Hitstat

21 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 5:6-8


Kata-kata "anak domba Paskah" (ay. 7) dalam bahasa aslinya adalah "Paskah" (tanpa kata-kata anak domba). Mengatakan Kristus adalah Paskah kita, menunjukkan bahwa Paulus menganggap kaum beriman adalah umat pilihan Allah, yang telah melewati mereka, sebagaimana dilambangkan oleh Paskah dalam Keluaran 12. Dalam Paskah ini, Kristus tidak hanya Domba Paskah, lebih-lebih adalah seluruh Paskah. Untuk menjadi Paskah kita, Dia disembelih dan dipersembahkan di atas salib, menebus kita, agar kita didamaikan dengan Allah. Itulah sebabnya, kita dapat menikmati Dia sebagai perayaan di hadapan Allah. Dalam perayaan ini tidak boleh ada ragi, karena dosa dan Kristus Sang Penebus tidak dapat tinggal berdampingan.

Paulus juga berkata bahwa kaum beriman Korintus tidak beragi. Tidakkah ini sulit dipercaya? Bagaimana kaum beriman di Korintus dapat tidak beragi? Pada keempat pasal yang pertama dari Surat Kiriman ini, mereka ditegur oleh Paulus karena perpecahan. Apakah perpecahan bukan ragi? Apakah iri hati, cemburu, perselisihan, dan kesombongan bukan perkara-perkara yang berdosa? Lalu, bagaimana Paulus dapat mengatakan bahwa kaum beriman di sana tidak beragi? Kelihatannya ini adalah suatu kontradiksi. Sebenarnya, di sini sama sekali tidak ada kontradiksi. Alkitab selalu menyajikan satu pemandangan yang lengkap dari suatu masalah, khususnya dari sejarah kita sebagai kaum beriman. Maksudnya, Alkitab mewahyukan dua sisi dari suatu masalah. Pada satu sisi, kita memiliki Kristus; pada sisi lain, kita memiliki hakiki kita dalam sifat kita yang telah jatuh. Menurut sisi yang satu, sisi Kristus, kita adalah kudus. Kita adalah orang kudus dalam Kristus. Dalam 1:2 Paulus menunjukkan bahwa kita "dikuduskan dalam Kristus Yesus, orang-orang kudus yang terpanggil." Jadi, dalam Kristus kita tidak beragi. Tetapi dari sisi lain, sisi alamiah kita, kita penuh dengan ragi. Masalahnya, apakah kita makan roti yang tidak beragi atau yang beragi. Dengan kata lain, kita memperhidupkan Kristus atau diri kita sendiri? Jika kita memperhidupkan Kristus, kita makan roti yang tidak beragi. Tetapi bila kita memperhidupkan diri kita sendiri, kita makan roti yang beragi.

Pesta dalam ayat 8 mengacu kepada Hari Raya Roti Tidak Beragi sebagai kelanjutan Paskah (Kel. 12:15-20). Hari Raya ini berlangsung selama tujuh hari, jangka waktu yang lengkap, menandakan seluruh waktu hidup kristiani kita, dari hari pertobatan kita sampai pada hari keterangkatan kita. Ini adalah masa perayaan yang panjang. Kita tidak boleh merayakannya dengan ragi yang lama, yaitu dosa dari sifat kita yang usang, tetapi dengan roti tidak beragi, yaitu Kristus dari sifat kita yang baru sebagai rawatan dan kenikmatan kita. Hanya Dialah suplai hayat yang sejati dan riil, mutlak murni, tanpa campuran, bahkan penuh realitas. Perayaan adalah waktu untuk menikmati pesta. Seluruh kehidupan orang Kristen seharusnya merupakan pesta yang demikian, menikmati Kristus sebagai pesta kita, sebagai suplai hayat yang limpah bagi kita.

Dari ayat 7 dan 8 kita mengetahui bahwa di sini kita memiliki dua pesta. Ketika beroleh selamat, kita menikmati hari raya Paskah. Tetapi kini, sepanjang hidup kristiani kita, kita harus menikmati hari raya roti tidak beragi. Dalam perlambangan, tujuh hari dari hari raya roti tidak beragi menandakan seluruh hidup kristiani kita. Tanpa 1 Korintus 5, kita tidak akan mengira hidup kristiani kita merupakan satu hari raya sedemikian. Tetapi menurut ayat 8, kita nampak bahwa kehidupan kristiani adalah suatu hari raya roti tidak beragi, yaitu suatu pesta untuk menikmati Kristus sebagai suplai hayat tanpa ragi.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 36

No comments: