Hitstat

18 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 4:14-21


Paulus adalah seorang yang dapat marah dalam sekejap kemudian bergembira. Hal ini menunjukkan bahwa ia benar-benar seorang manusia rohani. Jadi, benarlah mengatakan bahwa dalam pasal ini Paulus marah kepada orang Korintus, juga lemah lembut terhadap mereka.

Dalam 1 Korintus 4 kita melihat bahwa Paulus sungguh-sungguh tidak gembira terhadap kaum beriman Yunani di Korintus. Akan tetapi, perasaan tidak gembira itu dapat seketika lenyap. Ia dapat bertanya dalam ayat 21, apakah mereka menginginkan ia datang dengan cambuk, atau dalam kasih dan roh yang lemah lembut. Apakah ini perkataan marah atau lemah lembut? Sulit dikatakan, sebab Paulus sebenarnya marah dan lemah lembut pada saat yang bersamaan.

Saya sangat mengapresiasi 1 Korintus 4. Dalam pasal ini kita dapat melihat satu keinsanian yang sangat sejati, keinsanian tanpa kepura-puraan. Tetapi, keinsanian ini penuh dengan hayat. Jika kita membaca perkataan Paulus berulang-ulang, khususnya jika kita mendoabacakannya, kita akan menjamah hayat. Meskipun ayat 21 mungkin kedengarannya tidak terlalu Alkitabiah, tetapi ayat itu adalah ayat yang penuh dengan bobot hayat. Sebaliknya pengucapan kata-kata tertentu yang diakhiri dengan, "Demikianlah firman Tuhan," boleh jadi kekurangan hayat sama sekali. Perkataan Paulus dalam 1 Korintus 4 penuh dengan bobot hayat.

Kita semua perlu belajar dari Paulus untuk memiliki kerohanian yang sejati. Jika kita benar-benar rohani, kita tidak akan menyembunyikan amarah, tidak berpura-pura, dan tidak akan berpolitik. Sebaliknya, kita akan mempunyai keinsanian yang sejati dan hanya mempertahankan hakiki kita di dalam Kristus. Inilah jenis hayat yang dapat menyalurkan kekayaan Kristus yang tidak terduga ke dalam kaum beriman. Orang yang mempunyai keinsanian semacam ini memenuhi syarat untuk menjadi pengurus rumah tangga dalam keluarga Allah.

Di satu pihak, kita perlu menjadi seperti sampah dan kotoran; di pihak lain kita perlu menjadi bapa yang melahirkan. Jika kita bukan sampah, kotoran, dan juga bukan bapa yang melahirkan, pekerjaan kita hanya mempunyai sedikit pengaruh. Boleh jadi kita memberitakan hal-hal yang benar secara doktrinal, tetapi hasilnya sedikit. Seorang bapa yang melahirkan, seorang yang membagikan hayat kepada orang lain, harus menjadi seperti kriminal yang dijatuhi hukuman mati di hadapan manusia. Dia harus dianggap tidak berguna, sebagai orang bodoh, sebagai sampah dan kotoran. Jika kita menempuh kehidupan semacam ini di hadapan manusia, kita akan menjadi bapa-bapa yang mampu melahirkan banyak anak. Artinya, jika kita mau membagikan hayat kepada orang lain, kita harus direndahkan dalam pandangan manusia. Dalam pemulihan Tuhan hari ini lebih-lebih demikian. Untuk menjadi penyalur hayat, Anda harus dihina oleh agama. Orang Kristen duniawi akan berkata bahwa Anda adalah sampah, kotoran. Maka Anda akan menjadi penyalur hayat dan bapa yang melahirkan.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 35

No comments: