Hitstat

21 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - MInggu 2 Senin

Yesus adalah Anak Allah
Kisah Para Rasul 9:20
Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah

Ayat Bacaan: Yoh. 5:18; Mat. 1:20, 17:5

Kita perlu mengenal Kristus dalam dua aspek utama—aspek Persona-Nya dan aspek pekerjaan-Nya. Dalam Kisah Para Rasul 9:20, Saulus mengatakan bahwa “Yesus adalah Anak Allah.” Ungkapan “Anak Allah” mengacu kepada Persona Tuhan Yesus. Sebagai Anak Allah, Persona Tuhan Yesus itu ilahi. Dia yang ilahi adalah Allah itu sendiri. Dia dikandung dari Roh Kudus dengan esens ilahi (Mat. 1:20). Dengan keterkandungan Yesus, Roh Kudus masuk ke dalam keinsanian. Di sini kita memakai kata “esens” dengan tegas untuk menyatakan sesuatu yang bahkan lebih intrinsik daripada sifat. Manusia-Penyelamat ini dikandung dari Roh Kudus bukan hanya dengan sifat ilahi melainkan dengan esens ilahi. Penting sekali kita nampak hal ini.
Dalam Matius 17, di atas gunung pengubahan Allah sendiri membuatnya sangat jelas, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengarkan Kristus adalah mendengarkan Allah sendiri. Kita semua perlu berdoa, “Tuhan, aku ingin mendengarkan Engkau.” Standar hidup orang Kristen hari ini bukan pada hukum Taurat, juga bukan pada nabi-nabi, melainkan pada diri Kristus; yakni pada diri Kristus yang berhuni di batin kita. Karena itu, persoalannya bukanlah apakah aku benar atau salah? Melainkan apakah Kristus yang ada di dalamku berkata demikian? Karena jalan kita adalah kehidupan Allah, bukan berdasarkan benar atau salah. Terhadap banyak perkara, kita mungkin berkata, bahwa kita boleh melakukannya, tetapi jika kehidupan Allah di dalam kita tidak membiarkan kita melakukannya, maka kita harus menghentikannya.
Saudara saudari, perbedaan di dalamnya sungguh besar! Seringkali, yang dapat dikatakan oleh orang adalah: “Benarkah jika aku melakukan ini? Salahkah jika aku melakukan itu?” Tetapi hari ini, kita bukannya menuruti ini benar atau itu salah, melainkan hanya ada satu pertanyaan: “Apakah kehidupan Tuhan di dalam kita makin membubung atau makin tenggelam?” Inilah yang akan menentukan jalan kita. Segalanya tergantung pada keputusan yang di dalam (batin). Kita hanya ingin mendengarkan Dia. Dalam segala hal kita harus terlebih dahulu mendengarkan Dia.

No comments: