Hitstat

03 May 2011

1 Korintus - Minggu 8 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:10-12, 27-30; 2:11-12


Kalau kita membahas Surat 1 Korintus, kita melihat bahwa hal-hal yang terdapat dalam diri manusia meliputi posisi, situasi, kondisi, kebutuhan, sumber, dan nasib manusia. Pikiran alamiah manusia tidak cukup untuk mengetahui hal-hal ini. Bahkan para profesor pun tidak mengetahuinya. Konghucu mengenal filsafat etis, namun ia tidak mengenal hal-hal yang terdapat dalam diri manusia maupun Allah. Ia mengatakan bahwa jika kita berdosa kepada langit, tidak ada jalan untuk memperoleh pengampunan. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak mengenal Allah maupun manusia. Ia tidak mengenal sumber, kondisi, posisi, situasi, kebutuhan, dan nasib manusia. Sungguhpun ia tahu bahwa Allah itu ada, namun ia tidak mengenal Allah.

Orang-orang Farisi dan Saduki menyangka bahwa karena mereka mengenal Perjanjian Lama, maka mereka juga mengenal Allah. Walaupun mereka berusaha keras untuk memelihara Perjanjian Lama sampai tingkat tertentu, tetapi mereka tidak memiliki pengenalan yang benar akan Allah. Apakah Anda menyangka bahwa para imam yang menyembah Allah di bait itu benar-benar mengenal Dia? Tidak, mereka sama sekali tidak mengenal Dia. Demikian pula, orang-orang Farisi, Saduki, dan para ahli Taurat tidak mengenal hal-hal yang terdapat dalam diri manusia. Mereka tidak mengenal posisi, kondisi, dan kebutuhan mereka sendiri. Hanya Tuhan Yesuslah yang mengetahui hal-hal yang terdapat dalam diri manusia dan Allah. Karena agamawan-agamawan itu memahami pikiran alamiah mereka, maka mereka tidak dapat mengetahui hal-hal ini. Akan tetapi Tuhan Yesus memakai roh-Nya. Menurut Markus 2:8, dalam roh-Nya Ia mengerti pikiran-pikiran dan motivasi orang-orang Farisi. Karena Ia memakai roh-Nya dengan Roh Allah, Ia dapat mengetahui hal-hal yang terdapat dalam diri manusia dan Allah.

Dalam 1 Korintus 1 dan 2 kita melihat bahwa Paulus adalah satu contoh dari orang yang mengetahui hal-hal dalam diri manusia dan Allah. Ia tahu posisi, kondisi, situasi, dan nasib kaum beriman di Korintus. Karena kaum beriman ini memakai mentalitas filsafat Yunani, mereka tidak mengetahui hal-hal yang terdapat dalam diri manusia. Walaupun mereka tidak mengenal diri mereka sendiri, namun Paulus sangat mengenal mereka, karena Paulus adalah seorang yang memakai rohnya agar dibawa masuk ke dalam Roh Allah. Dengan sarana kedua roh inilah, Paulus memiliki pengenalan yang lengkap terhadap orang-orang Korintus.

Paulus pun memiliki pengenalan yang tepat mengenai Allah. Ketika ia melukiskan situasi dan kondisi di antara para filsuf Yunani di Korintus, ia memberi kita sebuah potret Allah. Bukankah menakjubkan, sementara ia melukiskan kondisi kaum beriman ia menyajikan sebuah gambar dari hal-hal yang terdapat di dalam diri Allah? Di sini Paulus menunjukkan bahwa sementara orang-orang Korintus menjunjung hikmat manusia, Allah bermaksud membinasakannya. Jadi, mengenai hal ini, kita memiliki sebuah wahyu rangkap dua: Pertama, orang-orang Korintus mengagungkan hikmat mereka; kedua, Allah membinasakan hikmat itu. Dengan prinsip yang sama, dalam pasal 3 kaum beriman Korintus merusak gereja; akan tetapi Allah membangunnya. Sekali lagi sebuah gambar menyajikan wahyu rangkap dua: sebuah visi perusakan oleh manusia dan pembangunan oleh Allah. Selain itu, dengan menunjukkan betapa orang-orang Korintus memerlukan Kristus, Paulus juga mengungkapkan sampai sejauh mana Allah menyuplai mereka dengan Kristus. Sekali lagi, sebuah gambar memuat dua visi. Dalam kedua pasal ini kita melihat betapa kita memerlukan Kristus dan juga betapa Kristus disuplaikan Allah kepada kita. Karena itu, kita nampak hal-hal yang terdapat di dalam diri manusia dan hal-hal yang terdapat di dalam diri Allah.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 19

No comments: