balik, orang dosa seperti saya, bisa dapat selamat.” Marilah kita menyanyikan lagu-lagu semacam ini hingga kita tidak lagi melihat kesalahan atau kelemahan orang lain, tetapi tahu bahwa kita juga orang yang tidak layak tetapi Tuhan tetap mati dan bangkit bagi kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, alangkah agung dan indahnya karya-Mu. Engkau bukan hanya menebus dan mengampuni dosa-dosaku, Engkau juga mengubahku menjadi mutiara hingga aku bisa menjadi bagian Yerusalem Baru. Tuhan Yesus, buatlah aku setiap hari menikmati diri-Mu, sang Roh Pemberi Hayat, di dalamku, hingga aku dapat dengan penuh sukacita menghadapi badai apa pun dalam hidupku untuk mengalami kematian dan kebangkitan-Mu.

No comments: