Hitstat

22 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 5:7-13


Dalam Surat 1 Korintus Paulus membandingkan kaum beriman di Korintus, dan juga dirinya sendiri, dengan bani Israel. Ia mengambil sejarah bani Israel sebagai latar belakang Surat Kiriman ini. Hal ini memberikan satu tumpuan kepada kita untuk mengatakan bahwa sejarah bani Israel merupakan suatu lambang yang lengkap dari hidup kristiani kita dalam gereja. Dalam ayat 7 Paulus berbicara tentang "Paskah kita, yaitu Kristus." Jika Kristus adalah Paskah Paulus, sudah tentu Dia juga menjadi Paskah setiap orang beriman. Bani Israel tidak hidup secara individualistis; sebaliknya, mereka hidup, berkemah, berjalan, dan berperang bersama-sama. Kehidupan korporat mereka melambangkan kehidupan kita di dalam gereja. Karena itu, ketika membaca sejarah bani Israel, kita harus menyadari bahwa kita sedang membaca sejarah kita sendiri. Apa yang menimpa mereka merupakan lambang dari pengalaman kita hari ini. Mereka makan manna di padang gurun; kita juga makan manna. Mereka minum air hidup; kita juga minum air hidup. Mereka mempunyai batu karang yang mengikuti mereka; kita juga mempunyai batu karang. Mereka mengalami Paskah; kita juga mempunyai Paskah, Paskah yang adalah Kristus itu sendiri. Selain itu, setelah Paskah, mereka mengadakan hari raya roti tidak beragi. Ini menunjukkan bahwa kita juga harus merayakan hari raya ini. Kehidupan gereja adalah hari raya roti tidak beragi. Karena alasan inilah, setiap ragi yang ada harus dibersihkan dari gereja.

Roti tidak beragi menunjukkan hidup yang tanpa dosa, tanpa ragi. Di dalam diri sendiri, kita tidak dapat memiliki kehidupan semacam ini. Akan tetapi, dalam Kristus, kita dapat menempuh satu kehidupan yang tanpa dosa. Kita telah diletakkan ke dalam Kristus, dan kini kita harus belajar hidup di dalam Kristus dan oleh Kristus. Kemudian Dia akan menjadi suplai hayat yang tidak beragi bagi kita. Dia akan menjadi sumber, pancaran dari hayat dan kehidupan yang tanpa dosa. Karena kita memiliki sumber dan suplai yang sedemikian ini, tidaklah mustahil bagi kita untuk menempuh satu kehidupan tanpa dosa.

Jika kita mau menempuh satu kehidupan tanpa dosa, maka setiap hari kita harus makan Kristus sebagai roti yang tidak beragi. Para ahli gizi mengatakan bahwa kita akan menjadi seperti apa yang kita makan. Jika kita makan roti tidak beragi, akhirnya kita akan tersusun dari roti yang tidak beragi. Kemudian kita akan menempuh satu kehidupan yang tanpa ragi. Meskipun di dalam diri sendiri kita tidak mungkin tidak berdosa, namun di dalam Kristus kita dapat menjadi tanpa dosa melalui makan Dia sebagai sumber dan suplai dari hayat yang tanpa dosa. Karena Kristus, sumber kita, tidak beragi, maka jika kita berpesta dengan Dia setiap hari, kita dapat memiliki satu kehidupan gereja yang tanpa ragi.

Dalam pasal ini kita mempunyai beberapa butir yang penting. Pertama, gereja harus murni, tidak beragi, dan tidak boleh mentolerir orang yang berdosa. Kedua, kita harus belajar melatih roh kita dan menggunakan roh kita dalam setiap situasi. Ketiga, kita perlu nampak bahwa sebagai orang yang telah mengalami Paskah, kini kita harus menikmati hari raya roti tidak beragi terus-menerus. Akhirnya, jika seseorang benar-benar menjadi jahat dan menolak bertobat, dia harus disingkirkan dari kehidupan gereja. Akan tetapi, jika orang semacam ini akhirnya bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan, gereja akan mengampuni dia serta menerimanya kembali ke dalam persekutuan. Jika kita merenungkan semua hal ini, kita akan mendapatkan satu pemahaman yang jelas tentang bagaimana menanggulangi orang yang jahat dalam kehidupan gereja.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 36

No comments: